"Bagaimana hasil pemeriksaan Dokter?" tanya Ningrum yang sudah penasaran dengan hasil pemeriksaan Anita.
"Dokter bilang Anita hamil, Ma." jawab Rudi sambil memapah Anita masuk ke dalam rumah dengan perlahan.
"Alhamdulillah, akhirnya sebentar lagi Mama punya cucu. Sekarang kamu bawa Anita ke kamar biar dia bisa istirahat, Mama mau ke dapur dulu untuk meminta Marni dan Mbok Inah masak makan malam istimewa," perintah Ningrum sambil mengusap perut Anita yang masih rata lalu berjalan ke arah dapur.
"Ma, tidak perlu biar Rudi saja yang ke dapur sekalian mau minta tolong Mbok Inah buatkan kopi." ucap Rudi hingga membuat Ningrum menghentikan langkahnya.
"Baik kalau begitu, biar Anita Mama yang antar ke kamar. Ayo, Sayang. Mama bantu ke kamar, " ucap Ningrum sambil menggandeng tangan menantu kesayangannya.
"Tapi, Mas …." belum selesai Anita bicara Rudi langsung memotong pembicaraannya.
"Kamu ke kamar sama Mama dulu ya, setelah buat kopi aku akan langsung masuk ke kamar." jawab Rudi sambil tersenyum dan mencium kening Anita.
Anita pun akhirnya bersedia menuruti keinginan Rudi untuk ke kamar bersama Ningrum. Saat Anita dan Ningrum sudah tidak terlihat Rudi bergegas ke dapur untuk menemui Mbok Inah untuk menyampaikan pesan sang mama. Namun, saat dia sedang berbicara dengan Mbok Inah tiba-tiba dia teringat dengan Akbar dan Syifa.
"Mbok, apa Syifa ada di kamarnya?" tanya Rudi kepada Mbok Inah yang berdiri di hadapannya.
"Ada, Mas. Tadi saat Mbok lihat Syifa sedang menyusui Den Akbar," jawab Mbok Inah.
"Terus, Marni kemana?" tanya Rudi sambil memastikan jika tidak ada satu orang pun yang akan melihat dirinya ke kamar Syifa.
"Marni tadi pamit istirahat di kamarnya, Mas Rudi mau bertemu dengan syifa? " tanya Mbok Inah penasaran.
"Iya, nanti siapapun yang tanya tentang keberadaanku bilang saja aku keluar ke minimarket untuk membeli susu ibu hamil," pesan Rudi sebelum dia berjalan ke kamar Syifa.
"Baik, Mas. Lebih baik Mas Rudi cepat sebelum ada yang melihat, " jawab Mbok Inah yang dibalas anggukan oleh sang majikan.
Rudi pun langsung bergegas menuju ke kamar Syifa dengan terburu-buru. Saat dia masuk terlihat sang istri yang tertidur sambil menghadap ke arah Akbar yang sudah tenang dalam pelukan sang ibu. Perlahan Rudi menutup pintu kamar dan menguncinya serta langsung menghampiri Syifa yang masih terlelap dalam tidurnya.
“Aku sangat menyayangimu Syifa, maafkan aku yang tidak punya keberanian untuk mengatakan kepada semua tentang perasaanku kepadamu. Apalagi Anita saat ini sedang hamil anakku." ucap Rudi sambil berbisik di telinga Syifa.
“Apa benar Anita hamil, Mas?” tanya Syifa yang tiba-tiba terbangun dari tidurnya dan duduk di hadapan sang suami.
“Iya, maafkan aku, Sayang.” jawab Rudi sambil menunduk menyesal.
“Lalu bagaimana dengan rumah tangga kita, Mas? Sampai kapan aku harus menjadi istri rahasiamu.” tanya Syifa yang mulai meneteskan air matanya.
“Maafkan aku Syifa, aku tidak punya nyali untuk mengungkapkan siapa kamu sebenarnya.” jawab Rudi sambil terus menunduk tanpa melihat wajah istri sirinya.
“Kalau begitu ceraikan aku sekarang juga dan antarkan aku pulang ke rumah orang tuaku,” jawab Syifa sambil menatap wajah Rudi yang terus menunduk.
“Tidak, sampai kapanpun aku tidak akan menceraikanmu. Aku sangat mencintaimu dan Akbar, aku tidak bisa hidup tanpa kalian berdua." jawab Rudi sambil menatap Syifa.
“Cinta, sampai kapan kamu akan terus menahanku dan bersembunyi di balik kata cinta itu, Mas? Sedangkan sampai saat ini saja aku masih tetap menjadi istri rahasiamu. Aku lelah, Mas. Aku juga ingin mempunyai kehidupan yang normal selayaknya perempuan yang lain,” jawab Syifa sambil terus menatap mata sang suami.
“Aku tahu aku salah, tapi semua ini aku lakukan untuk masa depan kita apalagi Akbar aku hanya ingin dia mendapatkan hidup yang layak di masa depan." ucap Rudi sambil menggenggam tangan Syifa yang mulai menangis.
“Masa depan kita? Kamu salah Mas semua ini untuk masa depanmu bukan untuk masa depanku ataupun Akbar, karena apa. Karena kami akan tetap pembantu untukmu dan seluruh keluargamu,” jawab Syifa sambil melepaskan tangan sang suami.
Mendengar jawaban Syifa, Rudi langsung memeluk tubuh sang istri dengan erat. Sesekali Rudi mencium pipi Syifa sambil terus meminta maaf atas kesalahannya selama ini. Bibir Syifa sudah tak mampu mengatakan apapun hanya air mata yang bisa ditunjukkan saat ini sebagai tanda betapa sakitnya hati wanita yang sudah hampir setahun ini menjadi istri rahasia bagi suaminya sendiri.
"Lepaskan aku, Mas. Aku janji tidak akan menjauhkanmu dari Akbar, tapi aku mohon lepaskan aku biarkan aku bahagia dengan kehidupanku tanpamu," ucap Syifa yang masih menangis di dalam pelukan Rudi.
"Tidak, aku mohon Syifa jangan pernah berpikir untuk meninggalkanku." jawab Rudi sambil terus memeluk erat Syifa dengan erat.
"Awalnya mungkin berat untuk kita, tapi aku yakin seiring berjalannya waktu kita pasti bisa melalui semua ini dengan baik. " jawab Syifa sambil mengusap air matanya dan melepaskan pelukan Rudi.
"Aku mohon berikan aku waktu, aku janji akan mengatakan yang sebenarnya kepada keluargaku." bujuk Rudi sambil menggenggam tangan sang istri.
"Bagaimana dengan Anita, apa dia akan menerima semua kenyataan ini? Aku rasa tidak Mas, dan aku akan tetap menjadi istri kedua mu walaupun kenyataannya aku adalah istri pertama mu. Bahkan mereka akan menyebutku pelakor, " jawab Syifa sambil berdiri dan berjalan ke arah sebuah kursi yang tidak jauh dari tempat tidurnya.
"Tidak Syifa kamu bukan pelakor, kamu istriku bahkan kamu istri pertamaku, " jawab Rudi sambil menoleh ke arah Syifa yang tersenyum kecut mendengar ucapan sang suami.
"Aku harap kamu tidak lupa jika pernikahan kita hanya pernikahan secara agama dan secara hukum itu tidak akan membuatku diakui oleh negara bahkan bisa jadi aku dituduh merebutmu dari Anita, lebih kamu cepat pergi dari kamarku sebelum ada yang mendengar pembicaraan kita," ucap Syifa sambil seolah mengusir Rudi tanpa menatap wajah Rudi sedikit pun.
“Tidak! Aku tidak akan pergi dari sini sebelum kamu berjanji tidak akan meninggalkanku," bentak Rudi kepada Syifa sambil berjalan ke arah sang istri.
"Sudah, lebih baik kamu cepat pergi dari sini, aku tidak ingin membuat masalah dengan keluargamu, dan soal perceraian kita biarkan waktu yang menjawabnya," ucap Syifa sambil terus menatap lemari pakaian yang ada di hadapannya.
"Aku mohon berikan aku waktu sedikit lagi, aku janji akan mengatakan kepada keluargaku tentang statusmu yang sebenarnya," bujuk Rudi sambil bersimpuh di kaki Syifa.
"Lebih baik kamu cepat pergi dari sini, karena aku tidak mau mendengar alasan apapun darimu." jawab Syifa sambil mendorong tubuh Rudi ke arah pintu.
"Ada apa ini!" Syifa dan Rudi terkejut saat membuka pintu kamarnya.