Rudi dan Syifa terlihat bingung dengan apa yang diucapkan Ningrum. Syifa yang saat itu menggendong Akbar langsung berjalan ke arah paviliun dengan ditemani Mbok Inah. Rudi yang baru saja datang langsung di tarik sang Mama di meja makan.
"Ayo makan dulu, kamu pasti lapar setelah menempuh perjalanan jauh." ucap Ningrum sambil duduk di samping sang putra.
"Ada apa ini? Kenapa Mama begitu baik kepadaku." batin Rudi sambil mulai mengambil nasi.
"Marni!" teriak Ningrum kepada pembantu barunya.
"Iya, Nyonya." jawab Marni saat sudah berada di hadapan sang majikan.
"Cepat ambilkan minuman dingin untuk Rudi." perintah Ningrum kepada pembantu kesayangannya itu.
Setelah meletakkan minuman yang diminta oleh sang majikan, Marni langsung bergegas untuk menuju ke kamarnya. Saat tiba di kamarnya dia terkejut saat melihat Syifa tidur di tempat tidurnya. Marni yang sudah kesal langsung menyeret Syifa keluar dari kamarnya.
"Ada apa Mbak, kenapa saya disuruh keluar?" tanya Syifa sambil kebingungan.
"Hei! Kamar mu itu disebelah sana, ini sekarang adalah kamarku." bentak Marni sambil melemparkan tas Syifa.
"Sejak kapan kamar ini menjadi kamarmu, kamar ini adalah kamar Syifa dan anaknya." jawab Mbok Inah dengan ketus.
"Iya, sejak pertama saya disini kamar ini sudah menjadi kamar saya." jawab Syifa sambil menggendong Akbar yang sedang menangis karena terkejut.
Rudi yang sedang menikmati makanannya terkejut mendengar tangisan sang putra. Hingga membuatnya menghentikan makannya dan berjalan ke arah paviliun. Rudi yang saat itu melihat Syifa dan Akbar berdiri di depan kamar langsung menghampirinya.
"Ada apa berisik-berisik di sini!" bentak Rudi kepada Marni.
"Ini Mas, pembantu baru ini mengusir Syifa dan Akbar dari kamar ini, dia bilang kamar Syifa ada dibelakang sana." ucap Mbok Inah sambil menunjuk ke sebuah kamar kecil di ujung paviliun.
"Apa benar itu?" tanya Rudi sambil menatap Marni dengan tajam.
"Benar Tuan, kamar ini sudah di berikan Nyonya Ningrum untuk saya, dan barang-barang perempuan ini sudah di letakkan di kamar ujung." jawab Marni sambil menunduk.
"Aku tidak mau tahu, sekarang kamu kembalikan barang-barang Syifa ke kamar ini, dan kamu pindah ke kamar ujung!" perintah Rudi sambil berteriak kepada Marni.
"Rasain." ucap Mbok Inah sambil tertawa kepada Marni.
Setelah mendapat jawaban dan meminta Marni memindahkan kembali barang-barang Syifa. Rudi langsung menemui Ningrum yang masih duduk di meja makan. Ningrum yang mendengar teriakan sang putra pura-pura tidak mengetahui apapun.
"Mama!" teriak Rudi sambil berjalan ke meja makan.
"Iya, ada apa Putraku Sayang?" tanya Ningrum seolah tidak tahu apa-apa,"
"Kenapa Mama meminta pembantu baru itu menempati kamar Syifa? Mama tahu sendiri kamar itu sudah aku pasang AC agar Akbar tidak kepanasan, sekarang Mama malah meminta Syifa tinggal di kamar yang kecil dan pengap." ucap Rudi saat sudah di hadapan Ningrum.
"Duduk dulu Sayang, bayi kalau tidur di ruangan yang terlalu dingin itu tidak bagus, nanti dia gampang masuk angin makanya Mama minta Mirna menempati kamar Syifa," jelas Ningrum sambil meminta Rudi duduk di sampingnya.
"Aku tidak mau tahu, pembantu baru itu harus secepatnya pindah dari kamar itu, atau aku akan menendangnya keluar dari rumah ini." ancam Rudi sambil berdiri dan berjalan ke arah kamarnya.
"Duh anak itu keras kepala sekali, persis seperti Papanya," ucap Ningrum sambil berdiri dan melangkah ke arah paviliun.
"Kalian ada apa berisik saja, buat saya pusing tahu. Ini lagi anak tikus dari tadi nangis terus!" bentak Ningrum kepada Syifa dan dua pembantunya.
"Ini Nyonya, Mas Rudi minta saya buat pindah ke kamar pojok sana padahalkan kamar saya disini." jawab Marni sambil cemberut.
"Sudah lebih baik kamu pindah saja, jangan buat saya semakin pusing!" bentak Ningrum sambil memegangi kepalanya.
"Kamu jangan merasa kalau kamu sudah berhasil mendapatkan Putra ku, karena aku tidak akan membiarkan itu terjadi." ucap Ningrum sambil mendekat ke arah Syifa.
Saat makan malam berlangsung dan seluruh keluarga Rudi berkumpul di ruang makan. Mereka mulai menikmati hidangan yang tersaji di meja makan. Ningrum mulai berbicara kepada Rudi tentang sebuah pertemuan.
"Besok kamu ada acara apa, Rud?" tanya Ningrum sambil mengusap mulutnya.
"Tidak ada, hanya ikut Papa ke kantor untuk memberikan laporan kemarin," jawab Rudi sambil minum segelas air putih.
"Bagaimana pembangunan proyek di Desa Ronggo Lawuh?" tanya Andre kepada sang putra.
"Pembangunan perumahan di Desa Ronggo Lawuh kurang lebih sudah 80%, jadi kemungkinan akan selesai sekitar 2 sampai 4 bulan lagi," jawab Rudi sambil mengupas jeruk.
"Besok Mama ada undangan makan malam dengan keluarga teman Mama, jadi kalian besok harus ikut, termasuk Rudi dan Papa," ucap Ningrum sambil melirik ke arah Rudi dan Andre.
"Makan malam, dengan siapa Ma?" tanya Sherin dengan penasaran.
"Sudah, besok kalian akan tahu sendiri, yang pasti pukul 18.00 kalian semua harus sudah siap karena Mama tidak mau kita terlambat." jawab Ningrum sambil berdiri dan berjalan ke ruang keluarga dengan diikuti oleh kedua putrinya.
"Makan malam? Apa dia ada janji lagi dengan keluarga Anita," batin Andre sambil melamun.