Loading...
Logo TinLit
Read Story - REGAN
MENU
About Us  

“REGAN!!!”

Teriakan itu berhasil membuat cowok yang terlelap di meja belakang terbangun dari tidurnya. Dengan mata yang masih terasa berat, ia mengangkat kepalanya menghadap ke arah laki-laki yang sudah berkacak pinggang.

“Apa Pak?” ujar Regan, malas.

“Apa kamu yang memoles kursi ini dengan lem?” tanya Pak Jaya, guru pelajaran matematika sekaligus wali kelas XII IPS 1.

Regan menguap. “Iya Pak, sama kursinya Mak Lampir dan mejanya Miss Poles.”

Perempuan yang duduk di bangku depan—tepatnya berhadapan langsung dengan meja guru—membeliakkan kedua matanya. Refleks, ia berdiri, dan kursi yang tengah didudukinya sedikit terangkat lalu terlepas meninggalkan noda di roknya. Sedangkan perempuan yang duduk di bangku sampingnya dengan cepat menarik buku paketnya dan ... brek! Jilid bukunya sobek.

Melihat hal itu seisi kelas tertawa puas terhadap dua perempuan hits di kelas IPS 1 ini. Ninda, si Mak Lampir merupakan ketua kelas XII IPS 1 paling cerewet dan galak dibandingkan perempuan lainnya. Sedangkan Ana, si Miss Poles cewek pemilik ucapan pedas, yang ke mana-mana selalu membawa body lotion juga cermin mini, dan dia juga seorang sekretaris kelas IPS ini.

“Kenapa kamu lakukan ini?!” tanya Pak Jaya masih dengan suara keras.

“Tadi pagi ketika saya tiba  di kelas, saya melihat tikus di kursi Bapak, lalu melompat ke kursi Mak Lampir, dan manjat meja Miss Poles,” jelas Regan masih menampakkan wajah polosnya.

Lagi-lagi seisi kelas tertawa—kecuali Ninda dan Ana—menyaksikan percakapan antara pak Jaya dengan murid yang terkenal akan sikapnya yang sangat berantakan.

“Terus sekarang mana tikusnya?!” tanya Pak Jaya, menatap penuh ke arah Regan.

“Minder, lihat Bapak ganteng banget,” celetuknya, berhasil menciptakan kembali tawa puas dari teman-temannya.

Pak Jaya memalingkan wajahnya sekilas. “Sekarang kamu ikut bapak ke lapangan. Kamu juga ikut,” ujar Pak Jaya sambil menatap Ninda setelah menatap Regan.

Regan dan Ninda beranjak dari bangkunya membuntuti Pak Jaya, atau sering di sebut ‘Bapak ganteng kuadrat’ oleh anak murid perempuannya.

“Reganjing!” sahut Ana ketika Regan melintas di hadapannya.

“Anabel cantik, gue cinta sama lo!” balas Regan sambil mengedipkan salah satu matanya.

“Reganajis!” Ana melotot ke arah Regan yang terus mengembangkan senyum kepadanya.

Regan mempercepat langkahnya mengimbangi Ninda. Melihat hal itu, Ninda mendelik horor ke arahnya. Ninda sangat benci kepada Regan, selain jailnya kebangetan dia juga playboy. Ninda akui, sebelum mengetahui sikap asli Regan, ia sangat menyukainya mungkin juga mencintainya. Namun, setelah fakta besar terlukis dari sikapnya Ninda menarik kata-kata tersebut.

“Kamu cerewet tapi gue suka. Mau gak kita jadian terus kapelan?” Level ke-playboy-an Regan sudah berada di tingkat atas. Kalau kalian tahu, mengucapkan kata tersebut sudah seperti kebiasaannya. Lancar jaya.

“Tapi gue benci sama lo!” ketus Ninda.

“Kalo gitu, gue berhasil dong,” kata Regan tanpa menatap ke arah Ninda.

Ninda menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke arah Regan yang malah tebar pesona kepadanya.

“Lo budek ya? Gue ini benci bukan cinta, bego!” Sorot mata Ninda menajam, tapi Regan terkekeh melihatnya.

“Kamu juga lucu,” celetuk Regan.

“Makasih!” ketus Ninda.

Ninda melanjutkan langkahnya mengikuti Pak Jaya yang telah menjauh. Sedangkan Regan, masih berdiam diri di tempat, dengan mata mengekori tubuh Ninda.

“Tapi, bukankah cinta itu berawal dari benci?” seru Regan, kembali melangkah mengekori Ninda.

Ninda memutar tubuhnya, kembali menatap Regan. “Basi! Dan bodo amat!” Kaki Ninda kembali melangkah menjauhi temannya yang sudah tidak waras itu.

Akhirnya mereka sampai di lapang utama. Dengan sorot mata tajam, Pak Jaya menunjuk Regan untuk berdiri di hadapan tiang bendera. Sedangkan Ninda, di suruh mengawasi teman sekelasnnya itu di bawah pohon rindang, yang tumbuh di setiap sisi lapang utama ini.

“Kamu berdiri di sini sambil hormat sampai jam pelajaran saya habis!” kata Pak Jaya, kemudian berjalan menuju Ninda yang tengah memakaikan topi di kepalanya. “Awasi dia, kalo kabur laporin saja ke bapak, atau ke BK,” sambung Pak Jaya.

“Iya Pak,” jawab Ninda sambil menundukkan kepalanya, sopan.

Setelah Pak Jaya berlalu dari lapang utama, Regan menatap Ninda yang tengah menyunggingkan senyum puas kepadanya. Regan membalas senyumnya dengan senyuman manis, yang langsung ditanggapi dengan gidikkan bahu, jijik.

“REGANINDASTA! REGAN NINDA SEMOGA TETAP ABADI!” teriak Regan membuat orang-orang yang berada di sekitar lapang, baik di lantai dasar maupun lantai dua, atau yang lalu lalang dipinggir lapang menoleh kepadanya.

Ninda terbelalak, tidak percaya dengan apa yang diucapkan Regan barusan. Detik berikutnya ia mengedikkan bahunya lagi. “Amit-amit!”

Sudah dapat dipastikan. Ketika ada perempuan lewat di hadapan Regan, kata-kata playboy-nya pasti kembali keluar. Dan benar saja, ketika adik kelas melewatinya, Regan langsung beraksi.

“Halo cantik, i love you,” ujar Regan tanpa rasa malu.

Pipi perempuan itu bersemu merah ketika mendapatkan ucapan itu dari kakak kelasnya. Karena malu, perempuan itu mempercepat langkahnya.

Melihat aksi itu Ninda memutar bola matanya jijik. Sekarang Ninda menangkap sosok berhijab yang juga akan melewati Regan. Apakah Regan akan menggodanya meskipun perempuan itu berhijab? Kita tunggu saja.

“Assalamualaikum ukhti? Ana uhibukifillah, ukhti.” Perempuan berhijab itu tersipu malu, akibatnya buku yang di genggam menjadi perisai wajahnya.

Sekarang fiks! Ke-playboy-an seorang Regan Megantara tidak kenal siapa pun dan di mana pun. Di mana ada perempuan lewat, cekatan ucapan-ucapan manisnya terlontar. Namun, ketika pikiran jahatnya mengendap di otaknya siapa saja bisa jadi korban. Contohnya, Ninda dan Ana.

“Gila lo Gan!” seru Ninda.

“Kenapa, Sayang? Lo cemburu?” balas Regan, menatap penuh ke arahnya.

Ninda segera menaikkan bibirnya tidak terima bahwa dirinya cemburu. Kedua tangannya bersedekap di depan dada, sangat muak melihat Regan yang terus menggodanya. Mungkin sikap playboy Regan sudah mendarah daging, dan mungkin untuk mengubah sikapnya yang ambyar itu harus ada tumbal untuknya.

Regan menatap jam tangannya. “Ninda, bentar lagi masa hukuman gue habis, mau gak lo nganter gue ke kantin?”

“Ogah!” balas Ninda cepat.

“Gue traktir kok, lo mau ususnya Bi Dara? Gue beliin deh,” kata Regan sambil mengedipkan salah satu matanya.

Ninda menatap ganas ke arah Regan. “Lo pikir gue kuyang! Makan usus Bi Dara! Lagian sebelum usus Bi Dara yang gue makan, usus lo dulu yang gue makan biar lo mampus!” ujar Ninda.

“Dasar Mak Lampir!”

“Apa lo bilang?” sembur Ninda.

“Enggak Ninda, lo mah yang gue sayang. I love you, REGANINDASTA!!!”

Mendengar itu lagi Ninda langsung beranjak dari tempatnya. Selain masa hukuman Regan telah berakhir, Ninda tidak mau jadi pusat perhatian banyak orang di sini. Melihat Ninda pergi, Regan segera berlari mengejarnya.

“Lo gak mau bilang terima kasih sama gue?” seru Regan saat jaraknya sudah dekat dengan Ninda.

“Enggak! Buat apa gue terima kasih sama lo,” balas Ninda tanpa menoleh ke arah Regan sedikit pun.

“Ya, kan lo gak usah pusing-pusing menghitung rumus dari Bapak ganteng kuadrat,” jelas Regan yang kini langkahnya tengah sejajar dengan Ninda.

“Justru karena lo di hukum, gue gak bisa nikmatin wajah Pak Jaya yang gantengnya setimpal oppa-oppa di sana.” Ninda terus berjalan tak menghiraukan Regan yang berada di sampingnya.

“Lo gila ya? Pak Jaya itu udah tua, nih gue masih muda. Ganteng kaya siapa yang member ekso itu, hm, si Sehun!” celoteh Regan tanpa henti.

Kini Ninda menghentikan langkahnya, menghadap ke arah Regan yang juga ikut berhenti di sampingnya. Sorot matanya sudah menajam, jika dia harimau mungkin dalam hitungan detik cowok playboy ini akan diterkam habis olehnya.

“Meskipun tua dia jomblo, lah e'lo pacarnya dari Sabang sampai Merauke. Dan lo harus tahu, Pak Jaya itu enggak playboy kayak lo!” Ninda kembali berjalan. Hari ini merupakan hari paling menyebalkan bagi Ninda. Ia harus berhadapan dengan spesies makhluk seperti Regan Megantara.

Mereka berdua telah memasuki ruang kelas kembali, sebelum duduk di kursinya Regan berhenti di depan Ana. Perempuan yang memprioritaskan cermin dan lotion sebagai pendamping setianya.

“Halo An?”

Ana memutar bola matanya malas melihat Regan yang tiba-tiba mengendap di bangkunya. “Apa?!

“Gue punya pertanyaan sama lo. Yang bikin lo baper apa?” tanya Regan.

“Ninda, lo mau-mau aja sih di suruh jaga ni orang saat di hukum. Kalo gue, ogah deh!” kata Ana.

“Ya mau gimana lagi, di suruh cogan kayak Pak Jaya gue gak bisa nolak,” jawab Ninda sambil tersenyum. “Sekarang gue serahin dia ke e'lo, gue udah gak kuat denger dia ngomong. Gue nyerah!” sambung Ninda.

“An, jawab dong. Jangan dengerin Mak Lampir, masa depan lo kan di sini.” Karena merasa tidak di anggap Regan kembali berceloteh.

Ana menatap penuh ke arah Regan. “Yang ngebuat gue baper adalah sekarang lo tidur, jangan ganggu gue!”

Regan berpikir sejenak. “Bisa jadi, tapi jawaban utamanya bukan itu.”

“Apa?”

Regan menyuruh semua teman-temannya untuk fokus. Setelah itu, Regan menghirup udara cukup panjang lalu ia tahan. Dan ....

An i love you.” Akhirnya Regan menghela napas perlahan beriringan dengan pengucapannya.

Seisi kelas bertepuk tangan sambil tertawa melihat ulah Regan yang sedang berada di mode playboy bukan bad boy. Sedangkan Ana dan Ninda menggelengkan kepalanya sambil mengedikkan bahunya berkali-kali.

“Amit-amit. Sampai kapan pun gue gak mau jadi pacar lo!” tegas Ana.

Evi—teman sebangku Ana—yang sedari tadi bergeming, terhipnotis oleh pesona Regan, dua bola matanya seketika berbinar dan bibir merah mudanya mulai beraksi.

“Tapi, aku mau kok Gan. Kamu Regantengku yang teruncehhh,” ujar Evi, lebay.

“Makasih Evi, tapi sorry gue juga pilih-pilih.” Regan berlalu dari hadapan Ana dan Evi.

“Mampus!” Ana tertawa puas melihat penolakan Regan yang terdengar lembut, tapi menyakitkan.

Perempuan dengan rambut bergelombang itu mengerucutkan bibirnya, kala ucapan halus tapi menusuk dari mulut Regan menyerang batinnya. Ini merupakan yang kesekian kalinya Regan berbicara dengan nada seperti itu. Namun, bukan Evi jika dengan ucapan seperti itu menyerah begitu saja.

O0O

How do you feel about this chapter?

0 0 2 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Kisah Kita
2082      738     0     
Romance
Kisah antara tiga sahabat yang berbagi kenangan, baik saat suka maupun duka. Dan kisah romantis sepasang kekasih satu SMA bahkan satu kelas.
Temu Yang Di Tunggu (up)
19578      4082     12     
Romance
Yang satu Meragu dan yang lainnya Membutuhkan Waktu. Seolah belum ada kata Temu dalam kamus kedua insan yang semesta satukan itu. Membangun keluarga sejak dini bukan pilihan mereka, melainkan kewajiban karena rasa takut kepada sang pencipta. Mereka mulai membangun sebuah hubungan, berusaha agar dapat di anggap rumah oleh satu sama lain. Walaupun mereka tahu, jika rumah yang mereka bangun i...
CATCH MY HEART
2857      1107     2     
Humor
Warning! Cerita ini bisa menyebabkan kalian mesem-mesem bahkan ngakak so hard. Genre romance komedi yang bakal bikin kalian susah move on. Nikmati kekonyolan dan over percaya dirinya Cemcem. Jadilah bagian dari anggota cemcemisme! :v Cemcemisme semakin berjaya di ranah nusantara. Efek samping nyengir-nyengir dan susah move on dari cemcem, tanggung sendiri :v ---------------------------------...
BELVANYA
344      239     1     
Romance
Vanya belum pernah merasakan jatuh cinta, semenjak ada Belva kehidupan Vanya berubah. Vanya sayang Belva, Belva sayang Vanya karna bisa membuatnya move on. Tapi terjadi suatu hal yang membuat Belva mengurungkan niatnya untuk menembak Vanya.
Salju di Kampung Bulan
2129      978     2     
Inspirational
Itu namanya salju, Oja, ia putih dan suci. Sebagaimana kau ini Itu cerita lama, aku bahkan sudah lupa usiaku kala itu. Seperti Salju. Putih dan suci. Cih, aku mual. Mengingatnya membuatku tertawa. Usia beliaku yang berangan menjadi seperti salju. Tidak, walau seperti apapun aku berusaha. aku tidak akan bisa. ***
Dialektika Sungguh Aku Tidak Butuh Reseptor Cahaya
492      352     4     
Short Story
Romantika kisah putih abu tidak umum namun sarat akan banyak pesan moral, semoga bermanfaat
Me & Molla
557      331     2     
Short Story
Fan's Girl Fanatik. Itulah kesan yang melekat pada ku. Tak peduli dengan hal lainnya selain sang oppa. Tak peduli boss akan berkata apa, tak peduli orang marah padanya, dan satu lagi tak peduli meski kawan- kawannya melihatnya seperti orang tak waras. Yah biarkan saja orang bilang apa tentangku,
Haruskah Ada Segitiga?
597      412     0     
Short Story
\"Harusnya gue nggak boleh suka sama lo, karena sahabat gue suka sama lo. Bagaimana bisa gue menyukai cewek yang disukai sahabat gue? Gue memang bodoh.” ~Setya~
Segaris Cerita
533      296     3     
Short Story
Setiap Raga melihat seorang perempuan menangis dan menatap atau mengajaknya berbicara secara bersamaan, saat itu ia akan tau kehidupannya. Seorang gadis kecil yang dahulu sempat koma bertahun-tahun hidup kembali atas mukjizat yang luar biasa, namun ada yang beda dari dirinya bahwa pembunuhan yang terjadi dengannya meninggalkan bekas luka pada pergelangan tangan kiri yang baginya ajaib. Saat s...
Not Alone
543      290     3     
Short Story
Mereka bilang rumah baruku sangat menyeramkan, seperti ada yang memantau setiap pergerakan. Padahal yang ku tahu aku hanya tinggal seorang diri. Semua terlihat biasa di mataku, namun pandanganku berubah setelah melihat dia. "seseorang yang tinggal bersamaku."