Setiap hal yang dilakukan adalah kehendak dan keinginan. Jika hati yang meninginkannya namun tak ada kehendak yang menentukan maka semua akan sia-sia. Berbagai pertanyaan akan muncul ketika semua berjalan. Apa yang kurasakan? Apa yang kulakukan? Apa semua ini takdir? Apakah ini kenginanku?
Banyak pertanyaan yang akan berkeliaran di setiap saat. Contohnya sekarang dimana ketika seorang lelaki yang beberapa hari ini selalu melamun seperti sedang memikirkan hal berat. Hanya pandangan mata yang mengarah ke arah luar gedung dimana terdapat banyak orang berlalu lalang serta banyak kendaraan silih hilir mudik. Banyak pertanyaan yang berkecambuk dalam fikirannya.
dan juga tak jauh berdebad dengan seorang gadis yang kini menatap ke arah luar café dimana terdapat banyak orang berlalu lalang serta suara berisik café yang di huni banyak orang. gadis itu hanya terdiam masih mengabaikan laptopnya dan juga makanan yang sudah tersaji beberapa menit lalu. “beberapa hari ini aku melihatmu melamun, ada apa?”suara seorang perempuan mengintrupsi gadis di depannya. Tak ada jawaban dan hanya memperlihatkan air mata yan kini mulai turun. “kau menangis lagi”ucapnya untuk mengintrupsi gadis didepannya. Namun, masih tak ada jawaban.
Gulya pov
Aku berjalan menelusuri gedung kampus, ahhh dan gips di kaki ku sudah di lepas. Beruntung tidak harus menggunakan tongkat dan gips lagi. Namun tetap harus menjaga agar tidak terlalu banyak gerakan. “semua jadi rumit”ucapku kini duduk di bangku taman dengan tablet di pangkuanku. aku sudah mulai mengerjakan laporan tesis dan akupun sudah tidak tinggal di rumah ajjusi na dan ajjuma na. sebenarnya aku baru pindah kemarin dan belum sempat membereskan barang-barang.
“melamun merupakan hobbi mu sekarang ya?”kini suara tasya dari arah depan, aku mendongkak untuk melihatnya “ kau baru saja menjelaskan jika kau sedang patah hati”ucap tasya lagi, aku hanya terdiam tanpa meresponnya.aku merasakan tasya yang kini duduk di sampingku “gulya, patah hati itu biasa bagi seseorang yang sedang jatuh cinta. Yang tidak biasa itu ketika kau menyangkalnya. Menyangkal mencitainya, menyangkal bahwa kau cemburu, menyangkal bahwa hatimu terluka”ucapan tasya membuatku menghadap ke arahnya “ aku fikir seharusnya aku sadar diri sejak awal. Bukankah begitu?ini,,ini terlalu berat.”ucapku mengingat momen ketika malam itu. Malam dimana aku melarikan diri.
“sejak kapan kau tidak percaya diri?”ucap tasya.
“sejak aku mulai sadar diri” balasku sambil menatap ke arah depan dengan kosong. tak ada yang benar-benar ku perhatikan sungguh.
“jadi kau berminggu minggu seperti orang mati akibat ketidak percaya pada dirimu?” ucapan tasya membuatku terisak “ini,,,hisk,,,ini lebih sulit dari ejekan orang lain”ucapku menatap tasya “ketika orang lain yang bilang aku akan sangat percaya diri jika aku tidak seperti apa yang mereka katakan. Tapi,,,,,ketika aku menyadarinya aku seperti tertampar”ucapku menunduk
“hei, tidak percaya diri itu karena kau sedang berfikir negatif, untuk saat ini biarkan itu namun jangan sampai mengakar terlalu lama. setelah fikiran negatif mu hilang akan ada saat nya kau mempercayai dirimu sendiri lagi. kalau begitu, coba ceritakan mengapa tiba-tiba tidak percaya diri? ”ucap tasya. Aku menghela nafas dan mulai menceritakannya.
Flash back
Ini malam terakhir dimana aku dan minjae akan menyambut kepulangan ajjuma na dan ajjusi na. aku membuat beberapa makan yang bisa kami makan. Karena sudah beberapa kali ajjuma na dan ajjusi na bilang jika mereka mulai mengurangi makan daging babi kini aku memasak daging sapi. sebenarnya yang memasak bagian daging adalah minjae, aku memasak haya memasak ayam goreng, dan juga beberapa menu lainnya.
“gulya, apakah minggu nanti kau sibuk?”ucap minjae menatap ke arahku yang sedang menata makanan. “aku akan lihat jadwalku dulu. Ada apa?”tanyaku sambil melihat ke arahnya
“aku ingin mengajakmu ke suatu tempat”ucapnya membuatku terdiam merasa kaget aku meliriknya pelan dan menjawab “aku akan lihat jadwalku”ulangku. Aku kembali terdiam sesaat dan memikirkan ajakan minjae. Aku membalikan badan sepenuhnya dan melihat ke arah minjae yang kini memunggungngiku.
“gulya,,, hai,,”suara minjae memecahkan lamunanku, aku gelagapann dan kembali melanjutkan perkerjaanku. aku mendengar kekehan minjae melihat tingkahku. aku malu.
Ini malam minggu dimana aku meluangkan waktu untuk ajakan minjae,oke kami berjaji di restoran. Tempatnya bagus, tasya bilang restoran ini merupakan restoran private dimana keamanan pelanggan sangat terjaga. Tempat ini selalu disukai oleh para selebritas,pejabat, ataupun konglomerat. aku menatap kearah jendela yang dapat memperlihatkan visualku. pakaian yang ku gunakan sekarang cukup simpel dimana kemeja hitam berbahan sutra serta rok span berwarna putih, serta hijab pasminah berwarna senada dengan baju. Kini sudah masuk musim dingin akupun menggunakan mantel berwarna putih.
“kenapa tidak masuk?”suara minjae terdengar mengintrupsiku dari kegiatan melihat diri sendiri, aku menatapnya sedikit kaget karena pakaian rapih yang digunakannya. “kau habis dari acara award?”tanyaku melihat pakian minjae. Jas berwarna hitam serta rambut yang tertata rapih. Minjae menggeleng “ayo masuk”ucapnya. Kami berdua berjalan beririgan “minjae, bagaimana jika ada paparazzi?”tanyaku pelan di sampingnya, minjae tersenyum “tenang, hari ini jangan fikirkan itu oke”ucapnya “lewat sini”ucapnya kini berjalan di depanku, aku mengikutinya hingga kini kami berada di lantai atas.
pemaandangan pertama yang ku lihat adalah keindahan yang menyajikan tempat di luar ruangan.. kami berada di rooftop restoran. aku terus mengikuti minjae hingga kini kami berada di kursi dengat dengan pembatas. tempatnya tidak terlalu ramai. karena musim dingin mungkin kebanyakan akan makan di dalam. “ayo duduk “ucapnya sambil menggeser kursi. Aku tersenyum “eumm,,, manis sekali,,,, terimakasih”ucapku tersenyum “sama-sama.”ucapnya sambil memandangku.” Mulailah memesan makan. Hari ini biarkan aku yang teraktir”ucapnya. Aku mengangguk dan kembali tersenyum “baiklah. Aku akan makan banyak”ucapku. Aku melihat minjae yag kini menatap kea ah lain, “bagaimana pemandangannya? Kau suka?”tanya minjae tanpa melihatku, aku melihat ke arahnya “aku suka,,aku suka karena ini tidak pernah ku bayangkan sebelumnya”ucapku sambil menatapnya dengan lembut. Minjae masih menatap ke arah pemandanagan lainnya “kau, apakah kau menyukai seseorang?”tanyanya. aku terdiam sesaat dalam fikiranku hanya bayangan minjae yang terekam. Aku melihat ke arah langit.
“aku sedang menyukai seseorang”ucapku, “namun, aku tidak yakin ia menyukaiku juga”lanjutku
“benarkah? Bukankah ia beruntung?”
“siapa?”tanyaku pada minjae yang kini kami berdua saling bertatapan “yang kau sukai. Lelaki yang kau sukai sangat beruntung”ucapnya. Tak terasa air mataku terjatuh “benarkah? Apakah ia beruntung ku sukai atau sebaliknya?”ucapku pelan dengan suara yang menahan rasa sesak.
“apa orang yang kau sukai menyakitimu?”tanyanya dengan ekspresi kaget “kenapa kau menangis?”lanjutnya kini memberikan tissue. “ahhh aku menangis? Aku,,,aku hanya merasa di sini selalu sesak jika memikirkan orang yang ku sukai”ucapku menatap ke arahnya sambil memegang dadaku. “ahhh,, sudahlah. Bagaiman jika aku mulai memesan, boleh?”tanyaku menatapnya. Minjae tersenyum dan memanggil pelayan. Kami memesan beberapa makanan dan dessert.
“aku akan pergi sebentar kesana oke, tunggu”ucapnya membuatku mengangguk. Aku melihat kepergiannya. Dan memikirkan kembali apa aku harus mengungkapkan perasaanku padanya, atau tidak? Aku menatap ke arah langit dan memejamkan mataku,”baiklah. Diterima atau ditolak itu adalah resikoku.”ucapku memantapkan diri. Tanganku terasa dingin, aku pun merasa gugup “baiklah. Ini salah satu kesempatan bukan? Sebelum aku sibuk dengan tesis ku dan tidak ada waktu aku mengungkapkannya.”ucapku meyakini diri.
Tak lama minjae kembali bersamaan dengan pelayan yang membawa pesanan kami. Aku tersenyum ke arah minjae “ayo kita makan”ucap minjae, aku mengangguk. Kami makan di selingi dengan beberapa percakapan sampai tak terasa kini hanya tinggal makanan penutup yang tersisa. Aku melihat ke arahnya dengan gugup
“ada apa?”tanya minjae sambil tersenyum, aku kembali meyakini diri. Aku menyatukan kedua tanganku di pangkuanku “minjae”ucapku. Minjae mengalihkan atensinya dan berhenti makan. “minjae cukup dengarkan aku, jangan bertanya ataupun menyela perkataanku bisa?”tanyaku padanya, minjae mengangguk dan memfokuskan pandangannya padaku.
aku menghela menarik nafas dan menghembuskannya. menatapnya dengan yakin dan mulai berbicara.
“minjae, aku menyukaimu,aku tau itu tak mungkin. Maksudku. Aku menyukaimu. Orang yang kusukai adalah dirimu. Aku tak peduli jika kau tidak menyukaimu. Aku tidak memintamu untuk menyukai ku juga. Aku,,,”ucapku terhenti melihat reaksi minjae yang terdiam “aku hanya ingin mengatakan aku mencintaimu. Entah kau percaya atau tidak entah kau menerima atau tidak. Ini keputusanku untuk mengatakannya. Aku mencintaimu”ucapku dan kini aku menatapnya ada sedikit air mata yang terasa turun dari mataku.
aku menunggu reaksinya namun, tak ada reaksi apapun. aku hanya melihat minjae yang kini terdiam yang membuatku semakin mengeratkan genggaman tanganku. “min_
“oh,,minjae kau disini juga?”suara seorang perempuan membuatku mengalihkan pandangan. Seorang idol yang sering di pasangkan dengan minjae, aku menatap minjae yang mengalihkan pandangan padanya, ada senyuman dari minjae menatapnya.
fikiranku kosong seketika, aku,,,aku melemaskan eratan tanganku yang kini sudah memerah. aku menatap keduanya
‘sakit’
Aku terdiam, aku melihat ke arah samping terdapat bayanganku yang duduk dan gadis itu, air mataku semakin jatuh. Aku bangkit dari duduk ku “oh,,,kalian memiliki janji?”ucapku tanpa berfikir apapun. “ahhh aku,,,aku sepertinya udah malam,,,Sunny-shi,,”kini aku menatap minjae “ahhh minjae-shi. Aku pergi dulu. Sepertinya sudah malam. Jam malam ku sudah berakhir”ucapku menahan getaran dari suaraku. “aku,,,ini jika kurang aku aku akan mengembalikan sisanya. Eum,,, aku permisi”ucapku. Aku berjalan dengan cepat ke bawah.
Flash back finish
“apa? Kau langsung pergi?”ucap tasya “kau,kau baru menyatakan cinta,, dan kau pergi?”ucap tasya menatapku. “aku langsung tidak percaya diri tasya. Dia,,,cantik, suaranya bagus, dia juga,,,aku hisk,,”ucapku kini terisak.”bayiku baru pertama kali jatuh cinta heum”ucap tasya yang kini memeluku. Aku masih terisak di pelukannya.
Di lain tempat kini seorang lelaki sedang memandang ke arah luar jendela dengan menerawang namun terkadang memejamkan mata. Terdapat kalung di tangannya yang ia genggam erat. “kau baik-baik saja?” suara seorang lelaki yang kini mulai merangkulnya.
“bukankah kau ingin memberikan kalung itu?” ucap lelaki yang merangkulnya. Minjae, lelaki tersebut berjalan menuju sopa di ruang latihan “aku akan memberikan ini. Tapi mungkin malam itu,,,, malam itu bukanlah malam yang pas”ucap minjae menatap kalung yang ia pesan dengan desain bulan dan bintang.
“hyung,,,,aku ingin melihatnya,,, aku sangat ingin melihatnya. namun ia selalu menghindariku, ketika bertemu bahkan ia takkan mengangkat wajahnya. Dia hanya akan menunduk. Jika aku bertanya ia hanya mengangguk dan menggeleng. Aku ingin tahu apa yang ia fikirkan. Aku ingin tahu apa yang membuatnya mengubah kata-katanya pada malam itu. Aku “
“apa yang terjadi pada malam itu?”
“aku melihatnya menangis, dia menahan tangisannya. Dia berbicara de,,,,,aku tak bisa mendengar ucapannya”ucapku kini meneteskan air mata.
“ingin bercerita?”