"Andai saja suatu hari Sultan dan Ambar menyakiti lo. Temuilah gue, Kinan. Rumah dan hati gue akan selalu terbuka untuk lo kunjungi."
Tubuh Kinan masih bergetar dan merinding akibat perkataan Gusti tadi. Pria itu sudah berpamitan pulang dan telah meninggalkan kediaman Aditama bersama mobilnya lexus putihnya.
Ketika Kinan hendak masuk ke dalam rumah, sebuah decitan rem mobil mengalihkan perhatiannya. Muncul kakak angkat sekaligus pria yang sudah berstatus menjadi pacar Kinan dari balik pintu kendaraan tersebut. Begitu tampan dengan kemeja pestanya.
Tubuh gagah Sultan menghampiri Kinan dengan begitu tergesa-gesa. Menggapai tangan Kinan lalu menarik Kinan masuk ke dalam rumah menuju kamar miliknya. Setelah sampai, tak lupa pria itu mengunci pintu kamar.
"Kamu baik-baik saja, Ki?" tanya Sultan langsung menyentuh pundak Kinan. Sentuhannya begitu kencang. Dia meneliti tubuh Kinan dari atas ke bawah seolah takut ada yang hilang dari tubuh pacarnya itu.
Kinan mengangguk sebagai jawaban. Menatap bingung pada Sultan. "Pesta Mbak Ambar sudah selesai, Mas?"
"Kamu kenapa tadi tidak muncul di pesta, Ki?" Sultan tidak menjawab dan malah balik bertanya dengan nada gemas. Pundak Kinan bahkan diguncang-guncang oleh pria itu. Sultan terlihat sangat kacau saat ini.
"Pesan tidak dibalas. Telepon juga tidak diangkat. Aku khawatir sekali tahu, Ki."
Hati Kinan dibuat berbunga-bunga sekaligus terharu mendengarnya. Dia memeluk tubuh pacarnya itu erat.
Kinan pun merasa bersalah. "Aduh, Masku ini. Kasihan sekali kalau sedang khawatir. Tidak tega aku melihatnya. Maaf ya, sayang. Tadi kan hujan badai, Mas. Ban mobil pecah. Ponselku juga tadi lowbat, Mas. Jadi tidak bisa mengabari kamu. Mau meminjam punya Pak Adi pun tidak ada sinyal. Aduh, kasihan pacarku ini. Pasti kayak orang kesetanan tadi ya, Mas."
"Bukan kesetanan lagi, Ki. Aku sudah seperti orang mau mati ketika mengkhawatirkan kamu tadi."
Sultan terlihat sangat kesal. Kinan menyentuh pipi pria itu. "Wajahnya jangan seperti ini ah, Mas. Tampannya menjadi hilang."
Sultan tersenyum. Sepertinya mood pacar Kinan itu kembali membaik.
"Mobilnya di mana sekarang, Ki?"
"Bengkel lah, Mas. Sedang di urus oleh Pak Adi."
"Lalu kamu diantar oleh siapa?" Sultan menatap Kinan curiga.
Mati Kinan! Dia tidak menduga Sultan akan bertanya sampai ke akar-akarnya.
"Aku pesan jasa taksi online, Mas," bohong Kinan.
"Apa?! Kamu sudah gila yah, Ki. Sekarang ini marak sekali kejahatan di jasa seperti itu. Kamu lupa yah murid sekolah kita ada yang sudah jadi korban pemerkosaan sopir taksi online," marah Sultan. Nadanya naik satu oktaf. Kinan bergidik melihatnya.
Kinan bodoh menggunakan taksi online untuk membantu dia berbohong. Harusnya Kinan berkata jalan kaki saja tadi. Sepertinya Sultan akan memilih iba padanya, daripada marah seperti tadi.
Yang terpenting, Kinan tidak akan jujur jika dia diantar oleh Gusti. Jika Kinan jujur, bisa-bisa Kinan akan didiamkan oleh Sultan yang cemburuan selama tujuh hari tujuh malam seperti dulu. Saat itu Kinan diantar oleh pria lain yang adalah pria gemulai di kelasnya.
"Aku tadi bingung, Mas. Aku hanya ingin pulang saat itu. Soalnya di luar dingin sekali. Aku tidak kuat. Jadi aku pesan taksi online saja. Tidak ada apa-apa kok selama perjalanan. Aku selamat tanpa lecet. Maaf ya, Mas." Lagi-lagi Kinan berbohong.
"Aku tidak mau tahu. Apa pun alasannya nanti. Kamu harus tetap pulang ke rumah bersama sopir. Jangan memakai taksi online apalagi menerima tumpangan orang asing! Aku akan menyuruh Pak Adi untuk selalu siap ban serep mulai saat ini. Kali ini aku maafkan kamu, Ki. Besok-besok jangan diulang lagi!"
Kinan tersenyum. Kembali memeluk tubuh kekasihnya itu. "Terima kasih, Mas sayang."
Sultan membalas pelukan Kinan. Tidak lama. Karena kemudian Sultan kembali memberi tatapan curiga pada Kinan.
"Jaket yang kamu pakai saat ini punya siapa, Ki? Kok wanginya seperti wangi parfum pria?"
Rasanya Kinan ingin menghilang saja bak ditelan bumi. Kali ini pertanyaan Sultan membuatnya mati kutu. Dia harus menjawab apa saat ini? Pertanyaan Sultan barusan jelas-jelas tidak bisa Kinan siasati untuk dijawab dengan sebuah kebohongan lagi. Pertanyaannya sudah terlalu men skakmat Kinan.
Kinan tidak bisa memberikan sebuah kebohongan baru seperti jika jaket yang dia pakai ini adalah jaket yang dia beli secara dadakan ataupun mengatakan jika jaket ini adalah jaket teman gadisnya. Sultan tidak akan percaya. Jelas-jelas dijaket ini ada harum wangi pria.
"Ki, kenapa diam. Aku bertanya jaket yang kamu pakai saat ini itu jaket siapa?"
"Ayah sama Bunda di mana, Mas. Kok kalian tidak kembali ke rumah bersama?"
"Aku antarkan mereka ke rumah Eyang. Mereka bilang ingin menginap di sana."
"Oh."
"Ki, kamu belum menjawab pertanyaan aku mengenai jaket itu."
"Mbak Ambar sehat, Mas?"
"Ki, jangan mengalihkan pembicaraan!"
"Tadi pestanya seru tidak, Mas?"
"Ki, kamu_____"
Cup.
Kinan tidak punya pilihan lain. Dia pun mencium bibir Sultan. Demi agar pacarnya itu berhenti membicarakan jaket Gusti yang Kinan pakai.
Ciuman Kinan pada Sultan cukup lama. Dia menatap Sultan yang terlihat syok saat ini. Kemudian tersenyum menyeringai pada Kinan setelahnya.
"Kamu sudah mulai nakal yah Ki sama Mas mu ini. Itu ciuman pertama aku loh Ki."
"Sama Mas. Itu juga ciuman pertama aku." Kinan.
Sultan terlihat bahagia mendengar pengakuan Kinan barusan. Tanpa aba-aba, pria itu membalas ciuman Kinan. Menempelkan bibirnya pada bibir Kinan. Hanya sentuhan bibir seperti Kinan tadi. Tidak sampai menjadi ciuman menggebu-gebu. Mereka masih tau batasan, dan tidak ingin melewati batasan itu.
Ciuman kedua mereka pun berakhir. Kinan memeluk Kinan erat untuk yang kesekian kalinya.
"Dengar Ki. Tidak akan ada pria lain di dunia ini yang bisa mencintai kamu lebih dari aku. Hubungan pacaran kita memang belum resmi di mata semua orang. Namun aku akan segera mewujudkan itu secepatnya. Aku akan memperkenalkan kamu sebagai pujaan hati aku dengan bangga kepada semua orang nanti. Jika mereka berkata kamu sangat beruntung, maka aku yang akan menegaskan pada mereka jika aku lah yang beruntung memiliki kamu. Aku janji Ki. Akan aku buat kamu menjadi gadis terbahagia di dunia ini sampai rasanya kamu akan merasa seperti dineraka jika hidup tanpa aku. Aku sayang kamu, sayang. I love you, Kinan."
Kinan menangis mendengarnya itu. Diapun melakukan hal yang sama.
"I love you too, Mas Sultan. Terima kasih karena sudah memilih aku di panti waktu itu, Mas. Makasih karena sudah menjadi kakak sekaligus pacar yang paling mengerti aku. Terima kasih juga karena sudah menjadi yang paling sabar menghadapi sifat dan kekuranganku."
Instagram : @andwyansyah
itu tuh sudah jelas bgt sultan kalau kamu cinta kinan.
Comment on chapter 2. Denial