Wawan pun langsung membuka pintu gerbang dan berterima kasih kepadaku karena membantunya menyelesaikan game yang tadi kami mainkan, aku menyalakan motor dan mengucapkan perpisahan dengan wawan “ Jangan lupa titip salamku untuk ayahmu ya”, “ siap Tuanku”, Aku pun menacap gas dan pergi meninggalkan kediaman Wawan. Entah mengapa ditengah jalan aku merasakan firasat yang sangat buruk, rasanya aku seperti kesakitan dalam seluruh ujur tubuhku, aku mengira sepertinya aku ketempelan sesuatu saat dijalan tadi. Hal tersebuat membuatku takut dan menancap gas yang tinggi agar cepat sampai di rumah, hingga aku tiba didepan rumah dengan keadaan yang bingung dan panik. Rumahku terlihat seperti kosong dan tidak ada tanda kehidupan, tidak ada kebisingan ataupun bunyi alat masak ibuku yang biasanya terdengar jelas di luar rumah.
Aku merasakan firasat buruk seakan menghantuiku dari perjalanan tadi, aku masuk kedalam rumah dengan pintu yang tidak terkunci dan rumah yang rapi serta gelap gulita. Aku pun menuju saklar lampu untuk menyalakan lampu dan melihat sekeliling rumah dengan hati yang bingung bercampur takut, “ woiii, pada kemana semua ini ?, Ari pulang loh ”, tidak terdengar suara apapun, aku pun bergegas mengelilingi rumah dan kamar untuk memeriksa keadaan takut terjadi hal yang tidak menyenangkan. Aku mencari mereka sambil berteriak” Maaaa.., Paaaaa.., guysss kalian dimana ? ”,
Aku langsung mengambil telfon dan menghubungi nomor orang tuaku. Tapi aneh, Aku tidak bisa menemukan nomor ataupun kontak ayah dan ibuku. “ hah, ini kenapa kok ga ada ya nomornya ”, aku merasa sangat panik melihat seluruh deretan nama kontakku. Merasa yang kulakukan sia-sia aku pun berputar mengelilingi rumah sambil berteriak “ halo!!, gak lucu ah bercandanya! “, tetapi aku terhenti saat melihat foto keluargaku, aku tidak melihat foto ayah, ibu, dan adik-adikku seakan seperti mereka dihilangkan dari foto tesebut dan hanya tersisa aku foto tersebut. Aku langsung terdiam dan mencari semua foto keluargaku dan benar, aku tidak menemukan satu foto saja yang memperlihatkan keluargaku secara lengkap.
Aku ketakutan langsung mencari tetanggaku disekitar, Aku berlari seperti orang gila berteriak sambil membenturkan tanganku di pintu rumah tetanggaku. “ Tante tolong keluarga saya hilang!!, tolong Tante!!”, aku terus berteriak hingga membuat tetanggaku panik dan membukakan pintu rumah mereka, mereka melihatku seperti seorang manusia yang kehilangan kewarasannya “ kenapa nak, ibu sedang mengajari anak ibu tadi”, “ Tante, keluarga saya hilang Tante, Tante tau kemana mereka? ” tetanggaku langsung menoleh ke depan rumahku yang terlihat sepi, dia segera menggunakan sendal jepit dan masuk kerumah untuk memeriksa keadaanya, “nak, coba hubungi polisi ada yang aneh terjadi disini”, aku melihat raut wajah tetangga ku seakan bingun dan khawatir dengan keadaanku sekarang. Aku pun berusaha menenangkan diriku dan menelepon polisi, aku menjelaskan insiden yang menimpa diriku secara jelas, namun polisi yang kuajak berbicara seakan seperti tidak percaya dan mulai menanyakan kebenaran dalam pengaduanku, Aku pun memberikan teleponku kepada tetangga ku karea tak kuat akan peranyaan yang diberikan polisi kepadaku.
10 menit kemudian 2 polisi datang kerumahku dan mengevakuasi seisi rumah, Aku hanya termenung dan menunggu hasil investigasi yang dilakukan oleh polisi, tetanggaku berusaha menghiburku dengan memberikanku teh hangat dan mengajakku bicara, “ jangan khawatir, semua akan baik-baik saja, kita akan menemukan keluargamu”, setelah menunggu investigasi aku dibawa oleh mereka ke kantor polisi untuk dimintai keterangan, “ selamat malam dik, kami dari kepolisian baru pertama kali menemui kasus ini, apakah adik tau kapan terahkir kali adik berkontak dengan keluarga adik ?”, “ seingat saya, saat saya ingin meminta izin untuk main kerumah teman saya tadi siang”, polisi itu terdiam dan melanjutkan mengendarai mobil patroli, aku termenung tak berdaya seaakan seperti merasakan kematian secara mendadak, bingung dengan yang terjadi hingga tak sadar Aku sudah tiba di kantor polisi sektor. Setelah aku tiba di kantor polisi, Aku dipandu oleh mereka menuju meja introgasi untuk ditanyai secara pelan, mereka langsung mengecek semua berkas yang terlibat denganku seperti KK,SIM, dan akte kelahiranku, Aku menunggu mereka sambil mendengar suara keyboard yang diketik secara cepat, suara itu pun terhenti dan memperlihatkan ekspresi polisi itu yang terkejut dan diam sejenak sambil memandangi layar komputernya seakan tak percaya apa yang dia lihat, “ adik, kok nama orang tua adik tidak ada di kartu keluarga dan akte kelahiran? “, kata kata tersebut seperti petir yang menyambar, aku diam sambil merenung mendengar hal tersebut. Aku pun meragukan hasil yang diberikan oleh polisi, “ tidak mungkin pak, tidak mungkin KK dan akte bisa dibuat tanpa adanya wali dalam keluarga saya”, “ saya paham, hanya saja ini sangat tidak masuk akal, nama adik tercantum dalam data kami, aka tetapi tidak dengan keluarga adik, siapa saja nama orang tua adik ? ”, “ untuk nama ayah saya adalah I Gusti Aslan Andara, dan untuk ibu saya Aiani Dewi Winarso”, polisi langsung mengangguk dan mulai mengetik kedua nama orang tuaku dikomputernya, tapi sayang, hasilnya masih nihil seakan mereka tidak pernah terlahir di dunia. Aku mulai kehilangan harapan dan mulai meneteskan air mata, bingung dan hancur dirasakan dalam satu malam.
“Apakah adik kenal dengan paman atau tante yang sekeluarga dengan adik”. Aku pun terbangun dan merasa ada harapan dari kata kata tersebut, “ Ada pak, paman saya bernama antonius dan saya punya nomornya ”, aku pun memberikan nomor paman ku yang ada di jakarta dan langsung dihubungi oleh pak polisi “ selamat malam pak, kami dari polsek ingin berbicara dengan bapak anton”, aku pun mendengar kronologi yang disampaikan polisi kepada pamanku, aku merasa membaik saat tau siapa yang bisa kuhubungi, Aku mulai memanjatkan doa agar harapan ini tidak pupus, aku mengenggam erat tanganku dan mulai menutup mata sambil berdoa agar berjalan dengan lancar. Tapi sekali lagi itu hanya harapan palsu yang sekian kalinya “ maaf, saya tidak kenal dengan seseorang yang bernama arion, dan saya tidak memiliki saudara bernama aslan”, aku pun terkejut dan merasa jatuh lagi saat mendengar kat tersebut. Aku tak bisa menahan emosi dan langsung merebut telepon dari polisi, “ paman jangan bercanda, saya ini keponakan paman!!!, apakah paman lupa ayah saya yang sering mengunjungi paman saat sedang liburan”, “ orang gila, saya tidak kenal kamu siapa !!, sudah cukup saya ada urusan jangan hubungi saya lagi”.
Aku pun terdiam mendengar suara telepon yang terputus, menatap wajah pak polisi yang kaget saat aku merebut ponselnya, “ oke nak, tolong bersabar kami akan berusaha untuk mencari keluarga adik secepat mungkin, sekarang kami mohon untuk adik tenang dulu”, Aku pun menangis sejadi-jadinya dan berteriak seperti orang kerasuhan, para polisi lalu menahanku yang tak terkendali mengeliat di tanah dan mencakar seluruh tubuhku, rasanya hancur dan menyiksa didalam batinku. “ Tuhan, mengapa seperi ini nasibku !!”, Para polisi pun langsung menahan ku dan menghubungi kontak yang ada di handphoneku, Aku pun mulai kehilangan kesadaran dan pingsan, tergeletak tak berdaya. Aku berharap yang aku alami adalah mimpi dan berusaha untuk terbangun di esok hari.
Aku terbangun di padang rumput yang dingin sunyi, Aku melihat keatas seakan melihat banyak bintang dilangit yang jatuh terlihat sangat indah, lalu ada suara yang memanggil namaku, “Ari... Ari ini mama nak, mama disini bersama kamu” sosok ibu muncul dihadapanku, memelukku seerat-eratnya dan berkata kepadaku dengan suaranya tersamar-samar “ jaga diri baik-baik ya, yang rajin dan pinter belajarnya buat jadi pak dokter kebanggan mama”, ibuku lalu tersenyum dan mengusap wajahku dan mulai menghilang dikerumunan kabut, Aku tak bisa bergerak dan hanya bisa meneteskan air mata yang tak terbendung atas pesan yang disampaikannya.
P mabar
Comment on chapter the most beautiful present