Read More >>"> Bus dan Bekal (Detektif) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Bus dan Bekal
MENU
About Us  

Satria melepas jas hujan yang dikenakannya, lalu meletakkannya di kursi yang ada di teras. Ia mengeringkan kakinya yang basah ke keset yang ada di pintu sebentar, kemudian masuk sambil mengucapkan salam. Didekatinya Mentari yang sedang memainkan ponsel di kursi ruang tamu. Satria meletakkan stoples keripik singkong yang dibawanya dari rumah ke meja di sebelah Mentari.

"Makasih banyak. Sampein makasihku ke ibu kamu, ya," ujar Mentari, lalu membuka stoples keripik singkong itu.

"Siap," balas Satria.

"Oh, iya. Liat sini, Sat," kata Mentari.        

Satria menoleh ke arahnya. Ia menjulurkan lehernya untuk melihat layar ponsel Mentari ketika cewek itu menunjuk ke sana. Keningnya berkerut ketika ternyata Mentari sedang melihat akun instagramnya.

Dengan tangannya, Mentari menunjuk salah satu akun yang mengomentari beberapa postingan milik Satria. Dirinya akan abai jika akun itu berkomentar wajar. Namun, komentar yang ditulisnya cukup buruk. Orang itu seperti mengata-ngatai Satria.

"Kenapa?" Satria bertanya.

"Dia komen jelek. Bahkan sampe nyepam."

"Iya, sih."

"Ini siapa, sih?" tanya Mentari sambil mengeklik akun itu. Ternyata bukan akun utama, dan nama akunnya pun tidak memakai nama asli. "Kamu tau, nggak?"

"Nggak tau," jawab Satria sambil mengedikkan bahu.

Tidak ada pengikut, juga tidak mengikuti siapa-siapa. Benar-benar akun yang aneh. Seolah ia membuat akun itu hanya untuk merusuh di postingan orang saja.

"Dia komen di hampir postingan kamu tau, Sat. Kamu nggak marah atau penasaran itu siapa?" tanya Mentari. Perhatiannya ia alihkan pada Satria.

Satria menggelengkan kepalanya. Ia kemudian meraih keripik singkong di atas meja, memakannya dengan lahap. Ia tertawa melihat Mentari menatapnya seolah menunggu ia mengatakan sesuatu.

"Biarin aja."

"Aih!" Mentari nampak kesal. "Risih banget tau nggak sih, Sat, liatnya. Kalo aku bakal aku bales orang itu! Liat geh, komenan dia. 'Anjing kok sok ganteng.' 'Nggak pernah post sama cewek, homo, ya?' 'Buat cewek, hati-hati, dia itu manusia jahat.' Ihh, tangannya kurang ajar banget!" seru Mentari dengan wajah kesal.

"Males, Ri. Aku kan malesan."

"Dih!"

Satria tertawa. Ia kembali mengambil keripik singkong lagi dan memakannya. Diperhatikannya Mentari yang kembali memainkan ponselnya. Kali ini lebih serius.

Merasa bosan, dan karena Mentari nampak sibuk sendiri, ia beralih melihat ke luar pintu. Hujan masih turun, tetapi tidak sederas tadi. Satria menatap rintik-rintik air yang turun dari langit itu. Ia kembali menatap Mentari ketika cewek itu memanggilnya.

"Aku mau tanya. Eem ... Kalo kamu nggak mau jawab, nggak papa, sih." Belum menanyakan apa pun, Mentari malah sudah berkata seperti itu. Membuat Satria menatapnya dengan tanda tanya.

"Apa? Apa, sih?" tanya Satria penasaran. "Bakal aku jawab, lah."

"Bener?"

"Iyaa."

"Oke. Kamu ... Eh, nggak. Kejadian waktu temennya Raka patah hati sama kamu itu kapan?"

Satria terdiam sebentar. Berpikir. Ia lalu menjawab, "sekitar sebulan yang lalu."

"Yakin, nggak?"

Satria nampak berpikir lagi, kemudian mengangguk mantap. "Tanggal ... 20-an keknya."

Mentari mengangguk-anggukkan kepalanya. "Oke, makasih," katanya, kemudian kembali melihat ponsel. Ia menggulir layarnya ke bawah, lalu ke atas, kemudian kembali menatap Satria.

"Kemungkinan ini Si Raka," duga Mentari dengan mantap.

Satria mengerutkan mengangkat alisnya, terlihat tidak terlalu percaya. Ia menatap Mentari lamat-lamat. Yang dibalas anggukan kepala oleh cewek itu.

"Kenapa kamu duga kalo itu itu dia?" tanya Satria.

"Nih, ya. Dari komenannya. Inget kan dia kemarin bilang gini sama aku, 'Dia bisa jahat sama cewek.' Komen dia di salah satu postingan kamu, 'Buat cewek, hati-hati, dia itu manusia jahat.' Terlalu kebetulan, kalo di dibilang kebetulan, kan?"

Aku udah nemuin akun Instagram dia. Raka itu salah satu penggemar Minion. Bahkan foto profil akun Instagram utama dia gambar Minion. Juga, beberapa sorotan dia, foto depannya gambar Minion. Aku juga tadi udah udah cek akun-akunnya Minion dan Si Raka ini nge-follow akun-akun itu!" Mentari menunjukkan layar ponselnya pada Satria.

Nama akun yang ngata-ngatain kamu. @mr23_. Menurut kamu, singkatan dari apa?"

"Minion ... Raka?"

Mereka berdua tertawa bersamaan.

"Nah, nama akunnya si Raka, @rakaagung23_. Nah ini yang lucu!" Mentari berseru, kemudian ia mengeklik salah satu postingan milik Raka. Ia menyentuh bagian menyukai, lalu menggulir layar ke bawah. Ia menunjuk dengan telunjuknya salah satu akun yang menyukai foto tersebut, dan mengunjungi profilnya. "Akun yang ngata-ngatain kamu, dia nyukain postingan Raka." Mentari menatap puas pada Satria.

Satria nampak takjub. Ia terdiam sebentar, lalu bertepuk tangan. "Hebat."

"Iya, kan, dia! Coba pikir, akun itu nggak nge-follow siapa pun, tapi dia nge-like postingan Si Raka. Kalo bukan dia siapa, coba?"

"Fans Raka?"

"Cewek nggak akan komen jelek kayak gitu, Sat! Ke cowok, lagi!"

"Ya ... fans dia yang cowok."

Mentari tertawa, begitu juga dengan Satria.

"Oh iya, bentar." Mentari kembali memainkan ponselnya. Beberapa saat kemudian ia menunjukkan pada Satria.

Tanggal akun @mr23_ bergabung ke instagram belum lama. Hanya berjarak dua hari sebelum akun tersebut mengomentari postingan Satria yang terbaru yang akun tersebut komentari.

"Terlalu kebetulan kalo dibilang kebetulan," ujar Satria.

"Betul. Btw, kamu nggak mau coba bales?”

Satria menggeleng.

"Ah, iya, nanti di kehidupan nyata dia makin sakit hati. Ya udah, biarin aja."

"Iya."

 

***

 

Hari pemilihan band yang akan tampil di pensi semakin dekat. Mereka latihan lebih lama daripada sebelumnya. Satria tentu saja semakin sering bolos kelas, tetapi terkadang ia izin langsung dengan guru-guru bahwa akan latihan untuk pensi. Sebagian mengizinkan, banyak yang melarang, tetapi cowok itu langgar.

Hal itu membuat Mentari takut Satria mendapat surat peringatan yang kedua. Ia berusaha keras membuat cowok mengerjakan tugas-tugas serta PR yang ada. Memaksanya jika perlu agar dia mau.

Orang tua serta kakak Satria tentu saja ikut andil dalam hal itu. Namun, mereka lebih lunak, dan kerap kali membiarkan Satria melakukan apa yang dia mau. Status Satria yang anak terakhir membuatnya diberikan kebebasan apa yang dia mau, asalkan apa yang dilakukan bukan sesuatu yang berbahaya. Mereka percaya semakin lama, cowok itu akan sadar dan tahu apa yang semestinya ia perbuat.

Satu lagi, setidaknya Satria sudah menemukan bakat dan kesukaannya.

 

***

Mentari yang sedang berjalan menuju ambang pintu aula musik berhenti mendadak  karena seseorang muncul dari sana tiba-tiba. Ia refleks mendongak untuk melihat cowok yang juga nampak terkejut itu. Mentari heran ketika melihat ada tindik di telinga cowok tersebut, karena setahunya sekolah melarang muridnya mengenakan benda itu.

“Bri, ayo," ajak seseorang pada cowok itu.

Cowok di depan Mentari berlalu. Ternyata dia teman Raka. Raka menatap dingin Mentari ketika cewek itu melihat ke arahnya. Ia kemudian pergi dari sana bersama temannya yang tadi hampir bertabrakan dengan Mentari.

Mentari menatap punggung kedua cowok yang perlahan menjauh itu. Ia baru sadar teman Raka tidak memakai seragam sekolah seperti dirinya dan Raka. Bahkan ia juga tidak memakai sepatu. Berarti ada kemungkinan ia bukan murid sekolah sini.

Terdengar langkah kaki di belakangnya, yang kemudian berhenti ketika sampai di sampingnya. Ia menoleh dan menemukan Satria. Cowok itu mengarahkan pandangan ke arah di mana Raka dan temannya tadi pergi, lalu kembali pada Mentari.

“Ngeliatin siapa?” tanyanya.

“Raka sama temannya.”

“Kenapa?”

Kening Mentari berkerut. “Apanya yang kenapa?”

“Kenapa ngeliatin mereka.”

“Oh. Ya, nggak papa. Keknya aku belum pernah liat temannya si Raka itu. ‘’

‘’Kan kamu emang belum tau semua temen Raka.’’

Mentari mendelik Satria

Satria tertawa. ‘’Kamu itu … selalu penasaran, ya.

‘’Kebetulan aja aku pas liat, ‘’ kilah Mentari.

‘’Hmm, iya. Btw, kamu masih punya cita-cita jadi detektif?’’

Mentari yang tadinya melihat ke halaman depan aula musik itu menoleh pada Satria. “Masih. Kenapa?”

“Nggak, tanya aja.”

“His!”

Satria lalu tertawa lagi. Ia kemudian membalikkan badan, kembali masuk ke aula. Di belakangnya Mentari mengikutinya. Cewek itu bertanya kapan akan pulang, dan ia menjawab setelah ini. Setelah ia membereskan drum-nya.

“Eh, aku mau main drum bentar aja, abis itu pulang.’’

Mentari mengiyakan. Ia duduk menonton cowok itu bermain alat musik tersebut. Bersemangat, selalu bersemangat. Jika diibaratkan dengan sesuatu yang amat dicintai, mungkin drum adalah salah satu belahan hati Satria. Tidak ada satu pun hari terlewat tanpa menyentuh alat musik itu sejak cowok tersebut mengenalnya.

Pukul lima lewat seperempat, Mentari, Satria, dan teman-teman anggota band Satria keluar dari aula musik. Sekolah sudah sepi. Cahaya matahari masih ada, tetapi sudah  tidak terlalu panas lagi. Mentari berjalan berdampingan dengan Satria, sedangkan yang lain berjalan di depannya. Cowok-cowok itu tengah mengobrolkan sesuatu yang yang tidak Mentari perhatikan. Mentari sendiri tengah fokus dengan ponselnya.

Satria yang sejak tadi mengobrol dengan teman-temannya dan tidak memperhatikan Mentari, kini menaruh perhatian sepenuhnya pada cewek yang fokus bermain ponsel tersebut. Ia menjulurkan lehernya untuk melihat apa yang Mentari lihat. Ternyata akun @mr23_ yang tengah dilihatnya. Namun, sekarang ada yang berbeda dari akun tersebut.

“100 % dia,” kata Mentari.

Kini akun tersebut memasang foto profil baru, dan fotonya adalah foto Raka. Di bagian bio instragam yang tadinya kosong melompong, sekarang ada tulisan di sana. Still love you, Y. Itulah yang ada di sana.

“Nama cewek yang dia sukain Yosia,” papar Satria dengan suara pelan.

“Oh, oke.”

Tak hanya itu saja, semua komentar jelek yang akun itu tulis di postingan Satria dihapus.

Mentari menoleh pada Satria. “Jadi?”

Satria menelengkan kepalanya sambil mengerutkan kening. “Dia udah ngggak kesel? Aamiin.”

“Aamin.”

 

***

 

Hari ini adalah hari penentuan band mana yang akan tampil untuk pensi. Karena ini, kegiatan belajar mengajar diliburkan. Murid-murid, dan para guru yang akan memilih band mana yang akan tampil berkumpul di GSG (Gedung Serbaguna) untuk menonton tiga band itu menunjukkan kehebatan mereka dengan karya yaang mereka ciptakan.

Mentari duduk di kursi bagian depan, bersebelahan dengan Angel. Dengan antusias ia melihat ke panggung. Kebetulan band pertama yang akan tampil adalah band-nya Satria. Ia tidak sabar melihat cowok itu beraksi di panggung sana. Meskipun ia sering melihat Satria bermain drum, tapi rasanya sangat berbeda jika melihatnya bermain drum bersama anggota band-nya. Ia jadi terlihat lebih … menawan.

Band Quwel tampil pertama, Horizon kedua, dan terakhir Xamen. GSG riuh dengan seruan penonton setelah setiap band selesai tampil. Sebagian dari mereka berteriak menyerukan band kebangganan masing-masing. Tak terkecuali Mentari dan Angel. Suara kedua cewek itu sampai serak karena terlalu keras berteriak.

Setelah semua band tampil, ada jeda beberapa menit untuk juri mendiskusikan siapa yang bakal terpilih. Para anggota band menunggu di belakang panggung. Baru setelah diskusi selesai dilakukan, ketiga band tersebut kembali ke panggung.

Pandangan Mentari dan Satria bertemu. Cowok itu melambai padanya sambil tersenyum lebar. Meski tersenyum seperti itu, Mentari bisa membaca eskpresi Satria bahwa ia cukup tegang.

“Kamu Mentari, ya?”

Pertanyaan itu membuat Mentari menoleh ke seorang cewek yang duduk di sebelahnya. Mentari mengangguk pada cewek yang tidak dikenalnya tersebut. Ia menatapnya dengan eskpresi bertanya.

“Iya, kenapa?”

“Mentari Putri Jingga? Temannya Satria?’’ tanya cewek itu lagi.

Mentari mengganggukkan kepala. MC di depan panggung sana berbicara dengan bersemangat kalau ia akan mengumumkan band mana yang terpilih.

“Cuma temen?”

“Iya, temen. Kenapa?” Mentari mulai kesal dengan pertanyaan sepotong-sepotong cewek itu. Ia menatapnya dengan tajam, tetapi cewek itu membalasnya dengan santai.

“Udah temenan lama ya, sama Satria ?’’

‘’Udah lama banget. Dari balita. Kami juga sekolahnya barengan dari TK. Kenapa? Lo naksir dia? Mau deketin dia? Ya, silakan. Apa lo pengen tau dia punya pacar atau nggaK? Jawabannya nggak. ‘’ Mentari memberi jeda sejenak. Cewek di depannya mengangguk-angguk seolah sedang menyimak materi pelajaran. ‘’Ada lagi yang mau lo tanyain?’’

Cewek itu tersenyum, lalu menggeleng. Ia kemudian pamit pergi dari sana. Berbarengan dengan seseorang yang ganti menduduki kursi tersebut.

Gara-gara itu, Mentari jadi tidak mendengar saat MC mengumumkan band yang terpilih. Namun, ia mendapatkan jawabannya ketika melihat ke panggung. Quwel berdiri di sana, dan band lainnya saling menyalami satu persatu anggota band tersebut.

Lagi, tatapan Mentari bertemu dengan Satria. Dengan hanya gerakan mulut saja, Satria memberi tahunya bahwa band-nyalah yang terpilih. Hal itu membuat senyum Mentari merekah lebar. Ia bertepuk tangan senang. Matanya sampai berkaca-kaca.

“Selamat, ya.”

Mentari menoleh pada  Angel yang mengatakan itu. Ia tertawa melihat wajah masam temannya tersebut. Ditepuknya bahu Angel dua kali.

“Jangan sedih,” bujuknya.

Angel mengangkat bahu dan membuang wajah ke arah lain. Cewek itu kemudian izin ke toilet dan meminta Mentari jangan ke mana-mana dulu.

Setelah Angel berlalu, Mentari kembali melihat ke arah panggung. Acara sudah selesai, jadi ketiga band yang ada sudah pergi dari sana. MC tengah memberikan kalimat penutupan ketika ponsel Mentari yang ia pegang  bergetar karena ada chat masuk. Nama Satria tertera di sana. Mentari langsung membuka chat tersebut.

 

Satriaaaaa: Masih di situ, Ri?

Mentari Putri Jingga: Iya, masih. Kenapa?

Satriaaaaa: Sendirian?

Mentari Putri Jingga: Iya, Angel ke toilet.

Satriaaaaa: Tadi ada cewek nyamperin kamu, ya?

Mentari Putri Jingga: Oh, iya, wkwkwk.

 

‘’Itu Yosia.’’

Mentari mendongak. Ternyata Satria sudah ada di depannya. Cowok itu kekeh melihat raut terkejut Mentari. Ia kemudian mengambil duduk di sebelah Mentari. Di tempat Angel tadi.

‘’Oh, itu dia,’’ balas Mentari.

‘’Dia tanya apa sama kamu?’’

Mentari memaparkan apa saja yang Yosia tanyakan padanya, sekaligus jawaban yang ia berikan pada cewek itu.

Satria mengangguk-anggukkan kepalanya. Sesaat kemudian ia menunjukkan sesuatu di ponselnya pada Mentari. Chat-nya dengan Yosia. ‘’Keknya dia belum move on. Saran kamu aku harus gimana?’’

“Blok aja,” saran Mentari dengan yakin.

“Kenapa?”

“Biar dia berhenti. Jangan nanggung-nanggung, Sat, kalo mau nolak. Jangan sampe kamu ngasih sedikit aja peluang dia buat berharap. Kalo dia dia chat lagi pake nomor yang lain, blok lagi. Gimana?”

Satria berpikir sejenak, kemudian ia mengangguk tanda setuju. Diblokirnya nomor Yosia, kemudian dihapus olehnya nomor tersebut.

“Udah,” lapor Saria, lalu menyimpan ponselnya di saku celana. “Btw, kalo ada cewek yang buat kamu terganggu gara-gara aku, bilang, ya. Pokoknya harus bilang,” tekan Satria.

Mentari tertawa, lalu mengangguk sambil mengacungkan jempol. “Siap.”

 

 

 

 

 

 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
Similar Tags
Bimbang (Segera Terbit / Open PO)
4594      1645     1     
Romance
Namanya Elisa saat ini ia sedang menempuh pendidikan S1 Ekonomi di salah satu perguruan tinggi di Bandung Dia merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara dalam keluarganya Tetapi walaupun dia anak terakhir dia bukan tipe anak yang manja trust me Dia cukup mandiri dalam mengurus dirinya dan kehidupannya sendiri mungkin karena sudah terbiasa jauh dari orang tua dan keluarganya sejak kecil juga ja...
LEAD TO YOU
18537      2048     16     
Romance
Al Ghazali Devran adalah seorang pengusaha tampan yang tidak mengira hidupnya akan berubah setelah seorang gadis bernama Gadis Ayu Khumaira hadir dalam hidupnya. Alghaz berhasil membuat Gadis menjadi istrinya walau ia sendiri belum yakin kalau ia mencintai gadis itu. Perasaan ingin melindungi mendorongnya untuk menikahi Gadis.
Stuck In Memories
14293      2850     16     
Romance
Cinta tidak akan menjanjikanmu untuk mampu hidup bersama. Tapi dengan mencintai kau akan mengerti alasan untuk menghidupi satu sama lain.
Haruskah Ku Mati
33789      5313     65     
Romance
Ini adalah kisah nyata perjalanan cintaku. Sejak kecil aku mengenal lelaki itu. Nama lelaki itu Aim. Tubuhnya tinggi, kurus, kulitnya putih dan wajahnya tampan. Dia sudah menjadi temanku sejak kecil. Diam-diam ternyata dia menyukaiku. Berawal dari cinta masa kecil yang terbawa sampai kami dewasa. Lelaki yang awalnya terlihat pendiam, kaku, gak punya banyak teman, dan cuek. Ternyata seiring berjal...
ARSELA: Perjodohan si Syar'i dan Ketua Geng Motor
111      104     3     
Romance
Memiliki hutang budi dengan keluarga Dharmendra, Eira mau tidak mau menyetujui perjodohan dengan putra sulung keluarga itu, Arsel, seorang ketua geng motor tersohor di kampusnya.
Reminisensi
0      0     0     
Fan Fiction
Tentang berteman dengan rasa kecewa, mengenang kisah-kisah dimasa lampau dan merayakan patah hati bersama. Mereka, dua insan manusia yang dipertemukan semesta, namun bukan untuk bersama melainkan untuk sekedar mengenalkan berbagai rasa dalam hidup.
Bukan Bidadari Impian
88      71     2     
Romance
Mengisahkan tentang wanita bernama Farhana—putri dari seorang penjual nasi rames, yang di jodohkan oleh kedua orang tuanya, dengan putra Kiai Furqon. Pria itu biasa di panggil dengan sebutan Gus. Farhana, wanita yang berparas biasa saja itu, terlalu baik. Hingga Gus Furqon tidak mempunyai alasan untuk meninggalkannya. Namun, siapa sangka? Perhatian Gus Furqon selama ini ternyata karena a...
Game of Dream
1308      725     4     
Science Fiction
Reina membuat sebuah permainan yang akhirnya dijual secara publik oleh perusahaannya. permainan itupun laku di pasaran sehingga dibuatlah sebuah turnamen besar dengan ratusan player yang ikut di dalamnya. Namun, sesuatu terjadi ketika turnamen itu berlangsung...
When the Music Gets Quite
68      62     0     
Romance
Senja selalu suka semua hal tentang paus biru karena pernah melihat makhluk itu di jurnal sang ibu. Ternyata, tidak hanya Senja yang menyukainya, Eris yang secara tak sengaja sering bertemu dengannya di shelter hewan terlantar dekat kos juga menyukai hal yang sama. Hanya satu yang membedakan mereka; Eris terlampau jatuh cinta dengan petikan gitar dan segala hal tentang musik. Jatuh cinta yang ...
Ketika Bom Menyulut Cinta
165      77     2     
Action
Bagaimana jika seorang karyawan culun tiba-tiba terseret dalam peristiwa besar yang mengubah hidupnya selamanya? Itulah yang dialami Maya. Hari biasa di kantor berubah menjadi mimpi buruk ketika teror bom dan penculikan melanda. Lebih buruk lagi, Maya menjadi tersangka utama dalam pembunuhan yang mengejutkan semua orang. Tanpa seorang pun yang mempercayainya, Maya harus mencari cara membersihka...