"Ayo, Min...gyu! Fighting, semangat Mingyu!" Sunmi tidak henti memberi dukungan kepada temannya. Ia meneriaki nama Mingyu berulang kali. Mingyu memiliki peluang untuk menang. Sebab, ketiga temannya masih berada di belakangnya. Setelah melewati seluruh halang rintang, Mingyu menekan tombol merah dan meraih bendera. Tim Min-Sun pun berhasil menjadi pemenang pada babak pertama. Setelah berhasil tiba lebih dahulu, Mingyu segera menghampiri Sunmi. Ia berlari dengan kencang. Hingga akhirnya hampir menabrak. Jika saja ia tidak mengerem kakinya, mungkin Sunmi akan terjatuh.
"Kau ini. Bisa hati-hati tidak? Hampir saja menabrakku!" Sunmi mengeluh sebal pada Mingyu dengan ekspresi wajah cemberut yang menurut Mingyu begitu menggemaskan. Mingyu pun reflek mencubit pelan pipi Sunmi yang tembam.
"Sunmi! Kita berhasil," ujar Mingyu sembari mengangkat tangannya untuk melakukan tos bersama Sunmi. Gadis itu menyambutnya untuk melakukan tos bersama. Senyuman bangga medarat di bibir Mingyu. Akhirnya, berkat Sunmi, ia mampu mengalahkan kemampuan berlari Jaehyun dan Seungwoo. Mingyu segera mengalungkan sebelah lengannya di leher Sunmi.
"Larimu cepat juga ya," bisik Mingyu memuji.
"Tentu saja, siapa dulu? Sunmi! Aku memang atlet lari saat sekolah dulu," jawab Sunmi membanggakan diri.
"Serius?" tanya Mingyu tidak percaya. Sunmi pun mengangguk yakin.
"Wah! Keren sekali, aku tidak menyangka. Pantas saja larimu secepat kilat." Mingyu mengacungkan dua jempolnya kepada Sunmi.
***
Permainan dibagi menjadi lima bagian. Bagian pertama dimenangkan oleh tim MinSun, Mingyu dan Sunmi. Permainan kedua oleh tim SeGa, Sehun dan Gain. Permainan ketiga oleh tim JaeHa, Jaehyun dan Hayeon. Permainan keempat oleh tim SeongJin, Seongwoo dan Jinhee. Tersisa satu permainan. Karena skor setiap tim sama. Siapapun yang memenangkan permainan kelima sudah pasti dinyatakan sebagai pemenang. Hasil permainan terakhir tidak memuaskan bagi Sunmi dan Mingyu karena yang menjadi pemenang adalah tim JaeHa.
"Sudah, sudah. Santai saja, kalah atau menang sama saja. Hukumannya biar aku saja yang lakukan." Mingyu mencoba menenangkan Sunmi.
"Tapi, Mingyu. Kamu tahu apa hukumannya? Kamu harus meminum itu," bisik Sunmi khawatir pada Mingyu. Ia menunjuk pada dua buah gelas yang dibawa seorang staf. Mingyu menoleh. Matanya fokus menatap gelas yang ditunjuk oleh Sunmi.
"Aku tidak takut!" Mingyu meyakinkan diri.
"Benarkah? Bagus kalau begitu! Janji ya, aku tidak minum. Kau yang meminumnya sendirian sampai habis." Sunmi tersenyum jahil.
***
Glek. Glek. Glek. Awalnya Sunmi meminum, tetapi Mingyu memberi isyarat agar tidak diminum. Sunmi merasa bersalah jika tidak meminumnya. Ia pun meminum sedikit minuman tersebut.
"Apa ini? Rasanya aneh sekali? Hoek! Aku ingin muntah! Bau sekali!" teriak Sunmi tidak tahan.
"Sunmi? Mengapa kau meminumnya? Aku sudah bilang, biar aku saja yang minum semuanya. Kau pura-pura minum saja." Mingyu berbisik pada Sunmi karena khawatir. Mingyu pun merebut gelas Sunmi, lantas meminum segelas minuman aneh yang disediakan sebagai hukuman. Ia telah berjanji kepada Sunmi bahwa ia yang akan melakukan hukumannya.
"Euh! Minuman apa ini? Rasanya aku ingin muntah." Mingyu berkata sembari menutup hidungnya. Ia menahan rasa ingin muntah. Perutnya mulai terasa mual.
"Ini, minum air putih. Katanya itu campuran susu, telur, madu dan bawang." Sunmi memberi Mingyu sebotol air mineral.
"Hoek. Pantas saja bau bawang." Setelah meminum air putih, Mingyu menarik napas dalam untuk menahan rasa mual di perutnya.
***
Setelah acara selesai semuanya saling berpamitan dan saling mengucapkan terima kasih kepada semua staf yang telah bekerja. Tring! Terdengar suara dering ponsel Park Junsu, sang manajer, yang menandakan sebuah pesan masuk. Ia segera mengecek pesan tersebut. "Hah!" Hanya suara itu yang keluar dari mulutnya. Tidak ada kata apapun. Wajahnya tiba-tiba menjadi pucat pasi. Tangannya bergetar. Matanya beralih memandang Sunmi dengan tatapan pasrah.
"Sunmi." Junsu segera memperlihatkan ponselnya pada Sunmi.
"Ada apa?" Sunmi penasaran dengan mimik wajah sang manajer. Ia lekas meraih ponsel tersebut lantas terpaku setelah mengeceknya. Pandangannya kosong seketika. Langkah kakinya menjadi lemah. Ia berjalan menuju mobil tanpa menghiraukan teman-teman dan manajernya. Air matanya mulai tertahan. Menggenang di pelupuk mata. Pikirannya mulai kacau. Mingyu yang baru saja keluar dari toilet hendak menghampiri Sunmi. Namun, gadis itu tampak aneh. Mingyu mengikutinya. Sunmi telah masuk ke dalam mobil, sedangkan Mingyu hanya mampu melihat keadaan gadis itu dari luar mobil sembari mengetuk kaca jendela berkali-kali. Ia mulai resah. "Pasti terjadi sesuatu pada Sunmi." gumam Mingyu gelisah.
"Sunmi! Sunmi! Sunmi!" Mingyu memanggil Sunmi dari luar mobil. Sunmi tidak menghiraukan panggilan Mingyu. Gadis manis itu hanya menoleh sejenak lantas menutup wajahnya. Park Junsu pun menghampiri Mingyu. Ia menyuruh Mingyu untuk pergi. "Mingyu! Maaf, jangan berdiri di situ, kau menghalangi jalan kami."
"Ada apa dengan Sunmi? Dia terlihat tidak baik. Tadi dia sangat ceria. Mengapa sekarang tiba-tiba muram? Pasti sedang terjadi sesuatu, 'kan?" Mingyu pun mundur beberapa langkah. Ketika pintu mobil terbuka tampak Sunmi dengan wajah lusuh. Matanya memerah dan sembab. Hal itu semakin membuat Mingyu khawatir dan penasaran.
"Kau pasti akan mengetahui sendiri apa masalah Sunmi, cek saja di internet," bisik Hayeon sebelum memasuki mobil. Mingyu menatap Sunmi dari jauh. "Sunmi!" Mingyu mencoba memanggilnya kembali. Kali ini Sunmi menengok dengan tatapan yang penuh kegundahan. Namun, mobil yang Sunmi tumpangi pun kembali tertutup dan tancap gas meninggalkan Mingyu sendirian di tempat parkir. 'Aku harus mencari tahu sendiri!' batin Mingyu serius.
***
"Sunmi tertangkap kamera sedang bersama seorang Produser film 'Love Ghost'' di sebuah hotel. Fotonya tersebar luas hari ini. Ada kemungkinan, Sunmi dan Produser itu melakukan 'transaksi' di hotel X. Isu yang tersebar, Sunmi terpilih sebagai aktris tokoh utama karena 'transaksi' tersebut." Seungwoo membaca sebuah artikel dari situs portal terkemuka yang membahas tentang kehidupan selebritis papan atas.
"Tidak mungkin!" seru Mingyu.
"Aku juga tidak percaya," ujar Jaehyun setuju.
"Sunmi bukan orang yang seperti itu," ujar Sehun menambahkan.
"Kita tunggu saja klarifikasi dari Sunmi dan Produser itu," ujar Seungwoo serius.
***
"Aku bersumpah! Aku tidak melakukannya!" ucap Sunmi lirih kepada Junsu.
"Tapi, kamu pergi ke hotel itu?" Selidik Junsu.
Sunmi mengangguk pelan, "Tapi, itu hanya makan malam. Bahkan, bukan hanya kami berdua. Masih ada dua orang lainnya bersama kami."
"Mengapa tidak bilang padaku kau pergi menemui mereka?" tanya Junsu.
"Aku sudah bilang waktu itu, tetapi kau sibuk, Oppa. Kau bilang aku saja yang menemuinya sendiri."
"Benarkah? Aku berkata seperti itu?" Junsu terkejut mendengar penuturan Sunmi. Tring, tring, tring! Terdengar dering ponsel Junsu. Sebuah nada panggilan telepon. Di ponselnya tertera sebua nama Direktur Utama. Kim Seokjin. Junsu terkesiap memandagi ponselnya. Sunmi pun mulai menitikan air matanya.
'Mohon ampuni aku, Tuhan. Cobaan macam apa lagi ini? Maafkan jika aku telah melakukan dosa. Semoga aku mampu mengahadapi masalah ini. Kuatkan aku, Tuhan.' Sunmi memohon doa di dalam hatinya.
Junsu tampak sedang mengobrol dengan sang Direktur Utama KSJ Entertainment melalui sambungan telepon. Wajahnya menampakan keresahan. Keringat jagung mulai mengalir deras melalui dahi kemudian membasahi pelipis matanya. Pria itu berkata dengan kalimat terbata-bata.
"Tuan Seokjin menyuruhmu untuk segera menemuinya setelah pulang." Junsu tampak kacau. Ia menjenggut rambut pendeknya. "Andai saja aku menemanimu saat itu. Pasti hal ini tidak akan terjadi. Maafkan aku, Sunmi. Aku sungguh-sungguh minta maaf. Aku menyesal membiarkanmu pergi sendirian. Dasar, Junsu ceroboh! Aku bahkan, tidak becus menjagamu."
Air mata Sunmi pun mengalir tanpa sadar setelah mendengar ucapan Junsu. Ia segera bersandar pada Junsu. Ia telah menganggap pria itu sebagai kakaknya sendiri. Junsu mendekap Sunmi dengan begitu erat.
"Aku tidak melakukan apapun, Oppa," bisik Sunmi dengan suaranya yang parau.
"Aku percaya padamu. Aku akan melakukan segala cara untuk mengembalikan nama baikmu. Aku berjanji, Sunmi."
"Sunmi, kami tahu, ini hanya isu untuk menjatuhkan namamu. Aku jadi mencurigai seseorang," ucap Gain serius. Jinhee tak berkomentar apapun. Ia diam seribu bahasa. Bahkan, ia tidak menoleh sedikitpun kepada Sunmi dan Junsu. Gain menatap Jinhee. Jinhee mengalihkan pandangan dari Gain.
"Apa?" tanya Jinhee ketus.
Gain masih menatap Jinhee.
"Tidak usah menatapku seperti itu! Aku tidak suka!" Jinhee mendelik.
"Kau sama sekali tidak memiliki rasa empati rupanya. Kita ini satu grup. Kau bahkan seolah tidak peduli dengan apa yang sedang terjadi kepada Sunmi." Hayeon mulai bersuara.
"Kalian mau menyerangku?" tanya Jinhee angkuh.
"Kami tidak menyerangmu? Ucapan mana yang terkesan menyerang? Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Dari tadi kau terlihat cuek dan tidak peduli sama sekali," jawab Hayeon.
"Ah! Kau berisik sekali. Aku mau istirahat. Aku lelah. Jangan ganggu aku!" balas Jinhee lebih ketus.
"Sudah! Sudah! Mengapa kalian malah bertengkar? Sunmi sedang membutuhkan kita sekarang. Hayeon, biarkan Jinhee istirahat." Park Junsu pun akhirnya menengahi perdebatan antara Hayeon dan Jinhee. Sebenarnya Park Junsu sudah mengenali watak Jinhee yang keras kepala. Siapapun tidak akan mampu melawan mulut Jinhee jika sedang berdebat.
"Baiklah, Oppa. Maaf, membuat keributan tadi." Hayeon menyesal karena amarahnya terpancing oleh sikap Jinhee.
***
Mingyu sedang duduk santai di atas ranjangnya. Ia memegangi ponselnya. Otaknya sedang berpikir keras. Ia ingin sekali menanyakan kabar Sunmi saat ini. Namun, ia ragu. Ia tengah mengetik beberapa kata, tetapi ia menghapusnya kembali. Begitu terus selama beberapa kali. Hingga akhirnya, ia hanya mengetik satu kata. 'Sunmi'. Ia pun tidak sengaja menekan kirim pada ponselnya. Pesan chatnya sudah sampai di ponsel Sunmi, tetapi belum terbaca. Mingyu terkejut karena kecerobohannya sendiri. Hatinya mulai berdebar-debar menanti balasan.