"Romeo, save me." Seorang gadis memegang tangan seorang laki-laki yang kini berada di depannya. Ia memandang dalam manik mata orang itu.
"I keep waiting for you but you never come." Kecewa, sedih, dan amarah terlihat dari suara yang bergetar. Sang laki-laki perlahan melepaskan tangan sang gadis. Ia memegang kedua bahu gadis itu dan berkata,"Aku tidak pernah memintamu untuk menungguku. Itu keputusanmu."
Sang gadis yang semula menatap mata sang laki-laki kini mengalihkan pandangannya. Ia menghela napasnya dan berkata lirih, "Maaf. Maafkan aku."
Setelah itu ia membalikkan tubuhnya dan pergi meninggalkan sang laki-laki. Gadis itu berjalan tenang tanpa ada air mata yang di keluarkannya.
•••
Dialog senja - Lara
Ketika senja datang
Kumerasa setengah diriku menghilang
Bagaikan tak berdosa
Seorang gadis sedang menikmati senja bersama lagu kesukaannya. Lagu yang diawali dengan sebuah puisi itu perlahan menelusup masuk ke dalam hatinya yang dingin. Secangkir coklat panas yang ada dihadapannya juga perlahan mendingin seakan mengikuti suasana hati sang pemilik.
Kau hancurkan rasa yang selama ini ku tanam
Saat semuanya telah pergi
Bayangmu kembali mengisi
Kisah-kisah yang ia alami merasuk paksa. Perlahan air mata mengalir membasahi pipi. Ia mencoba manghapus air mata itu. Namun, semakin mencoba, semakin deras pula air mata yang dikeluarkannya.
Entah apa yang kau mau
Ku tak berhak lagi tuk mengungkit kembali
Seharusnya dari awal ia tak perlu berpetualang mencari. Seharusnya dari awal dia mengubur keinginan itu hidup-hidup.
Menghapus tinta yang pernah kau lukis di kanvas hatiku
Merobek semua bayangan yang tampak di relung sukmaku
Gadis itu menghirup udara dalam-dalam lalu mengeluarkannya. Ia meneguk coklat panas yang sudah mendingin itu. Dia mencoba menenangkan hatinya. Perlahan ia bangkit dan memantapkan diri. Dia harus mengejarnya.
Ego tlah menghasutku tuk kembali padamu
>>><<<
Namun logika berkata
Baiknya ku menjauh
Air mata menetes. Satu tetes dua tetes. Terus mengalir dan mengalir. Membasahi pipi, jiwa, dan hati. Kalimat demi kalimat yang digaungkan oleh sang lagu kembali merasuk dalam telinganya. Seolah terdengar dari jarak dekat.
Jauh
Jauh
Jauh
Jauh
Satu kata yang terulang terus-menerus. Perlahan seolah kehilangan otot, kaki pun melemas. Tidak sanggup untuk berdiri menopang kesedihan yang mendalam. Hancur lebur sudah jiwanya.
"Aku sudah tidak sanggup lagi!" teriaknya. Dihempaskannya pegangan dari seorang teman yang menyaksikan semuanya. Berlari mengejar sang lelaki nan jauh di sana. Seolah pernyataan tadi tak menusuk relung hatinya, ia bertanya sekali lagi, "mengapa?"
"Aku sudah menjelaskannya." Sang gadis menggeleng tak menyetujui. Masih dengan air mata yang mengalir dia memeluk sang lelaki.
"Kembali lah. Kembalih lah kepadaku. I beg you."
Menatap sayang pada perempuan yang tengah memeluknya. Dia menerawang kembali kenangan yang dijalaninya bersama sang gadis. Terlalu banyak susah senang yang mereka lewati bersama. Perlahan pertahanannya hancur. Dia membalas pelukan sang gadis. Menangis berdua bersama kesayangannya.
"Untuk terakhir kalinya. Aku mohon," ucapnya tanpa suara pada sang rekan yang bersamanya sedari tadi. Sang rekan yang turut menyaksikan semua drama yang diciptakan sang gadis hanya mendegus dan menyetujui permintaan itu. Bagaimana pun dia juga pernah merasakan perasaan yang sama.
Setelah itu, sang lelaki melepas pelukan mereka. Dia menghapus air mata sang gadis. Di elusnya puncak kepala gadis itu dan dengan lembut berkata, "Aku minta maaf atas semua perlakuanku. Tapi, Nona, kita memang harus berpisah. Kau tidak ingin aku dihukum 'kan?"
Sang gadis mengangguk. Dia akan mengikhlaskan sang lelaki.
"Aku akan ...." Ucapannya terpotong ketika dirasakan sesuatu menempel bibirnya. Kecupan singkat yang selalu mampu mendiamkannya.
Sang laki-laki mengigit jari telunjuknya. Perlahan darah ke luar dari tangannya. Dengan segera dia mengambil tangan sang gadis. Menggambar artefak sihir dengan darahnya. Kemudian ia menggenggam tangan sang gadis.
"Aku, Romeo Reganhard, berjanji padamu, Melody Senjani Abrisal, akan kembali padamu, melindungimu, dan menjadi milikmu selamanya setelah semuanya selesai."
Cahaya biru mengelilingi mereka berdua tanda kontrak perjanjian resmi dibuat. Sang gadis terperangah melihat perlakuan sang lelaki. Melihat hal itu, sang lelaki perlahan melepaskan genggaman mereka. Sekali lagi mengelus kepala sang gadis. Dia memberikan senyuman terbaiknya dan pergi meninggalkan sang gadis bersama rekannya. Sang gadis yang melihat semuanya hanya bisa menghela napas. Dan berharap kali ini lelaki itu benar-benar menepati janjinya.