Read More >>"> Rewrite (Ketemuan) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Rewrite
MENU 0
About Us  

Ting Tong …

Suara bel berbunyi menghiasi rumah mewah bergaya vintage itu. Sinta Pramudya, asyik dengan aktivitas memasaknya. Hari Minggu ini, spesial bagi perempuan berusia setengah abad lebih itu. Tak ada jadwal praktik di rumah sakit. Perempuan berkulit kuning langsat, berusia lima puluh lima itu menghabiskan waktu liburnya dengan membuat kue.

Ting Tong …

Bel berbunyi sekali lagi. Sedikit terganggu dengan suara bel, Sinta memanggil khadimat-nya.

“Siti… Ada tamu tuh. Bantu Pak Mulya. Barangkali dia sedang ke kamar kecil.”

“Iya Bu.” Siti bergegas menuruti permintaan majikannya.

Sinta kembali sibuk dengan aktivitasnya. Jemari lentiknya sibuk menguleni adonan kue sampai kalis. Sudah hampir dua bulan, ia tak mempraktikkan lagi ilmu membuat roti bun dengan aroma kopi. Roti kesukaan Shafwan dan Sherine, anaknya.

Tak berapa lama, Siti, khadimat keluarga Pramudya, tergopoh menghampiri Sinta.

“Bu. Wonten tamu estri,” wajah Siti agak kebingungan menyampaikan ada sosok tamu perempuan.

“Oh, Bu Dewi ya? Katanya mau ke sini siang ini. Kok pagi sudah datang?” Sinta menutup adonan yang sudah kalis dengan kain bersih. Adonan itu akan mengembang dalam waktu beberapa menit.

Sanes Bu Dewi.”

“Oh bukan. Siapa? Eh dia mencariku, kan?” Matanya sibuk mencari bubuk kopi di rak bahan kue.

Sanes, Bu. Tamu itu mencari Mas Shafwan.”

Mata Sinta secara refleks terbelalak. Tangannya mendadak berhenti menyiapkan adonan krim kopi. Kedua alisnya bertautan. Pandangannya beralih ke langit-langit rumah.

Tamu perempuan Shafwan? Siapa?

Bergegas perempuan berbulu mata lentik itu mencuci tangan dan melepas apron yang dikenakan. Ia penasaran sekali dengan tamu perempuan untuk Shafwan.

Sinta mempercepat langkahnya menuju ruang tamu. Dari kejauhan ia melihat sosok perempuan berkerudung hijau botol dengan setelan rok dan blouse berlengan balon warna putih. Perempuan muda itu sedang duduk dan menundukkan wajahnya. Kedua tangannya bertautan. Sinta semakin penasaran dengan tamu itu.

“Halo, assalamualaikum.” Sinta mengulurkan kedua tangannya. Senyum tipis menghiasi wajah Sinta.

“Wa alaikum salam.” Perempuan berkerudung hijau itu berdiri dan menyambut uluran tangan Sinta.

“Mencari Shafwan?” tanya Sinta.

“Ehm, iya Tante.”

“Kamu siapa? Maaf, silakan duduk.” Perempuan itu pun duduk. Cara duduk Sinta yang elegan membuat perempuan itu kikuk. 

“Saya Azkadina. Saya teman Pak guru. Beliau ada?”

“Pak guru?”

“Eh iya. Saya memanggil beliau dengan sebutan Pak guru.”

Ough. Baik. Shafwan sedang ada acara dengan teman-teman mengajinya. Kamu apanya Shafwan?”

“Saya teman. Teman baik.”

“Teman baik? Itu saja?”

“Iya. Teman baik,” ujar Azkadina terbata,”itu saja.”

“Baik. Mbak Azkadina, saya mamanya Shafwan. Ada yang bisa saya bantu?”

Anu tante. Maaf, saya bermaksud mengembalikan baju seragam Pak guru.” Azkadina mengeluarkan satu plastik bening berisi seragam biru Shafwan yang sudah bersih dan rapi.

“Seragam? Kenapa ada di kamu Mbak?”

“Ceritanya panjang. Maukah Tante mendengar cerita panjang saya?” Dengan dada berdebar dan seberkas keraguan, Azkadina mencoba mencairkan suasana.

“Tentu saja. Coba ceritakan!” Sinta mengubah posisi duduknya seraya tersenyum penasaran. Tak dinyana Sinta menyambut cerita Azkadina.

Azkadina memulai ceritanya dengan wajah berbinar. Sesekali tangannya memeragakan detil kejadian tumpahnya susu soda ke bajunya Shafwan. Sederet gigi seri putihnya mengiringi tawa saat bercerita.

Sinta takjub mendengar cerita Azkadina. Ia tak menyangka ada kejadian itu menimpa anaknya. Tawa kecil Sinta mengiringi respons cerita Azkadina.

“Oh, jadi begitu ceritanya. Tante sempat heran, melihat Shafwan memakai kaus sarangheyo itu. Aneh sekali. Cowok se-serius Shafwan memakai kaus putih dengan gambar tangan yang artinya sarangheyo. Ternyata itu dari Mbak Azka ya.”

Azka menyengir lalu berujar,“Iya begitu ceritanya. Si penjual bakso yang terbengong melihat kami tertawa. Mungkin aneh karena ada insiden kok bisa-bisanya tertawa.”

Sinta tersenyum lebar mendengarnya. Sejenak rasa penasaran menyeruak dalam dirinya. Sinta memberanikan diri bertanya kepada gadis itu.

“Sepertinya kalian cukup dekat. Kamu pertama kali kenal Shafwan dari mana?”

Azkadina terkejut dengan pertanyaan itu. Untuk menenangkan diri, ia meminta izin untuk meminum suguhan teh hangat di depannya. Lalu Azkadina menceritakan awal mula bertemu Shafwan di rumah kakaknya, termasuk insiden semangkuk mie panas. Senyum Sinta tak henti-hentinya mengembang. Sesekali ia tertawa kecil.  

Azkadina juga menceritakan aktivitas mereka di Rumah Belajar Ceria. Shafwan yang menjadi volunteer teacher, mengajar sepekan dua kali tanpa dibayar. Shafwan juga memberikan motivasi dan pengajian untuk para volunteer. Kecelakaan yang menimpa Fir dan bagaimana mereka berdua membantu Fir dan keluarganya sampai tengah malam, juga diceritakan Azkadina.

Cerita-cerita dialog antara Shafwan dan Azkadina juga disampaikan. Azkadina menyampaikan bahwa, jawaban pertanyaan yang selama ini menggelayut di benaknya, terjawab oleh Shafwan.

“Saya bersyukur bisa mengenal pak guru. Beliau bisa memberikan banyak pencerahan kepada saya, kakak saya, keponakan saya, dan keluarga besar RBC.” Mata Azkadina berbinar, lalu menunduk.

“Seru sekali petualanganmu bersama Shafwan. Ia memang cerita ini itu, tapi tak sedetil cerita Mbak Azka.”

“Pak guru memang agak introvert ya Tante.”

“Betul. Tapi dia amat manis. Semarah apapun Tante padanya, tak pernah ia gagal meluluhkan hati Tante. Bahkan ketika Tante mendesaknya untuk segera menikah.” Suara Sinta meluruh.

Mata Azkadina kembali menatap perempuan bergelar dokter spesialis anak di depannya. Jantungnya berdegup kencang mendengar kata menikah.

“Menikah?”

“Iya. Tante mendesaknya menikah. Usianya sudah tiga puluh. Tapi belum ada tanda-tanda dekat dengan perempuan. Bahkan Tante sempat menjodohkannya dengan beberapa gadis. Semua ditolak.”

“Ough. Pak guru tak pernah cerita.”

“Ya begitulah. Ada masa lalu yang membuatnya selalu berhenti ketika memikirkan pernikahan. Entah, mungkin Shafwan belum move on.

Azkadina terdiam. Satu rahasia Shafwan terkuak. Ia penasaran sekali namun ia tak berani bertanya lebih lanjut.

“Dulu ia pernah bertunangan dengan seorang gadis. Namun ketika Shafwan mengikuti pendidikan profesi guru, perempuan itu memilih menikah dengan orang lain yang lebih mapan.”Mata Sinta menerawang jauh.

“Kamu tahu bukan, berapa gaji guru? Tante sudah mendesaknya untuk berhenti jadi guru, supaya penghasilannya besar. Tapi dia tidak mau. Shafwan bilang, menjadi guru adalah panggilan jiwa. Peran terbaik untuk memperbaiki negeri ini. Ya idealis gitu anaknya.” 

Azkadina menunduk. Ia tak menyangka ada duka yang mendalam di masa lalu Shafwan. Ia jadi merindukan lelaki itu.

“Tante cerita sampai di situ saja ya. Tante kuatir, Shafwan marah kalau mengungkit masa lalunya.”

“Iya Tante.”

“Tante senang kamu bisa dekat dengan Shafwan. Mungkin ini jawaban atas doa-doa Tante. Sudah lima tahun ini, ia tak pernah dekat dengan perempuan. Tante sempat ada pikiran buruk, ia berubah menjadi gay.”

Azkadina terkejut dengan kata terakhir yang diucapkan Sinta.

“Gila! Pikiran Tante sudah kotor banget. Saking banyaknya kasus semacam itu. Sampai akhirnya Tante sadar, Shafwan hanya kehilangan kepercayaan dirinya saja. Harga dirinya .. cintanya… seakan musnah”

Azkadina menunduk lagi. Ia tak berani berpendapat apapun. Di balik kesempurnaan Shafwan, menyimpan luka batin.

“Tante nitip ke kamu ya Mbak Azka. Semoga hatinya bisa benar-benar terbuka melalui kehadiran Mbak Azka.” Kedua tangan Sinta menggenggam jemari Azkadina.

Sudut mata Azkadina membening. Ia membiarkan genangan itu mengalir. Ia merasa, terlalu hina untuk menjadi harapan mulia wanita cantik di depannya. Ia tidak pantas untuk Shafwan. Ia tak sebaik itu. Bahkan Azkadina pun tak paham mengapa harus berhijab sepekan ini. Ia sering menggerutu gerah.

Pak Guru, kamu ke mana? Aku ingin memukulmu keras-keras.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Hei, Mr. Cold!
314      258     0     
Romance
"Kau harus menikah denganku karena aku sudah menidurimu!" Dalam semalam dunia Karra berubah! Wanita yang terkenal di dunia bisnis karena kesuksesannya itu tak percaya dengan apa yang dilakukannya dalam semalam. Alexanderrusli Dulton, pimpinan mafia yang terkenal dengan bisnis gelap dan juga beberapa perusahaan ternama itu jelas-jelas menjebaknya! Lelaki yang semalam menerima penolakan ata...
Denganmu Berbeda
8568      2410     1     
Romance
Harapan Varen saat ini dan selamanya adalah mendapatkan Lana—gadis dingin berperingai unik nan amat spesial baginya. Hanya saja, mendapatkan Lana tak semudah mengatakan cinta; terlebih gadis itu memiliki ‘pendamping setia’ yang tak lain tak bukan merupakan Candra. Namun meski harus menciptakan tiga ratus ribu candi, ataupun membuat perahu dan sepuluh telaga dengan jaminan akan mendapat hati...
Before I Go To War
595      425     5     
Short Story
Inilah detik-detik perpisahan seorang pejuang yang tak lama lagi akan berangkat menuju peperangan. \"Selamat tinggal gadis yang tengah asyik bersujud dimihrab yang usang\" -Mustafa-
Temu Yang Di Tunggu (up)
17759      3711     12     
Romance
Yang satu Meragu dan yang lainnya Membutuhkan Waktu. Seolah belum ada kata Temu dalam kamus kedua insan yang semesta satukan itu. Membangun keluarga sejak dini bukan pilihan mereka, melainkan kewajiban karena rasa takut kepada sang pencipta. Mereka mulai membangun sebuah hubungan, berusaha agar dapat di anggap rumah oleh satu sama lain. Walaupun mereka tahu, jika rumah yang mereka bangun i...
Dua Puluh Dua
415      224     2     
Short Story
Kehidupan Rion berubah total di umurnya yang ke dua puluh dua. Dia mulai bisa melihat hal-hal yang mengerikan. Kehadiran Krea di hidupnya membuat Rion jauh lebih baik. Tapi Rion harus menyelesaikan misi agar dirinya selamat.
Dream Space
630      381     2     
Fantasy
Takdir, selalu menyatukan yang terpisah. Ataupun memisahkan yang dekat. Tak ada yang pernah tahu. Begitu juga takdir yang dialami oleh mereka. Mempersatukan kejadian demi kejadian menjadi sebuah rangakaian perjalanan hidup yang tidak akan dialami oleh yang membaca ataupun yang menuliskan. Welcome to DREAM SPACE. Cause You was born to be winner!
Oh, My Psychopaths CEO!
695      491     2     
Romance
Maukah kau bersama seorang pembunuh gila sepertiku?
Varian Lara Gretha
5197      1603     12     
Romance
Gretha harus mempertahankan persahabatannya dengan Noel. Gretha harus berusaha tidak mengacuUhkan ayahnya yang berselingkuh di belakang ibunya. Gretha harus membantu ibunya di bakery untuk menambah biaya hidup. Semua harus dilakukan oleh Gretha, cewek SMA yang jarang sekali berekspresi, tidak memiliki banyak teman, dan selalu mengubah moodnya tanpa disangka-sangka. Yang memberinya semangat setiap...
ARSELA: Perjodohan si Syar'i dan Ketua Geng Motor
114      107     3     
Romance
Memiliki hutang budi dengan keluarga Dharmendra, Eira mau tidak mau menyetujui perjodohan dengan putra sulung keluarga itu, Arsel, seorang ketua geng motor tersohor di kampusnya.
27th Woman's Syndrome
10264      1933     18     
Romance
Aku sempat ragu untuk menuliskannya, Aku tidak sadar menjadi orang ketiga dalam rumah tangganya. Orang ketiga? Aku bahkan tidak tahu aku orang ke berapa di hidupnya. Aku 27 tahun, tapi aku terjebak dalam jiwaku yang 17 tahun. Aku 27 tahun, dan aku tidak sadar waktuku telah lama berlalu Aku 27 tahun, dan aku single... Single? Aku 27 tahun dan aku baru tahu kalau single itu menakutkan