Minjae pov
Kini jam menunjukan pukul 06.00, aku bangun dari tidurku, kegiatanku di kampus mulai pukul 11.00. aku masih memiliki waktu untuk pulang ke rumah dan sarapan bersama gulya. Memikirkannya membuatku tersenyum “baiklah, aku harus bersiap”ucapku bangun dari ranjang dan mandi.
“minjae, pagi sekali kau bangun, akan kemana?”suara hyungmin hyung memasuki gendang telingaku, aku tersenyum “aku akan sarapan di rumah, bolehkah hyung?”ucapku hyungmin hyung megangguk “jangan lupa jadwal kita”ucapnya membalas senyumanku “aku akan kembali jam 10 hyung”ucapku menyakini leaderku yang mendapat anggukan dari hyungmin hyung.
Aku mengemudikan mobil, beruntung ini masih sangat pagi sehingga belum banyak kendaraan berlalu lalang. Sesampainya di kawasan rumah aku memakirkan mobil dan masuk kedalam rumah. Keadaan rumah sangat berih. terdengar suara seorang perempuan berenandung dari arah dapur, di iringi dengan suara musik yang kini memenuhi rumah, aku tersenyum melihat punggung gadis yang ku sukai sedang memasak. terlihat sedikit kesusahan akibat tongkat yang ia gunakan. Aku menghampirinya “perlu bantuan?”ucapku, aku melihatnya yang kaget dan tak lupa tangannya tergores pisausehingga tangannya tergores pisau yang sedang ia pegang. aku panik melihatnya “maaf”ucapku panic ketika melihat darah yang menetes. Gulya melihat ke arah ibu jarinya “ahhh aku akan mengambil kotak obat dulu”ucap ku “duduklah dulu”lanjutku.’kecerobohanku’batinku.
“biar aku yang melakukannya, ini hanya luka gores kecil”ucap gulya. aku membawa kotak obat ke arahnya , aku merasa tidak enak, niatku hanya ingin membuatnya kaget tapi malah menyakitinya. “ini ulah ku.biar aku. Tenang aku takkan menyentuhmu”ucapku meyakininya. Yang mendapat anggukan dari gulya pada akhirnya Aku yang mengobatinya.
“minjae, sudah sarapan?”ucap gulya, aku menatap ke arahnya “belum. Aku ingin sarapan di rumah. Kau akan masak apa?”ucapku bertanya, “hanya nasi goreng, krupuk udang, dan juga kimchi”ucap gulya. “nah sudah selesai. Biar aku bantu memasak”ucapku
“kalau begitu bisakah menggoreng kerupuk udangnya. Nasi goreng biar aku yang memasak”ucap gulya. Aku mengangguk “baiklah, bisa berdirinya?”tanyaku. gulya mengangguk dan kembali berkutat dengan masakannya.
“minyaknya jangan terlalu panas,”ucap gulya “baiklah”jawabku
“cobalah. Apakah enak”ucap gulya memberikan sendok padaku, “tak ingin mengambilkan dan menyuapinya untuk ku?”ucapku muali usil, gulya memberi ledekan “tidak. Tangan mu masih berfungsi dengan baik, lagian bukankah sudah selesai menggoreng krupuknya?”ucap gulya. Aku mengangguk “baiklah”ucapku dan menerima sendok tersebut.
“eummm,,, ini sudah pas. Bisakah aku membawa sedikit saja untuk makan siang”ucapku, gulya terdiam dan tak lama tersenyum “baiklah, aku akan membuatkan untuk makan siang”ucap gulya. Aku mengangguk semangat “baiklah biarkan aku yang menyiapkan di meja makan”ucapku setelah semuanya selesai.
Gulya pov
“hari ini kau akan ke kampus?”tanya minjae, setelah kami membereskan bekas makan. Kini waktu menunjukan pukul 09.30. akupun harus bersiap karena tasya dan susan akan menjemputku. “iya” jawabku, aku melihat minjae yang mengangguk. Sungguh jantung ku berdetak
“ingin aku antar?”tanyanya membuatku melihatnya sepontan dan menggeleng “tasya dan susan akan menjemputku. “ucapku memeberi tahunya. Meskipun susan dan tasya tidak menjemputku aku tetap tidak akan ajakannya. Bagaimanapun minjae baru selesai dengan masalahnya. Aku tidak ingin menambah masalah yang lainnya.
“hati-hati, pulang jam berapa?” tanya minjae kembali “mungkin jam 10 malam. Karena harus melakukan bimbingan, dan meeting. “ucapku memberitahunya “kenapa malam sekali? Apa ada yang mengantarmu pulang?”tanyanya lagi. Aku terdiam “mungkin, susan dan tasya akan mengantarku pulang”ucapku
“jika tidak ada. hubungi aku, tunggu ini”ucapnya memberikan seccarik kertas berisi kumpulan angka.aku menatapnya “ini nomorku, telvon saja”ucapnya sambil tersenyum. Aku mengambil kertas itu secara perlahan, “baiklah”ucapku pelan.
Kini aku berada di mobil bersama tasya dan gulya “jadi sejak kapan kalian beli mobil?”tanyaku yang kini sedang duduk manis di belakang. Susan dan tasya melirik ke arahku. “bukan kalian tapi kita. Hanya kamu yang belum mengumpulkan uangnya”ucapan tasya membuatku menatap keduanya tak menyangka
“tunggu,,,, jadi ini beneran mobil bersama?”tanyaku
“heum,,, uangya silahkan transfer ke rekenigku hanya kirim 50 juta saja”ucap susan membuatku terdiam kaget “oh,,,tunggu,,, hei aku bahkan harus mengumpulkan uang buat menyewa apartemen”ucapku menatap keduanya.
“jangan pura-pura tak punya uang ya,,,”kini ucapan tasya membuatku semakin tidak percaya “wahhhh kalian benar-benar. Aku tidak,,,, kita naik bus saja dan jual kembali mobilnya”ucapku panic
“hahahahahaha”aku mendengar tawa dari keduanya
“seperti biasa gampang di tipu”ucapan tasya membuatku kesal “hahahahaha”susan kembali tertawa. Aku melihat keduanya “berhenti tertawa”
“ini mobil kekasihku. Tenang saja”ucap tasya. Aku mengangguk senang.
“lagian kau kini sudah tinggal dengan ajjuma na, kenapa masih memikirkan meyewa apartemen?”ucapan susan membuatku berikir sambil melihat ke arah jalanan “aku tak bisa selalu meepotkan ajjuma na.”
“tapi kau bisa jadi satu rumah dengan orang yang kau suka”kini ucapan tasya membuatku memberengut. “dasar mesum”ucapku.
“hey,,,aku tidak mengatakan itu sebagai kesempatan un_
“aku tak mendengar" ucapku menutup telinga.
Seperti biasa kini aku berada di dalam kelas dan mendengarkan professor menjelaskan beberapa teori dan juga berakhir dengan memberikan tugas. Tak lupa setelah kelas berakhir aku akan ada pertemuan untuk bimbingan tesis. Setelahnya aku kembali melakukan diskusi dengan senior tingkat akhirku tentang studi kasus yang akan aku kembangkan. Semua kegiatan kuliahku akan berakhir pada jam 7 malam.
Kini pukul 19.45 dimana aku telah menyelesaikan aktivitas kampus, dan aku melanjutkan dengan bekerja. Karena pemimpin perusahaan ada di korea maka aku akan mengikuti rapat yang di adakan di Negara gingseng ini sebagai perwakilan. Selain itu, ada pembahasan juga tugas akhir dari pihak perusahaan. Meeting berakhir pukul 21.50. aku masih belum bisa pulang ke rumah karena harus melanjutkan beberapa tugas, selain itu aku bahkan belum sempat makan dan tak lupa kakiku yang mulai berdenyut sakit.
“gulya” suara lelaki yang kini membuatku menghela nafas “sungguh aku lelah”ucapku pelan.aku menatap lelaki tersebut dan tersenyum paksa. “ah ada sunbae”ucapku.
“kau akan pulang?”aku menatap junhyung sunbae menghampiriku “tidak. Aku akan pergi kesuatu tempat”ucapku yang kini sudah membereskan barang-barangku. “butuh tumpangan?”tanyanya. aku menggeleng dengan cepat “ aku bisa sendiri”
“tapi kakimu”
“kaki ku baik-baik saja sunbae. teriakasih telah menawari tumpangan tapi tidak. aku permisi sunbae”ucapku yang kini berlalu, kehadiran junhyung sunbae hanya membuat kenangan ketika aku di siram oleh kekasihnya terus berputar. “engga ada kapoknya”grutuku. Pada awalnya aku akan pergi ke perpustakaan tapi lebih baik pulang saja sebelum aku di ganggu di tempat lainnya pikirku.
“uangku tidak cukup untuk naik taksi dan juga dompet yang berisi kartu bis ketinggalan. Tasya dan susan meiliki acara. Aku benar-benar di tinggal untuk berjalan”cerocosku, aku menunduk sambil berjalan dengan kaki yang kini semakin terasa sakit.
Perjalanan sudah hampir satu jam dan kini jam menunjukan pukul 22.50. “perjalannnya masih jauh,aku masih butuh waktu satu jam lagi”ucapku sambil melihat ke arah maps. Aku masih bertahan untuk berjalan. Rasa kantuk, dan lapar mendominasiku. apalagi kini kakiku yang semakin sakit.
“ayo semangat sebentar lagi sampai rumah”aku menyemangati diri sendiri. karena itu yang bisa ku lakukan.
Minjae pov
Aku terus melihat ke arah jam dinding “minjae ya, apa belum ada kabar darinya?”suara jegyo membuatku menghela nafas “tidak ada. ini sudah lebih dari satu jam dan hampir tengah malam”ucapku gusar.”mungkin dia bersama temannya “ucap hyungmin hyung mengintupsi. Aku menggeleng “aku bertemua kedua temannya ketika membeli makanan. Dia bilang gulya tidak pulang bersamanya karena jadwal yang berbeda”ucap ku menjelaskan.
“kal_
“assalamualaikum”suara gulya membuatku berlari ke arah pintu rumah, aku melihat gadis itu yang berjalan semakin pincang tak lupa ringisan terdengar darinya. “kenapa baru pulang?” tanyaku, aku melihatnnya yang kini duduk di depan pintu “tunggu, kaki ku benar benar mati rasa”ucapnya tanpa melihat ke arahku.
Aku menghampirinya dengan pelan, kulihat kakinya yang memerah “ berapa lama kau berjalan?”tanyaku, “ dua jam” ucapanya membuatku diam “kau tidak sayang kaki mu?”ucapku sedikit meninggikan suara membuat atensi gulya menatap ke arahku “aku bukan tidak sayang, aku tidak akan bisa pulang jika tidak jalan. Kartu bis ku tertinggal dan aku hanya membawa sedikit uang cash. Batrei handphone ku pun habis”ucapnya menjelaskan, “kenapa kalian berbicara di sini?”suara hyungmin hyung membuatku dan gulya memandang ke arah belakang. Atensiku terarah kepada gulya yang dimana dia terlihat kaget.
“oh,,,ada tamu?”tanya gulya pelan ke arahku, aku mengangguk. “sudah makan?”tanyaku padanya “belum. Aku lapar. Tapi aku akan bersih-bersih dulu.”ucapnya langsung berdiri dengan ringisan.
“ingin ku papah?”
Gulya menggeleng “aku baik-baik saja. “ucapnya membungkuk ke arah ku dan teman-temanku dan menghilang di balik pintu kamarnya. Aku menghela nafas, 2 jam berjalan. Beruntunglah tidak ada hal buruk terjadi. “bagaimana?”tanya hyungmin hyung padaku. Aku mengangguk menandakan semua baik-baik saja.
“aku dengar dia berjalan 2 jam. Apa tak apa dengan kakinya?”kini suara junlin yang datang dari arah kamarku. “terlihat tidak baik-baik saja. tapi gulya bilang dia baik-baik saja”ucapku “aku akan memasak makanan. ada yang masih lapar?”ucapku menuju dapur.
Kini aku berkutat dengan berbagai macam bahan makanan. Yang ku tau dia sangat suka sup dengan bumbu dashi serta nasi yang di taburi gim (rumput laut). Aku memasak yang sederhana. “aku juga masih lapar. Bisakah kita membuat menu yang lebih banyak?”ucap chanhyuck “hem,,,aku juga lapar lagi”ucap junlin. Aku hanya mengangguk. kuang lebih satu jam gulya keluar kamar dengan piama tidurnya “sudah mengompres kaki mu dengan air hangat?”tanyaku, aku melihat gulya yang keluar dengan pelan dan menatap ke arah kami “maaf aku tidak masak apapun”ucapnya.
“tidak masalah. Kau baru pulang dari kegiatankapusmu. Selain itu, kami bisa memasak kok”ucapku. Aku menghetikan masakanku dan menghampirinya “duduk di kursi aku akan memasangkan perekat anti nyeri.”ucap ku sambil berjalan menuju nakas tempat dimana kotak obat berada.
“terimakasih.”ucap gulya yang kini sudah duduk di kursi makan bersama kedua temanku yang lainnya. “ada telephone umum. Kau bisa menelphone dari sana. Mungkin kakimu akan kembali sakit jika melakukan perjalanan selama itu”ucap hyungmin hyung yang terdengar olehku. Aku menatap gulya. Tatapan lelah terlihat jelas di matanya “aku mudah lupa. Jadi aku bingung akan menelphone siapa. Yang ku ingat hanya nomor kedua orangtua ku”ucap gulya “bukankah aku sudah memberikan nomorku di secarik kertas?” bingungku
“ketinggalan di rumah”jawabnya. Selesai menempelkan perekat anti nyeri aku mencuci tangan dan lanjut memasak .
“makanlah yang banyak. Apakah besok ada kegiatan lagi?”ucapku menatap gulya yang sudah mulai makan, gulya menganguk “hanya kelas di siang hari dan sore aku harus ke rumah sakit untuk pemeriksaan lanjutan”ucap gulya membuatku mengangguk.
Jika di gambarkan kami makan dimana gulya berada di sampingku, di depan terdapat chanhyuck dan junlin. Di sisi kanan ku ada jegyo dan di sisi kiri terdapat hyungmin hyung. Kami makan dengan hidmat. Mungkin sedikit percakapan. dan gulya hanya sebagai pendengar.