Loading...
Logo TinLit
Read Story - Girl Power
MENU
About Us  

Mingyu kembali mengetik pada ponselnya. Sebelum ia selesai mengetik, tiba-tiba Sunmi membalas pesannya. Mingyu pun menyunggingkan senyuman. Senyuman paling manis yang pernah ia miliki. Jantungnya semakin berdebar tidak karuan. Tangannya mulai gemetar dan mengeluarkan keringat dingin. Mingyu lekas membaca pesan balasan. Gadis itu hanya membalas dengan satu kata. 'Mingyu'. Mingyu tersenyum kian lebar. Ia juga khawatir dengan keadaan Sunmi. Namun, tanpa ragu, Mingyu segera menghubungi Sunmi melalui panggilan telepon. Mingyu menanyakan kabar Sunmi terlebih dahulu. Ia tidak ingin menanyakan kabar yang beredar luas di internet hari ini. Mingyu tahu, hal itu akan membuat Sunmi menutup panggilan teleponnya. Mingyu pun hanya berbincang tentang permainan tadi siang. Ia hanya ingin menghibur dan sejenak melupakan beban pikirannya. Namun, suara Sunmi terdengar tidak bersemangat. Mingyu ingin sekali bertemu dengan Sunmi saat ini juga, tetapi ia tahu itu tidak mungkin.

"Sunmi, kalau malam ini kita keluar. Apa kau bisa?" tanya Mingyu penasaran.
"Tidak bisa. Junsu Oppa pasti melarangku keluar."
"Oh, begitu ya. Ya, sudah kalau begitu. Apa aku mengganggumu sekarang?"
"Tidak, tidak sama sekali, Mingyu. Aku tahu, kau pasti ingin menghiburku, 'kan?" Sunmi menebak dengan tepat. Mingyu tersenyum, lagi dan lagi.
"Tadi, kau berlari cepat sekali. Aku tidak menyangka, larimu secepat itu."
"Aku sudah bilang, saat masa sekolah aku pernah menjadi atlet pelari yang mewakili sekolah."
"Apa kau pernah memenangkan pertandingannya?"
"Tentu saja pernah. Ya, sekitar 7 atau 8 kali, kalau aku tidak salah. "
"Wah! Hebat sekali! Pantas saja. Oh, iya. Kapan-kapan kita pergi ke tempat gym bersama, bisa?"
"Kalau aku sempat, akan kuusahakan."
"Baiklah, aku tunggu waktu luangmu."
Tanpa mereka sadari mereka sudah mengobrol selama tiga puluh menit.
"Mingyu, aku lelah, rasanya aku harus segera beristirahat."
"Oh, iya. Tunggu! Aku hanya ingin mengatakan, kau selalu berhasil melewati hari-harimu, sesulit apapun. Kini, kau pun pasti mampu melaluinya. Selamat tidur."
"Selamat tidur juga, Mingyu! Terima kasih untuk hari ini. Aku bahagia memiliki teman sepertimu."

Selama ini, Mingyu memendam rasa terhadap Sunmi. Begitu berat baginya memiliki perasaan terhadap teman sesama idol. Sudah dipastikan, jika ia menyatakan perasaannya, belum tentu gadis itu akan bersedia menerima perasaannya. Ditambah lagi, peraturan dari manajemen perusahaan yang melarang setiap anggota grup untuk berkencan selama menjalani kontrak pekerjaan. Dilema. Mingyu hanya mampu menahannya. Entah, hingga kapan?

Kim Mingyu merupakan seorang idol dari grup bernama Gold Lion. Tiga anggota lainnya, yakni, Seongwoo, Jaehyun serta Sehun. Mereka berempat merupakan boygrup asuhan di bawah label yang sama dengan Girls Power. Sejak menjadi trainee, Mingyu dan Sunmi sudah saling mengenal, bahkan menjadi sahabat. Sejak saat itulah perasaan mulai bertumbuh. Ia tidak bisa berpaling pada gadis lain. Hanya perhatian demi perhatian yang mampu ia berikan untuk menunjukan bahwa dirinya ada. Mingyu mengacak rambutnya asal. Ia sebal karena perasaan yang dimilikinya.

"Sampai kapan aku harus begini?" gumamnya kesal.

Selintas ingatan tentang Jinhee menghampiri benaknya. Jinhee tampak sangat angkuh dan kasar. Tatapan, sikap, ucapan. Segalanya membuat Mingyu terus berpikir, apa yang membuat Jinhee seperti itu? Jinhee seperti tidak menyukai Sunmi. Keberadaan Sunmi seperti gangguan baginya. Seringkali, tanpa sengaja Mingyu menangkap Jinhee yang sedang bersikap kasar kepada Sunmi saat mereka sedang berdua. Hal itu membuatnya amat penasaran. Apakah Jinhee sungguh membenci Sunmi? Ia hanya mampu berpura-pura tidak tahu tentang sikap Jinhee. Entah dengan yang lain, menyadarinya atau tidak? Namun, bagi Mingyu hal itu terlihat sangat jelas. Ia ingin sekali melaporkan hal itu kepada Park Junsu. Namun, ia tidak pernah memiliki kesempatan untuk mengatakannya.
Mingyu menatap layar ponselnya. Ia mencari sebuah foto pada dokumen ponselnya. Fotonya bersama Sunmi ketika masih menjadi trainee. Jempolnya mengusap lembut pada bagian wajah sang gadis. Senyumannya lagi-lagi mengembang. Hanya itu yang mampu Mingyu lakukan. Tentu saja. Tidak mungkin ia mengusap wajah Sunmi yang sebenarnya. Hatinya berdesir kala ia menyadari bahwa itu hanyalah sekedar foto. Ia mengambil bantal, lantas menutupi wajahnya rapat-rapat. Ia berteriak sekencang mungkin di bawah bantal, "SUNMI! SUNMI! SUNMI!"

Kriet! Pintu kamar Mingyu terbuka. Seseorang memasuki kamar lantas menatap Mingyu yang sedang menutup wajahnya dengan bantal. Ia menendang kaki Mingyu kasar. Ia adalah Seongwoo. Teman sekamarnya yang juga sahabatnya.

"Kau sedang apa?" Seongwoo tidur di ranjangnya. Ia merebahkan diri lantas menatap langit-langit kamar. Tidak ada jawaban dari Mingyu. Pria itu masih menaruh bantal di atas wajahnya. Seongwoo pun memiliki sebuah ide. Ia bangkit, lalu menekan bantal Mingyu dengan pelan. Tangan Mingyu segera menghalau tangan milik Seongwoo.
"Aku tidak bisa bernapas!" teriak Mingyu terengah-engah.
"Kau kenapa lagi? Ada apa? Masih memikirkan Sunmi?" tanya Seongwoo spontan.
"...." Tidak ada jawaban dari Mingyu. Ia diam seribu bahasa. Namun, Seongwoo terus melirik. Ia melihat teman sekamarnya tampak murung. Seongwoo tahu, Mingyu sangat peduli terhadap Sunmi, tetapi tidak mengetahui tentang perasaannya. Mereka menganggap Sunmi sudah seperti adik sendiri. Tidak ada satu pun orang yang mengetahui perasaan Mingyu terhadap Sunmi. Mingyu tidak pernah menceritakannya kepada siapapun termasuk Seongwoo. Bukan Mingyu tidak percaya. Ia hanya merasa percuma saja menceritakan tentang perasaannya. Tidak ada orang yang dapat membantunya. Seongwoo pun mungkin saja akan menyuruhnya untuk berhenti menyukai Sunmi. Lebih baik, ia simpan sendiri saja perasaan itu. Ia amat berharap, sebuah keajaiban terjadi. Suatu hari nanti, mungkin saja ia mampu menyatakan perasaannya, walaupun mendapat penolakan dari Sunmi. 

***

Sunmi keluar kamar untuk mengambil segelas air. Ia merasa kerongkongannya kering setelah mengobrol lama di telepon dengan Mingyu. Ia pun berjalan menuju dapur.

"Ternyata, usahamu mendapatkan peran sebagai tokoh utama, menggunakan cara kotor. Aku tidak menyangka!" Jinhee mendelik kepada Sunmi. Sunmi yang sedang menuangkan air ke dalam gelas pun menghentikan kegiatannya. Ia menaruh botol tersebut lantas menyiram air di dalam gelas ke wajah Jinhee. Mata serta wajahnya mulai memerah. Ia mencoba menahan diri untuk tidak melakukan hal yang lebih ceroboh lagi. Sunmi tahu, Jinhee pasti akan sangat marah atas perbuatannya. Namun, Sunmi sudah tidak mampu menahan rasa kesalnya. Bagi Sunmi, sikap Jinhee sudah sangat keterlaluan.

"Bisa tidak, satu hari saja, eonni tidak mengusikku! Hatiku sakit mendengar semua ucapanmu! Apa kau sebenci itu padaku? Apa alasannya? Jelaskan padaku sekarang juga!"
Tiba-tiba Jinhee mendekat kepada Sunmi, kemudian menjambak rambut lurus milik Sunmi.
"Eonni, aku mohon. Lepaskan rambutku!" Sunmi memohon pada Jinhee.
Gain dan Hayeon lekas memisahkan Sunmi dari Jinhee.
"Aku muak melihat tingkahmu, Sunmi! Berani-beraninya kau menyiram wajahku!" teriak Jinhee penuh amarah.
Gain mengajak Sunmi untuk segera masuk ke kamar. Ia tidak ingin Jinhee dan Sunmi bergaduh lagi.
"Jinhee! Berhenti!" ujar Hayeon lantang.
"Kau membela si sok cantik itu?" tanya Jinhee kesal.
"Aku tidak membela siapapun, aku hanya ingin tidak terjadi pertengkaran di antara kalian. Kita ini satu grup. Ingat, Sunmi baru saja kehilangan ibunya, ditambah lagi, kini ia ditimpa masalah skandal dengan Produser Gu! Apa kau tidak merasa iba sama sekali? Sunmi itu adik kita!"
Jinhee bungkam. Ia tidak membalas ucapan Hayeon sama sekali. Ia hanya melengos pergi menuju kamar. Di kamar ia bergumam, "Adik? Aku tidak punya adik! Tidak sudi aku memiliki adik seperti dia!"

***

Di dalam kamar, Sunmi menangis terisak. Gain duduk di sebelahnya. Tidak ada kata-kata apapun yang keluar dari bibir Sunmi. Hanya terdengar isakan tangisnya. Sunmi merasa bahwa dadanya amat sesak. Mengapa semuanya terjadi secara beruntun? Ibunya, Jinhee dan skandalnya dengan Produser Gu. Sunmi merasa, Jinhee telah berubah. Sikapnya aneh. Tidak seperti Jinhee yang ia kenal dulu. Sakit rasanya mendengar Jinhee mengatakan hal yang begitu menyakiti hatinya. Gain memeluk Sunmi erat. Sunmi masih terus menangis. Bahkan, isakannya semakin kuat. Air mata terus mengalir membasahi pipinya.

"Gain, apa yang harus aku lakukan? Beri tahu aku! Aku tidak ingin seperti ini terus. Ibu pasti sedih jika melihatku begini."
"Tenangkan dirimu, tunggu di sini. Jangan keluar kamar! Aku akan mengambilkan segelas air untukmu. Ingat, Jangan keluar kamar! Oke!" perintah Gain tegas.
"Iya. Baiklah," balas Sunmi menurut.
Tidak lama, Gain kembali dengan membawa segelas air minum. Gain menyuruh Sunmi untuk minum terlebih dahulu untuk menenangkan diri.
"Ambil napas dalam sebanyak tiga kali, keluarkan melalui mulut!"

Sunmi pun mengikuti apa yang Gain katakan. Ia minum, kemudian mengambil napas perlahan.
"Sudah merasa lebih tenang, 'kan?" tanya Gain tenang. Ia mengusap punggung Sunmi lembut. Ia mencoba untuk menenangkan Sunmi dengan cara yang selalu dilakukan ibunya dulu semasa kecil. Gain tersenyum.
"Sekarang katakan! Apa yang sedang kau rasakan? Jangan disimpan sendiri. Aku tidak akan mengatakan pada siapapun termasuk Hayeon. Aku janji, tetapi jika kau tidak mau mengatakan apapun, tidak masalah."
Sunmi memeluk Gain erat.
"Aku tidak tahu harus mengatakan apa. Aku hanya ingin, kau tidak berubah seperti Jinhee eonni. Aku takut kau dan Hayeon meninggalkanku seperti Jinhee eonni. Aku tidak ingin kehilangan sahabatku lagi," bisik Sunmi pelan. Suaranya terdengar parau.
"Itu tidak akan terjadi. Tidak perlu gelisah, Sunmi."
"Janji!" seru Sunmi.
"Aku janji!" bisik Gain lembut.

 

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
START
320      216     2     
Romance
Meskipun ini mengambil tema jodoh-jodohan atau pernikahan (Bohong, belum tentu nikah karena masih wacana. Hahahaha) Tapi tenang saja ini bukan 18+ πŸ˜‚ apalagi 21+πŸ˜† semuanya bisa baca kok...πŸ₯° Sudah seperti agenda rutin sang Ayah setiap kali jam dinding menunjukan pukul 22.00 Wib malam. Begitupun juga Ananda yang masuk mengendap-ngendap masuk kedalam rumah. Namun kali berbeda ketika An...
Let's See!!
2354      991     1     
Romance
"Kalau sepuluh tahun kedepan kita masih jomblo, kita nikah aja!" kata Oji. "Hah?" Ara menatap sahabat kentalnya itu sedikit kaget. Cowok yang baru putus cinta ini kenapa sih? "Nikah? lo sama gue?" tanya Ara kemudian. Oji mengangguk mantap. "Yap. Lo sama gue menikah."
Sweet Equivalent [18+]
4996      1266     0     
Romance
When a 19 years old girl adopts a 10 years old boy Its was hard in beginning but no matter how Veronica insist that boy must be in her side cause she thought he deserve a chance for a better live Time flies and the boy turn into a man Fact about his truly indentitiy bring another confilct New path of their life change before they realize it Reading Guide This novel does not follow the rule o...
I'm not the main character afterall!
1414      730     0     
Fantasy
Setelah terlahir kembali ke kota Feurst, Anna sama sekali tidak memiliki ingatan kehidupannya yang lama. Dia selama ini hanya didampingi Yinni, asisten dewa. Setelah Yinni berkata Anna bukanlah tokoh utama dalam cerita novel "Fanatizing you", Anna mencoba bersenang-senang dengan hidupnya tanpa memikirkan masalah apa-apa. Masalah muncul ketika kedua tokoh utama sering sekali terlibat dengan diri...
ARMY or ENEMY?
15054      4224     142     
Fan Fiction
Menyukai idol sudah biasa bagi kita sebagai fans. Lantas bagaimana jika idol yang menyukai kita sebagai fansnya? Itulah yang saat ini terjadi di posisi Azel, anak tunggal kaya raya berdarah Melayu dan Aceh, memiliki kecantikan dan keberuntungan yang membawa dunia iri kepadanya. Khususnya para ARMY di seluruh dunia yang merupakan fandom terbesar dari grup boyband Korea yaitu BTS. Azel merupakan s...
Luka atau bahagia?
5060      1465     4     
Romance
trauma itu sangatlah melekat di diriku, ku pikir setelah rumah pertama itu hancur dia akan menjadi rumah keduaku untuk kembali merangkai serpihan kaca yang sejak kecil sudah bertaburan,nyatanya semua hanyalah haluan mimpi yang di mana aku akan terbangun,dan mendapati tidak ada kesembuhan sama sekali. dia bukan kehancuran pertama ku,tapi dia adalah kelanjutan dari kisah kehancuran dan trauma yang...
Hello, Kapten!
1542      759     1     
Romance
Desa Yambe adalah desa terpencil di lereng Gunung Yambe yang merupakan zona merah di daerah perbatasan negara. Di Desa Yambe, Edel pada akhirnya bertemu dengan pria yang sejak lama ia incar, yang tidak lain adalah Komandan Pos Yambe, Kapten Adit. Perjuangan Edel dalam penugasan ini tidak hanya soal melindungi masyarakat dari kelompok separatis bersenjata, tetapi juga menarik hati Kapten Adit yan...
Mencari Malaikat (Sudah Terbit / Open PO)
5312      2007     563     
Action
Drama Malaikat Kecil sukses besar Kristal sang artis cilik menjadi viral dan dipujapuja karena akting dan suara emasnya Berbeda dengan Viona yang diseret ke luar saat audisi oleh mamanya sendiri Namun kehidupan keduanya berubah setelah fakta identitas keduanya diketahui Mereka anak yang ditukar Kristal terpaksa menyembunyikan identitasnya sebagai anak haram dan mengubur impiannya menjadi artis...
When Magenta Write Their Destiny
6332      1720     0     
Romance
Magenta=Marina, Aini, Gabriella, Erika, dan Benita. 5 gadis cantik dengan kisah cintanya masing-masing. Mereka adalah lima sahabat yang memiliki kisah cinta tak biasa. Marina mencintai ayah angkatnya sendiri. Gabriella, anak sultan yang angkuh itu, nyatanya jatuh ke pelukan sopir bus yang juga kehilangan ketampanannya. Aini dengan sifat dingin dan tomboynya malah jatuh hati pada pria penyintas d...
Rewrite
9665      2792     1     
Romance
Siapa yang menduga, Azkadina yang tomboy bisa bertekuk lutut pada pria sederhana macam Shafwan? Berawal dari pertemuan mereka yang penuh drama di rumah Sonya. Shafwan adalah guru dari keponakannya. Cinta yang bersemi, membuat Azkadina mengubah penampilan. Dia rela menutup kepalanya dengan selembar hijab, demi mendapatkan cinta dari Shafwan. Perempuan yang bukan tipe-nya itu membuat hidup Shafwa...