Loading...
Logo TinLit
Read Story - Dapit Bacem and the Untold Story of MU
MENU
About Us  

Musik keroncong masih mengalun, saat polisi terus menggeledah setiap jaket, baju seragam dan ransel. Dalam tas Maryadi, mereka menemukan seperangkat peralatan make up, plus bulu mata palsu.

May melirik rekan-rekannya yang tertawa-tawa melihat temuan make up itu. Si May jadi kesal.

“Itu punya kita semua Pak. “ ujar May, “Kalau sudah malam, kita semua dandan.”

Christiano marah. “Maryadi, brengsek lo, jangan suka fitnah!” sergah Christiano, “Yang wadam cuma dia Pak! Itu kan, tas punya dia.”

May mencibir. “Hey yeti, lo juga boleh nyoba pake bulu mata anti badai puting beliung, punya eyke.”

Christiano geram sekali. “Maryadi, gue garot lo ya!”

“Yuuuk!”

Melihat anak-anak yang dirazia itu malah berkelakar dan tertawa-tawa, Para polisi tampaknya mulai merasa bersalah. Apalagi menemukan kenyataan bahwa tidak semua siswa itu berasal dari satu sekolah SMK Marunda Jaya. Karena dari seragamnya, ada beberapa siswa SMA, dan Madrasah Aliyah di Jakarta Utara.

“Ya sudah, pakai lagi baju kalian.”

“Terus kita gimana Pak? Bakalan telat sampai ke lapangan.”

“Makanya sekarang kalian segera pergi dari sini!” bentak polisi itu.

“Bapak harus tanggung jawab terhadap mereka!” Sebuah teriakan datang dari arah gerbang.

Ternyata Bang Toyib datang bersama dua orang pengurus PSSI Wilayah Jakarta Utara. Mereka datang dengan naik motor. Bang Toyib sebenarnya sudah hampir tiba di lapangan Senayan, tapi karena dikontak sama Tim Marunda United, dia dan rekan-rekannya segera menuju kantor polisi itu.

Bang Toyib melanjutkan bicara, “Polisi menangkap anak-anak itu tanpa alasan yang jelas, cuma karena mereka konvoi pake motor, dengan masih mengenakan seragam SMK, dikira mau tawuran? Apa dasar hukumnya, mencurigai hal seperti itu? Apakah ada tindakan mereka di jalanan yang melanggar hukum, sehingga polisi harus menghentikan mereka, dan membawa mereka ke markas ini?”

"Ya sudah, tidak ada lagi masalah! Silakan bawa anak-anak itu pergi!"

Bang Toyib berbalik, lantas menatap Tim Marunda United. “Apakah kalian semua ngebut?”

“Kagak Bang. Batas kecepatan kita masih wajar buat jalan di tengah kota.” jawab Zidan. 

“Kagak ada yang ngebut, Bang.” To Ming Se nimbrung,  “Kita juga ngerti kok Bang, kalau ini jalan bukan punya nenek moyang kita, tapi punya … punya siapa sih?” To Ming Se cengar-cengir sambil menoleh pada rekannya yang orang Betawi tulen, lalu bicara. “Saudin, apakah ini jalan miliknya lo punya kong coco?” Kong coco itu maksudnya kakek buyut.

Saudin menjawab ketus, “Kalau nih jalan punya engkong gue, kenapa gue kagak boleh liwat? Kenapa gue malah ditangkap?”

“Karena muka lo kagak enak dipandang.” Gaston Kastono yang menjawab, sembari tertawa. Padahal mereka semua sebenarnya sudah stress berat, soalnya sudah lewat jam empat sore, dan mereka masih di halaman kantor polisi. Harapan bertanding sudah musnah. Daripada nangis, mendingan guyon, walau hati pedih nian tak terkira!.

“Muka lo yang paling bikin enek, pengin muntah … hoek!” balas Saudin.

“Jadi sebenarnya … kita kena razia muka jelek, ya?” tanya David, “Kudunya gue mah kagak kena razia. Gue kan, cover boy.”

“Lo cover boy buku yasin.”

“Udah mati dong gue?”

Zidan memperingatkan teman-temannya, “Surah dari kitab suci jangan dijadikan bahan gurauan! Kualat antum!”

Ada yang masih tertawa-tawa, padahal hati mereka menangis, merasa perjuangan mereka sudah kandas, di kantor polisi.

Kemudian ada dua motor masuk ke halaman kantor polisi itu, membawa Kepala SMK Marunda Jaya, dan dua orang guru. Mereka sudah dikontak oleh murid-muridnya, minta tolong. Karena ingin cepat sampai, ketiga pendidik itu naik motor. Kepala SMK Marunda Jaya sangat gusar, melihat situasi itu. Dari 40 orang anak yang ada di halaman kantor polisi itu, 32 orang di antaranya adalah siswa SMK Marunda Jaya. Lantas kepala sekolah menyuruh guru yang datang bersamanya untuk merekam situasi di situ dengan ponsel.

“Apa-apaan ini? Kenapa kalian kena razia?” teriak kepala sekolah.

“Nggak tahu Pak.” jawab David, “Tadi di jalan kita berpapasan dengan konvoi motor gede, semuanya bagus. Mereka menerobos lampu merah, minta diprioritaskan untuk lewat duluan, menghalangi kendaraan lain, dan menyerobot antrian di SPBU. Tapi mereka mah kagak dirazia! Kayaknya sih, kita dirazia karena motor kita udah butut. Mungkin motor butut kagak boleh lewat jalan sini.”

“Ya tidak begitu, Dik!” Polisi berusaha menyanggah.

“Nah, Anda dengar protes itu?” tanya kepala sekolah, “Anda penegak hukum, tapi Anda juga yang menciptakan kesenjangan hukum, sehingga anak-anak itu merasa diperlakukan tidak adil dan didzolimi. Cuma karena mereka berseragam SMK, dan konvoi dengan motor murahan yang sudah butut, Anda menangkap mereka. Tapi Anda tidak punya nyali menilang pengendara motor gede yang melanggar aturan dan melecehkan hak pengguna jalan lainnya!”

“Anda jangan menghina institusi kepolisian! Sekarang silakan Anda  semua pergi dari sini, bawa murid-murid Anda itu!” ujar seorang bintara polisi.

Pengurus PSSI wilayah Jakarta Utara yang datang bareng Bang Toyib, segera angkat bicara, “Enak saja! Anak-anak itu mau bertanding pada jam empat sore! Sekarang sudah lewat dari jam empat! Anak-anak kami terlambat ke lapangan, gara-gara polisi yang merazia mereka. Kalau tim kami sampai kalah WO, apakah pihak kepolisian mau bertanggung jawab?”

“Tanggung jawab apa? Hanya sekadar pertandingan sepak bola anak-anak, apa yang harus dipertanggung jawabkan? Jangan berlebihan!” jawab polisi.

Bang Toyib bicara, “Ini pertandingan penting buat anak-anak kami, dipantau oleh para pemandu bakat dari banyak klub dan Badan Tim Nasional. Jika hari ini anak-anak kami kalah WO, maka semua ini adalah mutlak kesalahan polisi. Anda semua sudah menutup peluang anak-anak kami untuk ikut seleksi timnas junior! Kami akan laporkan semua ini ke pengurus PSSI pusat, komisi perlindungan anak, dan Kementrian Pemuda dan Olah raga, bahwa polisi sudah melakukan pelanggaran hak terhadap anak-anak kami!”

“Silakan!” jawab seorang polisi.

Sementara pengurus PSSI Jakarta Utara sedang mengontak panitia turnamen, via ponsel. Dia menjelaskan bahwa Tim Marunda United terhambat oleh razia polisi yang salah sasaran. Dia minta pengunduran pertandingan pada malam hari setelah Maghrib. Di lapangan ABC ada lampu penerangan yang memadai untuk menggelar pertandingan di malam hari.

“Kalian segera datang ke lapangan ABC, bersama seluruh Tim Marunda United!” Itu jawaban panitia.

“Tapi kami bakal terlambat untuk pertandingan jam empat sore. Kalau nanti kami dinyatakan kalah WO, sia-sia saja kami datang ke situ.” jawab Bang Toyib.

“Itu urusan belakangan. Kalau memang punya niat ikut turnamen, mau telat atau tidak, datanglah ke sini full tim. Kita bicarakan nanti di sini.”

 Pengurus PSSI Cabang Jakarta Utara bicara pada anak-anak. “Kita pergi sekarang. Guru kalian sudah punya rekaman tentang kejadian kalian semua kena razia, itu bisa kita jadikan bukti kepada panitia turnamen, bahwa keterlambatan kita bukan kesalahan kalian, tapi kesalahan polisi. Jadi polisi harus tanggung jawab mengawal kita semua ke lapangan, supaya kita tidak terjebak macet!”

Seorang polisi bicara, “Heh, polisi nggak ada urusan sama pertandingan sepak bola itu! Memangnya siapa kalian, minta dikawal segala macam?!”

“Polisi sudah merugikan anak-anak kami, dan harus tanggung jawab!” jawab Bang Toyib.

“Jangan bicara sembarangan dan terus saja menyalahkan polisi! Kita juga bisa menuntut Anda atas tuduhan penghinaan terhadap aparat negara! Sekarang lekas kalian semua pergi dari sini!” teriak seorang polisi.

"Hei Pak, jangan arogan, membentak-bentak anak-anak!" tegur kepala sekolah, "Kalau Anda punya anak, terus anakmu dibentak-bentak orang lain, padahal anak itu tidak bersalah, Anda juga pasti tidak terima!"

"Ya sudah, pergi sana!"

Bang Toyib masih jengkel, dia bicara, "Tidak ada seorangpun dari kami yang mau nginjekkan kaki di kantor ini! Ente sendiri yang cari masalah, menggiring anak- anak itu ke sini! Sekarang lu ngusir-ngusir!"

Polwan senior menghampiri Bang Toyib dan bicara lunak, "Bapak-bapak, anak-anak, kami minta maaf. Tapi tolong tinggalkan kantor ini."

Kepala SMK Marunda Jaya memberi isyarat supaya tidak berdebat lagi dengan polisi.

“Untuk saat ini, waktu kita sangat mepet. Pergilah kalian semua ke lokasi pertandingan! Saya tidak akan ikut, karena ada urusan lain.”

Kemudian puluhan motor meninggalkan halaman polres itu. Mereka kembali terjebak macet. Dan akhirnya tiba di lapangan ABC pada pukul 17.30. Tiada harapan. Lapangan itu tampak sepi.

 

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Call Me if U Dare
5685      1687     2     
Mystery
Delta Rawindra: 1. Gue dituduh mencuri ponsel. 2. Gue gak bisa mengatakan alibi saat kejadian berlangsung karena itu bisa membuat kehidupan SMA gue hancur. 3. Gue harus menemukan pelaku sebenarnya. Anulika Kusumaputri: 1. Gue kehilangan ponsel. 2. Gue tahu siapa si pelaku tapi tidak bisa mengungkapkannya karena kehidupan SMA gue bisa hancur. 3. Gue harus menuduh orang lain. D...
Susahnya Jadi Badboy Tanggung
6151      1922     1     
Inspirational
Katanya anak bungsu itu selalu menemukan surga di rumahnya. Menjadi kesayangan, bisa bertingkah manja pada seluruh keluarga. Semua bisa berkata begitu karena kebanyakan anak bungsu adalah yang tersayang. Namun, tidak begitu dengan Darma Satya Renanda si bungsu dari tiga bersaudara ini harus berupaya lebih keras. Ia bahkan bertingkah semaunya untuk mendapat perhatian yang diinginkannya. Ap...
ETHEREAL
1885      822     1     
Fantasy
Hal yang sangat mengejutkan saat mengetahui ternyata Azaella adalah 'bagian' dari dongeng fantasi yang selama ini menemani masa kecil mereka. Karena hal itu, Azaella pun incar oleh seorang pria bermata merah yang entah dia itu manusia atau bukan. Dengan bantuan kedua sahabatnya--Jim dan Jung--Vi kabur dari istananya demi melindungi adik kesayangannya dan mencari sebuah kebenaran dibalik semua ini...
TO DO LIST CALON MANTU
1588      713     2     
Romance
Hubungan Seno dan Diadjeng hampir diujung tanduk. Ketika Seno mengajak Diadjeng memasuki jenjang yang lebih serius, Ibu Diadjeng berusaha meminta Seno menuruti prasyarat sebagai calon mantunya. Dengan segala usaha yang Seno miliki, ia berusaha menenuhi prasyarat dari Ibu Diadjeng. Kecuali satu prasyarat yang tidak ia penuhi, melepaskan Diadjeng bersama pria lain.
Gi
1200      696     16     
Romance
Namina Hazeera seorang gadis SMA yang harus mengalami peliknya kehidupan setelah ibunya meninggal. Namina harus bekerja paruh waktu di sebuah toko roti milik sahabatnya. Gadis yang duduk di bangku kelas X itu terlibat dalam kisah cinta gila bersama Gi Kilian Hanafi, seorang putra pemilik yayasan tempat sekolah keduanya berada. Ini kisah cinta mereka yang ingin sembuh dari luka dan mereka yang...
Konspirasi Asa
2861      995     3     
Romance
"Ketika aku ingin mengubah dunia." Abaya Elaksi Lakhsya. Seorang gadis yang memiliki sorot mata tajam ini memiliki tujuan untuk mengubah dunia, yang diawali dengan mengubah orang terdekat. Ia selalu melakukan analisa terhadap orang-orang yang di ada sekitarnya. Mencoba untuk membuat peradaban baru dan menegakkan keadilan dengan sahabatnya, Minara Rajita. Tetapi, dalam mencapai ambisinya itu...
Manuskrip Tanda Tanya
5759      1734     1     
Romance
Setelah berhasil menerbitkan karya terbaru dari Bara Adiguna yang melejit di pasaran, Katya merasa dirinya berada di atas angin; kebanggaan tersendiri yang mampu membawa kesuksesan seorang pengarang melalui karya yang diasuh sedemikian rupa agar menjadi sempurna. Sayangnya, rasa gembira itu mendadak berubah menjadi serba salah ketika Bu Maya menugaskan Katya untuk mengurus tulisan pengarang t...
Dikejar Deretan Mantan
555      334     4     
Humor
Dikejar Deretan Mantan (Kalau begini kapan aku bertemu jodoh?) Hidup Ghita awalnya tenang-tenang saja. Kehidupannya mulai terusik kala munculnya satu persatu mantan bak belatung nangka. Prinsip Ghita, mantan itu pantangan. Ide menikah muncul bagai jelangkung sebagai solusi. Hingga kehadiran dua pria potensial yang membuatnya kelimpungan. Axelsen, atau Adnan. Ke mana hati berlabuh, saat ken...
Buku Harian Ayyana
27459      5158     6     
Romance
Di hari pertama masuk sekolah, Ayyana udah di buat kesel sama cowok ketus di angkatannya. Bawaannya, suka pengen murang-maring terus sama cowok itu! Tapi untung aja, kehadiran si kakak ketua OSIS bikin Ayyana betah dan adem tiap kali dibuat kesel. Setelah masa orientasi selesai, kekesalan Ayyana bertambah lagi, saat mengetahui satu rahasia perihal cowok nyebelin itu. Apalagi cowok itu ngintilin...
When Magenta Write Their Destiny
6332      1720     0     
Romance
Magenta=Marina, Aini, Gabriella, Erika, dan Benita. 5 gadis cantik dengan kisah cintanya masing-masing. Mereka adalah lima sahabat yang memiliki kisah cinta tak biasa. Marina mencintai ayah angkatnya sendiri. Gabriella, anak sultan yang angkuh itu, nyatanya jatuh ke pelukan sopir bus yang juga kehilangan ketampanannya. Aini dengan sifat dingin dan tomboynya malah jatuh hati pada pria penyintas d...