Read More >>"> Rewrite (Kabur) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Rewrite
MENU
About Us  

Sepagi ini, Queen kalang kabut. Ia tak menjumpai Azkadina di kamar. Ia membangunkan semua penghuni kontrakan. Tak satupun yang tahu atau bahkan sekadar dipamiti Azkadina keluar. Tas ransel Azkadina warna abu-abu tidak ada. Dompet Billabong biru kesayangan Azkadina juga tidak ada. Beberapa potong baju yang kemarin Queen rapikan juga tidak ada. Anehnya, ponsel Azkadina masih tersimpan rapi di atas meja komputer.

Queen menelfon Sonya, barangkali Azkadina pergi ke rumah kakaknya. Ternyata, Azkadina tidak ada di rumah Sonya. Bergegas, Queen melajukan motor Yamaha-nya, mencari Azkadina di kampus.

Mungkin Azkadina menyelesaikan skripsi-nya di kampus pagi-pagi.

Perpustakaan, ruang baca, masjid, ruang dosen, bahkan gazebo tempat mahasiswa berkumpul juga tidak ada. Queen mulai cemas, ia masih terus melakukan kontak dengan Sonya.

Queen melajukan motornya lagi ke markas. Berharap, Azkadina berada di sana. Walaupun agak mustahil, karena Azkadina biasa ke markas sore hari.

Tidak menemukan sosok Azkadina di markas, Queen melajukan lagi motornya menuju toko kaus distro Azkadina yang ada di tepi jalan Wiyung. Ternyata tidak ada juga.

Satu-satunya yang terlintas di benak Queen di saat seperti ini adalah, Shafwan. Ia memberanikan diri menelfon Shafwan. Berharap Azkadina nekat menemui Shafwan.

“Azkadina tidak bersamaku. Bahkan di rumah juga tidak ada tamu tadi pagi. Apa kau sudah mencari ke markas?”

“Markas sudah, toko sudah, kampus sudah. Tidak ada Azkadina semuanya.”

“Ke mana Azkadina ya?”

“Ustaz, apakah ada kemungkinan, Azkadina bunuh diri?”

“Apa? Bunuh diri? Ngawur kamu, Queen!”

“Maaf. Tapi aku menjadi saksi, betapa rapuhnya Azkadina beberapa hari ini. Kupikir dengan ngobrol dengan Mbak Sonya kemarin dia menjadi lebih baik. Lha ini malah ngilang.”

Shafwan tak merespon percakapannya dengan Queen. Pikirannya sibuk, dadanya bergemuruh, kaki tanganya gemetar membayangkan kemungkinan Azkadina bunuh diri. Sesuatu yang teramat mengerikan. Dan Shafwan merasa, hal buruk yang terjadi kepada Azkadina, adalah karena dirinya.

Azkadina, jangan bunuh diri. Aku mencintaimu…

***

 

Suara deru bus terdengar meraung sepanjang perjalanan. Sesekali klakson berbunyi telolet telolet berpacu dengan suara tangis anak kecil yang rewel karena mabuk darat. Aroma minyak kayu putih dan minyak angin membaur sepanjang ruangan bus. Sang kernet masih setia mendampingi sopir bus yang sedang menyetir di sampingnya. Mata keduanya selalu awas memperhatikan jalanan yang membentang di depan. Sesekali keduanya bercanda membicarakan nasib keluarganya. Empat penumpang di baris depan masih asyik tertidur dengan suara dengkurnya. Beberapa penumpang berdiri sejenak untuk meluruskan kaki yang pegal karena terlipat. Laju bus patas cukup lancar sepanjang jalan tol Mojokerto Kertosono. 

Gadis muda itu duduk memandang jendela. Di sampingnya, duduk seorang perempuan setengah baya dengan tas jinjing di pangkuannya. Sesekali, gadis muda itu memejamkan mata, memegang perutnya yang terasa nyeri. Keringat dingin masih membasahi kerudungnya. Gadis muda itu, tak membawa bekal apapun kecuali sebotol minuman dan tas spunbond berisi sepasang baju. Ia memutuskan tidur sejenak untuk mengistirahatkan raganya.

Mata gadis itu menyala kembali ketika kernet menyampaikan akan tiba di kota Blitar. Ia bersiap untuk turun. Gadis itu memasang kembali topi. Tak lupa dirapatkan kembali jaket yang melekat di badannya. Dengan sekali lompat, ia berhasil turun di terminal Blitar dan bergegas mencari mobil sewaan menuju suatu alamat.

Jalan Ir. Soekarno nomor 100 kecamatan Sananwetan Blitar. Begitu alamat yang tertera di kertas kecil di tangan si gadis. Kota Blitar termasuk kota kecil yang cukup ramai di Jawa Timur. Kota ini terkenal karena tempat lahir proklamator Indonesia, Bung Karno. Di kota ini pula, Bung Karno dimakamkan. Aroma kebangsaan nasionalis amat kental terasa mulai dari pusat kota sampai ke kota kecamatan.

Tepat di depan rumah bercat hijau, mobil yang ditumpangi gadis muda itu berhenti. Ia turun dan memandangi rumah besar di depannya. Sejenak ia ragu, sampai akhirnya ia melihat sesosok yang tak asing lagi baginya.

“Assalamualaikum.” Sapa gadis itu dengan suara lantang.

“Wa alaikum salam. Azkadina?” Laki-laki berkaus kutang yang sedang menyiangi tanaman bunga di halamannya menoleh dan terkejut melihat tamu yang datang ke rumahnya.

“Ayah?” sahut gadis yang tak lain tak bukan adalah Azkadina.

“Ya Allah Nduk. Ayah mimpi kamu beberapa malam ini. Ternyata kamu ke sini.” Laki-laki yang dipanggil Ayah itu membukakan pintu pagar dan memegang tangan Azkadina. Azkadina hanya tersenyum meringis.

“Kamu sendirian? Kamu kok ke sini ada apa?” Kedua tangan lelaki itu memegangi tangan Azkadina. Sulit baginya mempercayai putri kesayangannya datang menemui.

“Aku ke sini mau..” ujar Azkadina terbata,”mengadili Ayah.”

Sekejap pandangan mata Azkadina menjadi gelap dan badannya melemah. Ia menjatuhkan badannya. Untungnya, lelaki berkumis tipis itu menangkapnya segera.

***

“Kamu pasti ada masalah. Sampai kamu ke sini.” Ucap lelaki yang dipanggil Ayah itu kepada Azkadina yang telah siuman. Tangannya mengambil secangkir teh melati hangat. Ia menghisap aroma melati itu lalu meneguk perlahan isinya.

Azkadina mengucek kedua matanya. Ia menatap lekat-lekat laki-laki di depannya. Laki-laki yang rambut putihnya sudah merata.

“Aku membenci Ayah. Setidaknya aku benci apa yang Ayah lakukan kepada kami.”

“Iya Ayah paham. Apa yang ingin kau ceritakan?” si Ayah menatap lembut putri keduanya itu.

“Kenapa semakin aku membenci Ayah, semakin aku merasa sesak. Apalagi sekarang. Karena Ayah, aku membenci laki-laki. Namun ketika aku jatuh cinta dengannya, kenapa dia mirip dengan Ayah.” Protes Azkadina to the point.

“Mirip?”

“Mencintai dua perempuan di saat yang sama.”

“Apa kau yakin dia begitu?”

Azkadina mengangguk.

“Kau tahu, godaan terbesar laki-laki adalah perempuan. Kau pasti sudah paham bukan di surat Ali Imran ayat 14 Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita dan seterusnya.”

“Tapi itu bukan pembenaran apa yang Ayah dan dia lakukan!” potong Azkadina.

“Benar, tapi jangan potong Ayah dulu!”

Azkadina membuang muka. Ia memegangi kembali perutnya yang mual.

“Di hadits Bukhari juga jelas disampaikan, Aku tidak meninggalkan satu godaan pun yang lebih membahayakan para lelaki selain fitnah wanita. Banyak feminis yang gak setuju dengan ayat ini, seolah menyalahkan perempuan. Padahal selama perempuan itu menutup aurat dan menjaga diri, maka aman. Tinggal si pria ini yang harus mampu menahan syahwatnya.”

“Lalu?”

“Ayah termasuk laki-laki yang sulit menjaga syahwat perempuan. Pekerjaan Ayah yang berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain, bertemu dengan beragam wanita. Jauh dari Ibumu. Sehingga Ayah memutuskan untuk menikah lagi.”

“Itu tetap bukan pembenaran untuk ketidaksetiaan Ayah. Ayah masih punya banyak pilihan yang lebih baik daripada tidak setia begitu!”

“Ya kamu benar. Ayah mungkin tidak setia. Tapi setidaknya itu yang Ayah lakukan untuk memutus kegilaan di masa muda. Menikah secara sirriyah.”

“Dengan banyak wanita sekaligus?”

“Ayah masih menepati batas yang ada. Hanya ada tiga istri Ayah, selain Ibumu.”

“Apa? Hanya tiga? Andai saja tidak ada batasnya, mungkin sampai sepuluh!”

Sang Ayah menunduk. Ia tak membalas pernyataan putrinya.

“Kegilaan yang Ayah pertahankan itu, telah menghancurkan aku. Dulu, aku bahagia bersama Ayah. Aku bangga memiliki Ayah yang bijaksana. Namun semua berantakan ketika Ayah dan Ibu bercerai. Itu yang Ayah inginkan?” Azkadina terisak. 

Laki-laki itu mendekati Azkadina. Ia duduk di sebelah putrinya.

“Apa yang Ayah lakukan, tidak patut dimaafkan. Apalagi oleh putri Ayah ini. Maafkan, ayah sudah egois dan membuatmu menderita sekian tahun ini.”

“Ayah jahat. Aku benci Ayah.”

“Kamu boleh memaki Ayah. Luapkan semua kemarahanmu hanya pada Ayah. Tapi jangan memaki keluarga Ayah yang lain. Mereka tidak salah, mereka sepertimu.” Laki-laki itu memeluk putrinya.

Mereka meluapkan rasa yang membuncah di hati masing-masing. Azkadina dengan kemarahannya dan sang Ayah dengan rasa bersalahnya.

“Lalu bagaimana dengan kekasihmu itu? Apakah ia selingkuh?”

Azkadina mengusap air matanya. Ia bercerita tentang Shafwan kepada Ayahnya. Termasuk pertengkarannya dengan Shafwan pekan kemarin.

“Bawa ia kemari. Ayah akan mengujinya terlebih dahulu sebelum menjadikanmu istri.”

“Tidak perlu. Aku membencinya!”

“Ayah tidak percaya. Ayah ini Ayahmu. Tahu kapan kamu berbohong atau tidak.” Ujar sang Ayah. Tangannya memencet hidung Azkadina lembut.

Azkadina tersenyum. Ia merasakan kehangatan Ayahnya kembali. Kehangatan yang ia sering temui saat usianya masih kanak-kanak.

“Badanmu panas sekali. Ayah bawa ke rumah sakit ya?”

Azkadina menggeleng. Mendengar kata rumah sakit membuat bulu kuduknya berdiri. Ia terlalu takut dengan perlengkapan medis.

“Kalau begitu ayo makan dulu. Ini bakso terenak di Blitar.”

Azkadina mengangguk. Ia memotong pentol bakso dan lontong di mangkuk bergambar ayam jago itu. Lalu memasukkan ke dalam mulutnya perlahan. Sesuap dua suap, Azkadina menikmati sembari menekan perutnya yang semakin berontak. Tak sampai empat suapan, Azkadina memuntahkan semua isi perutnya.

Hoooeeeek…..

“Ya Allah, Azkadina…”pekik sang Ayah. Ia menghampiri Azkadina yang semakin lemah dan menggigil. Sang Ayah segera memanggil istrinya untuk membantu menangani Azkadina.

“Kita berangkat ke rumah sakit sekarang.”

Azkadina masih saja menggeleng.

“Dasar keras kepala! Kali ini kamu yang nurut Ayah!” tukas sang Ayah sambil membopong tubuh mungil Azkadina.

Satu jam kemudian, Azkadina sudah berhasil dibawa ke IGD Rumah Sakit Mardi Waluyo untuk mendapatkan pertolongan pertama.

Melihat putrinya tertidur dengan selang infus terpasang di pergelangan tangannya, sang Ayah menjadi tenang. Ia mengambil ponsel di sakunya dan menelfon seseorang.

“Bu, Azkadina sedang sakit di sini. Kamu kemarilah!”

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Love You, Om Ganteng
15305      3648     5     
Romance
"Mau dua bulan atau dua tahun, saya tidak akan suka sama kamu." "Kalau suka, gimana?" "Ya berarti saya sudah gila." "Deal. Siap-siap gila berarti."
ETHEREAL
1138      495     1     
Fantasy
Hal yang sangat mengejutkan saat mengetahui ternyata Azaella adalah 'bagian' dari dongeng fantasi yang selama ini menemani masa kecil mereka. Karena hal itu, Azaella pun incar oleh seorang pria bermata merah yang entah dia itu manusia atau bukan. Dengan bantuan kedua sahabatnya--Jim dan Jung--Vi kabur dari istananya demi melindungi adik kesayangannya dan mencari sebuah kebenaran dibalik semua ini...
BOOK OF POEM
1832      562     2     
Romance
Puisi- puisi ini dibuat langsung oleh penulis, ada beragam rasa didalamnya. Semoga apa yang tertuliskan nanti bisa tersampaikan. semoga yang membaca nanti bisa merasakan emosinya, semoga kata- kata yang ada berubah menjadi ilustrasi suara. yang berkenan untuk membantu menjadi voice over / dubber bisa DM on instagram @distorsi.kata dilarang untuk melakukan segala jenis plagiarism.
Memoreset (Segera Terbit)
3094      1198     2     
Romance
Memoreset adalah sebuah cara agar seluruh ingatan buruk manusia dihilangkan. Melalui Memoreset inilah seorang gadis 15 tahun bernama Nita memberanikan diri untuk kabur dari masa-masa kelamnya, hingga ia tidak sadar melupakan sosok laki-laki bernama Fathir yang menyayanginya. Lalu, setelah sepuluh tahun berlalu dan mereka dipertemukan lagi, apakah yang akan dilakukan keduanya? Akankah Fathir t...
River Flows in You
642      359     6     
Romance
Kean telah kehilangan orang tuanya di usia 10 tahun. Kemudian, keluarga Adrian-lah yang merawatnya dengan sepenuh hati. Hanya saja, kebersamaannya bersama Adrian selama lima belas tahun itu turut menumbuhkan perasaan lain dalam hati. Di satu sisi, dia menginginkan Adrian. Di sisi lain, dia juga tidak ingin menjadi manusia tidak tahu terima kasih atas seluruh kebaikan yang telah diterimanya dar...
Kasih dan Sebilah Pisau
308      195     0     
Short Story
Kisah ini dibuat berdasarkan keprihatinan atas krisisnya kasih dan rapuhnya suatu hubungan. *** Selama nyaris seumur hidupku, aku tidak tahu, apa itu kasih, apa itu cinta, dan bagaimana seharusnya seseorang tersenyum saat sedang jatuh cinta.
If I Called Would You Answer
337      229     1     
Short Story
You called her, but the only thing you heard was ' I'm Busy '
Kenangan Masa Muda
5727      1617     3     
Romance
Semua berawal dari keluh kesal Romi si guru kesenian tentang perilaku anak jaman sekarang kepada kedua rekan sejawatnya. Curhatan itu berakhir candaan membuat mereka terbahak, mengundang perhatian Yuni, guru senior di SMA mereka mengajar yang juga guru mereka saat masih SMA dulu. Yuni mengeluarkan buku kenangan berisi foto muda mereka, memaksa mengenang masa muda mereka untuk membandingkan ti...
Let it go on
1082      763     1     
Short Story
Everything has changed. Relakan saja semuanya~
The Spark Between Us
5492      2329     2     
Romance
Tika terlanjur patah hati untuk kembali merasakan percikan jatuh cinta Tapi ultimatum Ibunda untuk segera menikah membuatnya tidak bisa berlamalama menata hatinya yang sedang patah Akankah Tika kembali merasakan percikan cinta pada lelaki yang disodorkan oleh Sang Ibunda atau pada seorang duda yang sepaket dengan dua boneka orientalnya