Read More >>"> Story of April (Makhluk Sosial) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Story of April
MENU
About Us  

Aku pernah mengarang sebuah cerita yang menceritakan tentang kita yang berakhir bahagia2 Juni 2007

“Ho Changyi. Panggil aku Chang Yi. Aku ingin kau menjadi temanku karena aku iri pada Soo Bin yang selalu mendapat teman dengan mudah.”

“Kalau aku tidak mau. Bagaimana? Aku tidak suka berteman dengan orang yang sombong,” sahut Seol Hee.

“Saya tidak sombong. Tapi, aku bicara fakta. Kalau saya katakan, saya bisa mengendarai mobil. Itu benar. Kalau aku bilang, aku anak orang kaya. Itu juga benar. Dan kalau kau tidak mau berteman denganku. Aku akan tetap memaksamu. Karena aku egois. Saya terbiasa mendapatkan apa yang kuinginkan.”

“Kau bahkan tidak punya malu.”

Segera Seol Hee beranjak dari duduknya dan sewaktu-waktu membersihkan rok sekolahnya yang tertempel debu pasir.

“Kau mau ke mana? Duduk. Kita belum selesai,” omel Chang Yi.

“Kau bahkan terlihat bodoh dengan kacamata hitam itu,” kata Seol Hee.

“Ini pantai,” sahut Chang Yi tak mau kalah.

“Hantu pun tahu kalau ini pantai.”

Segera, Chang Yi melepas kacamatanya dan mengerjap cepat.

“Ini sudah senja. Kupikir memang karena kacamataku yang gelap,” ujar Chang Yi linglung.

Tidak peduli, Seol Hee pun melangkah pergi meninggalkan Chang Yi yang akhirnya ikut membayai langkahnya. Dan sejak hari itu, Chang Yi melakukan keegoisannya. Dia membuntuti ke manapun Seol Hee pergi sampai Seol Hee masuk dengan aman ke rumahnya, dia baru akan pergi meninggalkan gadis itu.

“Sebenarnya apa yang kau lakukan setiap hari selalu pulang terlambat?” tanya Chang Mi, kakak sulungnya.

“Ada sesuatu yang aku urus,” sahut Chang Yi sambil fokus mengerjakan PR-nya.

“Kau tengah dekat dengan seseorang lagi?”

“Tidak. Aku tidak pernah pacaran lagi sejak Ji Won selingkuh dan meninggalkanku.”

“Bocah Tengil. Kau masih kecil. Berusahalah fokus hanya untuk sekolah. Jangan pacaran.”

“Saya sudah 16 tahun.”

“Kau bahkan belum memiliki izin mengemudi tapi sudah berani mengendarai motor ke sekolah.”

“Selama Ayah dan Ibu membayar pajak dengan baik. Dan saya tidak melakukan hal bodoh. Tuhan pasti akan melindungi kita.”

“Sejak kapan kau bawa-bawa Tuhan dalam hidupmu?” tanya Chang Mi dengan senyum sinis.

“Sejak tadi. Keluar. Saya mau belajar. Besok ada ujian.”

“Sejak kapan kau begitu serius tentang pelajaran?”

“Sejak tadi. Pergi!”

Mendengar teriakan adiknya, Chang Mi pun hanya tersenyum geli dan mengacak rambut Si Bungsu yang semakin kesal sebelum dia benar-benar keluar dari kamar.

Iya . Sejak kapan aku membawa Tuhan dalam hidupku ? Sejak kapan aku jadi anak rajin dan taat aturan ? Aku Ho Changyi . Haaa…” batin Chang Yi yang kemudian menghela napas berat.

                                                                                                                                       

“Ayo, naik. Pulang denganku hari ini. Ada yang ingin saya katakan.”

“Tidak. Aku tidak ingin ke mana-mana.”

“Naik atau aku akan terus menghalangimu di sini.”

Dengan perasaan tidak nyaman, Seol Hee pun naik ke motor Chang Yi dan ikut melaju bersamanya menuju ke Pantai Haeundae.

“Minum ini,” ujar Chang Yi usai membuka air soda .

Diam, Seol Hee menerimanya dengan lesu.

“Cerita sekarang,” perintah Chang Yi usai meneguk sedikit minumannya.

Namun, sewaktu-waktu Seol Hee hanya mendengus kesal dan mendorong kepala Chang Yi sesekali meliriknya.

“Sudah kubilang dari awal, aku egois. Saya sudah mendapatkan apa yang saya inginkan jadi, saya akan mempertahankan bagaimanapun caranya. Hujan, badai, semi, panas, salju. Sepanjang musim, kau tetap harus di sisiku yang sudah berjuang enam bulan untuk jadi temanmu. Jadi, ceritakan apa yang sekarang terjadi.”

“Haaa…aku bahkan bukan pacarmu. Tapi, kamu selalu menjajalku dengan…”

“Mau jadi pacarku?” tanya Chang Yi yang tiba-tiba menatap Seol Hee.

“Huk! Uhuk! Uhuk!”

"Hmm. Iya, iya. Sudah tidak apa-apa," sergah Chang Yi sambil memukul-mukul pelan punggung Seol Hee yang tersedak.

“Orang gila,” umpat Seol Hee usai menepis tangan Chang Yi yang hanya tersenyum geli, “kau ingin membunuhku? Jangan coba-coba lagi kau melontarkan candaan seperti itu. Saya tidak suka. Kau tahu aku sudah punya pa…”

“Kalian putus hari ini,” sahut Chang Yi yang lagi-lagi memutus omelan Seol Hee dan kali ini, tanpa mengalihkan pandangan dari laut biru Pantai Haeundae.

“Haaa…apa kau menguntitku? Bahkan yang ini pun aku belum cerita,” sahut Seol Hee melemah.

“Apa kau tidak lelah?”

“Kenapa lelah?”

“Menjalani hubungan aneh seperti ini. Dituduh selingkuh, berdebat lalu putus. Tidak lama kembali lagi. Apa kau tidak lelah?”

Diam, Seol Hee hanya menatap kosong ke arah yang sama dengan Chang Yi.

“Lelah? ya. Dia pacar pertamaku. Ciuman pertamaku pun aku lakukan dengannya. Bagaimana mungkin aku tidak lelah sementara, teman yang lain bisa bergonta-ganti pacar di masa SMA ini.”

“Apa kali ini benar-benar tidak bisa putus? Dia bahkan sudah mengataimu wanita murahan hanya karena kau menonton pertandingan basket sekolah, dan kau masih bisa berhubungan dengannya.”

“Haaa…” Seol Hee menghela napas keras lalu menggeleng pelan, “entah hati ini terbuat dari apa. Aku seperti tidak sanggup kehilangannya.”

“Karena dia yang pertama?”

"Mungkin."

Ada perubahan suara dari Seol Hee yang kini tertunduk lemah. Ya, dia terisak saat itu dan Chang Yi hanya memberikan pundaknya agar dia bisa meletakkan dahinya.

“Apa dia mengataimu lagi kali ini?”

“Mmm,” sahut Seol Hee dengan isaknya.

“Apa yang dia katakan padamu?”

“Dia bilang, aku selingkuh karena selalu dekat denganmu. Di sekolah sepertinya ada orang yang dia percaya untuk mengawasiku.”

sekilas tampak Chang Yi tersenyum sinis.

“Dia benar-benar sayang atau terlalu protektif .”

“Aku pun melakukan hal yang sama. Setiap kali kami bertemu, saya selalu memeriksa ponselnya. Dan aku tidak pernah memiliki SNS karena dia tidak membolehkanku.”

“Itu sudah tidak sehat. Walau Tuhan takdirkan kau untuknya. Kalau bisa minta rubah saja jodohmu. Itu benar-benar sudah tidak sehat. Apa dia pernah main tangan denganmu?”

“Belum pernah,” sahut Seol Hee sambil menggeleng cepat.

“Apa harus menunggu sampai pernah?”

Segera Seol Hee mengangkat kepalanya dan menatap Chang Yi yang sudah melihatnya lebih dulu.

“Kenapa? Saya salah? Terkadang mencari pembenaran itu mudah. Apalagi bersangkutan dengan hati. Tapi, gunakan akal sehatmu. Dia bahkan belum jadi suamimu.”

“Kenapa setiap aku cerita kamu selalu memberikan solusi yang aneh?”

“Bukan solusi yang aneh. Orang yang bercerita itu ada kalanya harus ditampar dengan kata-kata. Kalau hanya memukul saja, sejam kemudian sakitnya juga hilang dan pasti akan terulang kembali hal yang sama. Ada titik di mana saya hanya akan menjadi pendengar dan ada masa di mana saya akan melontarkan apa yang saya pikirkan. Tapi, terkadang manusia itu tidak mau menggunakan akalnya. Alasan tipis, karena cinta, karena keadaan, karena dia mungkin bisa berubah. Tetapi, setelah ada salah fatal yang terjadi, dia akan menyesal dan mengutuk sejadi-jadinya.”

“Aku…untuk sekarang belum mau menerima apa yang kamu katakan. Hanya itu. Ayo, pulang.”

Diam, sunyi, tidak ada apapun yang menjadi bahan percakapan mereka selain deru motor dan angin senja.

                                                                                                                                        

“Siapa teman yang kau antar kemarin sore?” tanya Chang Eun, kakak keduanya.

“Siapa?” tanya Chang Yi yang masih fokus pada makanannya.

“Kau pacaran lagi?”

Segera, Chang Yi menghentikan kegiatannya dan melihat lekat Chang Eun yang hanya mengerjap linglung.

"Ehem!"

Suara teguran dari Sang Kepala Keluarga, Ho Sang Il, sangat cukup untuk membuat anak-anaknya diam dan melanjutkan makan mereka.

“Hei, jawab yang tadi,” ujar Chang Eun sambil melempar bantal yang tepat mengenai wajah Chang Yi.

"Apa?!" teriak Chang Yi kesal.

Namun, tak peduli sama sekali, Chang Eun tetap pada kegiatannya dan berguling-guling di tempat tidur Sang Adik sambil mengambungkan sebuah bola bisbol yang dibawanya.

“Apa yang kau lakukan?!” teriak Chang Yi lebih keras.

“Saya bertanya saja tak kau jawab.”

“Haaa…” Chang Yi hanya menghela nafas berat sebelum akhirnya menyerah dengan sifat Chang Eun yang lebih keras kepalanya, “apa?”

“Apanya?”

“Yang kau ingin tahu itu apa?”

“Kau bersama teman yang kemarin. Pacaran?”

“Tidak.”

“Apa dia punya pacar?”

"Ya."

“Dia menyukaimu?”

“Tidak.”

“Kau menyukainya?”

“Tidak.”

“Kau bohong.”

“Apalagi?” ujar Chang Yi semakin kesal.

“Saya sudah mengenalmu sejak di dalam kandungan Ibu. Jangan coba-coba membodohiku. Sikap perlindungan yang kau tunjukkan pada gadis itu, baik Kak Chang Mi maupun aku, sangat hapal dengan pergerakan yang kau lakukan. Coba tanya Jun Su, pasti kami yang benar.”

“Saya hanya berteman dengannya dan tidak ada unsur apapun.”

“Tidak ada apapun karena dia sekarang sudah memiliki pacar. Jika tidak, saya yakin Anda akan melakukan hal yang sama ketika Anda menginginkan Ji Won.”

“Apa aku juga melakukan hal bodoh saat ingin bersama Ji Won?”

“Mmm…selama saya perhatikan masih wajar. Apa karena kau tidak mengendarai motor? Atau karena kau hanya ingin dia menjadi penyemangat selama di sekolah? Saya tidak tahu. Tapi, perbedaan kali ini cukup kentara.”

“Apa kau yakin?” tanya Chang Yi penasaran.

“Hmm,” jawab Chang Eun sambil mengangguk pelan, “dari yang aku dengar, kau bahkan menguntitnya sampai ke rumah walaupun dia sudah diantar pacarnya.”

Diam, seakan berpikir dengan apapun yang telah Chang Eun lontarkan. Walau pikirnya tidak menerima namun, ia mengakui kalau dia menerima pernyataan jujur​dari kakaknya tersebut.

                                                                                                                                          

“Hei, kenapa menangis di sini?”

Hujan. Bahkan hujan pun tidak membuat Seol Hee peduli sekarang. Dia hanya ingin menangis sejadi-jadinya. Dia ingin mengeluarkan semua emosinya tanpa peduli akan pertanyaan Chang Yi yang dia pikir sudah tahu tentang semua yang terjadi.

“Kenapa ke sini? Tidak pulang?”

“Itu alasan kenapa aku menyuruhmu berganti pakaian. Saya sudah izin pada Ibumu. Jadi, kita main sepuasnya di sini.”

Ada masa dimana manusia perlu tempat untuk bersandar. Dan Seol Hee pun menikmati malamnya di taman hiburan bersama Chang Yi.

“Bahkan langit malam pun jadi indah kalau menikmati es krim di sini,” ujar Seol Hee riang.

“Kau senang?” tanya Chang Yi.

“Hmm, terima kasih,” kata Seol Hee yang kemudian menikmati es krimnya lagi.

Diam, mereka sesekali hanya melihat keramaian sambil menikmati es krim masing-masing.

“Terkadang, kalau sudah bersedih aku selalu ingin mengakhiri hidupku. Seolah aku tidak mampu melewati apapun tanpa seseorang di sampingku. Menjadi lemah dan selalu butuh perlindungan. Aku mungkin tidak merebut dari keluarga kaya tapi, orangtuaku selalu berusaha menuruti dan memenuhi apapun keinginanku. Sampai titik mana saya merasa sudah terlalu banyak menerima dan tidak dapat menghancurkan kebahagiaan mereka yang telah berjuang untuk saya hanya karena perasaan sakit hati yang sepele,” jelas Seol Hee panjang lebar.

“Kau ingin aku mendengar atau menjawab?”

“Kenapa memberi pilihan? Seperti kau biasanya saja.”

“Seperti biasanya berarti kau tidak mau menerima kritikku.”

“Haaa… sesukamu kali ini.”

“Aku ingin tahu apa yang membuat kau menangis seperti tadi?”

“Benarkah kau tidak tahu? Aku pikir kau tahu semuanya karena kau teman Soo Bin.”

“Aku hanya tahu bahwa Soo Bin melakukannya, tapi aku tidak tahu alasanmu menangis.”

“Bohong,” ujar Seol Hee ragu.

“Kalau aku jujur​​apa berarti benar?”

“Coba saja dulu.”

“Kau difitnah menduakan kekasihmu?”

Aku hanya tersenyum tipis dan membetulkan seluruh kejadian yang dikatakan Chang Yi hingga membuatku menangis . Dan seperti biasa , Chang Yi mengomel sejadi - jadinya . Namun , ada dimana seorang Chang Yi yang tampak penyabar dibalik omelannya bisa sangat murka pada sahabatnya sendiri10 Mei 2010

“Chang Yi, aku…”

“Apa? Aku sudah cukup bersabar dengan seluruh tindakan labilmu. Kalau memang kau ingin pacaran. Pacaran saja. Kalau mau berteman dengan mereka lagi, berteman saja. Aku tidak butuh teman sepertimu. Terlalu banyak topeng yang kau kenakan di hadapanku dari awal. Dari merampas pacarku sampai ingin mencelakai temanku yang sudah berjanji akan kulindungi. Apa kau pikir ini lelucon? Kau tahu Hwang Ji Won sangat benci saat aku dekat dengan gadis lain tapi, kau malah menunjukkan foto aneh tanpa melakukan konfirmasi. Dan sekarang, Cha Seol Hee pun ingin kau ganggu dengan alasan bercanda. Kau pikir hidup seseorang segampang itu? Fobia bukan sesuatu hal yang bisa kau mainkan. Kau…”

"Ho Changyi!"

Suara tegas dan dingin terdengar dari belakang Chang Yi yang hampir melayangkan pukulan pada Jang Soo Bin.

“Seluruh makhluk pengecut di belakang orang ini sedang menyaksikan kita dan pasti juga sangat khawatir akan keadaan Seol Hee. Biarkan mereka gelisah dengan ketakutannya. Itu sudah cukup. Jangan habiskan tenagamu lagi,” jelas Jun Su tenang.

Dengan lirikan sinis, Jun Su mendorong masuk Chang Yi ke mobil. Dia tutupkan pintu mobil untuk adik sepupunya lalu diam masuk ke kursi kemudi.

“Harusnya kau biarkan aku memukulnya?” omel Chang Yi setelah mereka melaju pulang.

“Cukup. Aku tahu dia menyesali semuanya kali ini,” sahut Jun Su.

“Dia bahkan tidak tampak menyesalinya.”

“Kalau memang dia tidak menyesalinya. Biarkan dia terpenjara dalam penderitaannya sendiri. Dan, dendammu soal Ji Won jangan sampai mengganggu hal yang sekarang. Cha Seol Hee tidak sama dengan Hwang Ji Won. Aku bahkan lebih menyukai Seol Hee daripada Ji Won yang terlalu mengekang.”

“Ji Won tidak mengekang…”

Segera, Jun Su menepikan mobilnya dan turun dari mobil mengikuti Chang Yi yang tampak sangat kesal. Detik itu, Chang Yi ingin memukulkan pukulannya namun, Jun Su dengan sigap menahan lalu memukulnya hingga tersungkur.

“Ayo, pulang.”

Seakan pukulan itu menyadarkannya, Chang Yi pun masuk ke mobil menuruti perintahnya. Diam, hanya mesin yang terdengar sepanjang jalan usai malam prom mereka.

                                                                                                                                               

“Kenapa?” tanya Seol Hee usai menstandarkan sepedanya.

Jun Su yang telah menunggu sedari lama, langsung berbalik dan tersenyum riang sebelum kemudian berbalik lagi memandangi Pantai Haeundae yang terbentang luas.

“Kau tahu kalau sebentar lagi kami akan ke Seoul? Kami akan melanjutkan sekolah di sana.”

“Iya. Chang Yi sudah memberitahuku,” sahut Seol Hee melemah.

“Kau menyukai Chang Yi? Benar-benar dinikmati?”

Seakan tersentak, Seol Hee sewaktu-waktu menatap Jun Su yang sama sekali tidak mengalihkan pandangan. Hanya senyum yang terukir di sudut yang terkena yang terlihat jelas detik itu.

"Apa?" tanya Seol Hee heran dan setengah kesal.

“Tidak. Aku hanya ingin memastikan. Apa yang benar-benar Anda sukai dari Chang Yi? Karena aku tahu Chang Yi pun sangat, sangat menyukaimu. Tidak sekedar suka, dia sayang. Dan seakan dia mampu memberikan nyawanya untukmu.”

Segera, Seol Hee menghela nafas dan kembali mengalihkan pandangannya.

“Aku, merasa tidak layak untuknya. Sudah terlalu busuk. Apalagi perlindungannya, aku hanya seperti seekor itik buruk rupa.”

“Aku dan Chang Yi bukan tipe yang terlalu mementingkan penampilan. Penampilan bisa diubah dengan make up namun, hati yang tulus itu sulit didapat.”

Lagi, Seol Hee menghela napas.

“Aku tidak sebaik itu.”

“Aku dan Chang Yi pun tidak sebaik itu.”

"Lalu?"

“Lalu, apa kau juga menyukai Chang Yi? Detik ini saya bertanya untuk memastikan. Aku ingin melihatmu dan dia sebentar saja bahagia.”

“Kau berucap seolah kau akan mati,” omel Seol Hee.

“Tidak,” jawab Jun Su seraya tersenyum sinis, “aku hanya ingin tahu.”

“Memang kalau kau tahu, kau akan melakukan apa?”

“Akan menjaga apa yang ingin Chang Yi jaga.”

“Haaa…kamu boleh berteman tapi, jangan bodoh,” umpat Seol Hee.

“Saya tidak berteman. Ho Chang Yi adik sepupuku dan aku lebih tahu keadaannya dibanding orang lain. Termasuk dua kakaknya.”

Untuk kesekian kali Seol Hee diam sesaat.

“Apa Chang Yi menyukaiku?” tanya Seol Hee.

“Sorot matanya bahkan tidak bisa berbohong tentang hal itu,” sahut Jun Su.

“Tapi, kenapa kau melakukan ini?”

“Chang Yi pernah sangat patah hati karena tuduhan berselingkuh oleh Soo Bin. Dia putus dengan cinta pertamanya karena Soo Bin.”

Tidak terhitung berapa kali kenyataan yang Seol Hee dengar hari itu. Ada sedikit rasa kecewa dan sakit yang menggores hatinya.

“Kenapa kau mengungkap semuanya saat Chang Yi tidak menunjukkan apapun padaku?”

“Karena aku tidak ingin baik kau maupun Chang Yi sama-sama terluka. Chang Yi sudah sangat yakin jika untukmu, aku pun harus memastikan kau juga yakin dan percaya pada Chang Yi. Sebab, aku tahu bagaimana sosok cinta pertama Chang Yi serta sifatnya. Ada masa di mana akan goyah, dan kalian akan saling menyakiti. Karena itu aku ingin memastikan hatimu.”

“Apa itu berarti ada kemungkinan Chang Yi kembali pada cinta pertamanya dan meninggalkanku?”

“Tidak,” jawab Jun Su sambil menggeleng singkat, “Chang Yi paling benci membahas dan kembali ke masa lalu. Dia suka masa depan dan akan mempertahankan apa yang dia dapatkan dengan sangat baik. Yang saya maksudkan goyah itu, kau, bukan Chang Yi.”

“Aku tidak boleh cemburu kalau gadis itu kembali?”

“Boleh. Tapi, aku juga tahu sifatmu yang nekat. Kau bisa sangat mencintai orang lain dan kau pun bisa mengorbankan nyawamu demi orang itu tetap berdiri di sisimu. Aku benci sisi itu. Kau perlu bahagia dan aku ingin apapun yang terjadi nanti, entah ujian apa yang akan datang. Jangan coba-coba menyakiti dirimu.”

Tidak ada jawaban dari Seol Hee, dan hanya deburan ombak malam yang menemani mereka sampai pukul 10.00 malam.

“Masuklah. Terima kasih sudah menemani olahraga malamku.”

“Iya. Hati-hati.”

“Seol Hee?” seru Jun Su usai gadis itu berbalik ingin masuk ke halaman rumahnya.

"Apa?"

“Jangan katakan pada Chang Yi tentang hal ini. Dia akan marah besar kalau aku bercerita tentangnya. Sudah, masuklah.”

Hanya anggukan kecil dan Jun Su pun memperhatikan Seol Hee sampai benar-benar masuk ke rumahnya.

                                                                                                                               

Saat cinta itu bisa kami dapatkan , disitulah Tuhan akan memulai janji Nya . Janji untuk menguji seluruh makhluk yang telah Dia ciptakan dengan perasaan cinta11 Januari 2012

“Setelah tugas akhir kita selesai, apa kau benar akan menikahiku?” tanya Seol Hee.

“Apa aku pernah berbohong dengan ucapanku?” tanya Chang Yi.

Sejenak, Seol Hee hanya tersenyum.

“Apa kau juga akan menjadikanku wanitamu di kehidupan selanjutnya?”

“Saya tidak suka melontarkan hal-hal yang terdengar seperti gombalan tapi, jujur. Untuk kategori nyaman, saya rela menukar apa saja agar saya bisa terus berjodoh denganmu. Karena untuk sampai di titik ini, kita cukup melewati rintangan yang aneh. Entah aku yang pergi dan ingin menyerah atau kau yang terus-terusan dekat dengan laki-laki selama kuliah. Sulit sekali untuk mengubah status teman biasa menjadi teman hidup.”

“Ahahaha…ini lucu tapi, di satu sisi, ini juga terdengar serius.”

Mendengar celotehnya, Chang Yi pun tersenyum geli dan mengusap puncak kepala Seol Hee sebelum kemudian menarik gadis itu ke dalam pelukannya.

“Sudah lama kau tidak memelukku,” ujar Seol Hee yang balas memeluknya.

“Boleh begini lebih lama. Bahkan sampai terlelap,” sahut Chang Yi.

“Tidak boleh tidur bersama. Harus membuat janji pada Tuhan, kan?”

“Iya. Jadi, hanya boleh seperti ini dalam kondisi sadar.”

“Tapi, apa kau benar-benar sayang aku? Bahkan orang-orang sekitarku bilang, kau hanya mempermainkanku.”

“Apa kau pernah mendengar kalau aku jalan bersama gadis lain?”

“Tidak.”

“Apa kau pernah mendengar kalau aku menggandeng dan memeluk gadis lain?”

“Tidak.”

“Kalau begitu abaikan mereka. Cukup keluarga kita yang tahu tentang kita dan bagaimana keadaan yang sebenarnya.”

“Tapi…ucapan terkadang lebih menyakitkan. Aku lebih baik dipukul daripada harus mendengar celoteh yang tidak kuinginkan.”

“Itu ujian masing-masing orang. Biarkan saja.”

“Memangnya kau bisa bertahan dengan hinaan orang lain?”

"Tidak juga. Aku juga punya perasaan, punya rasa takut tapi, sugesti tentang pria kuat itu terlalu fanatik di sekitar makhluk sosial seperti kita. Pria kuat itu hanya bisa tertawa dan tidak boleh menangis.”

Diam, Seol Hee merenggangkan pelukannya dan menengadah menatap Chang Yi yang sudah melihatnya lebih dulu.

“Apa kau pernah menangis karena ucapan orang lain?”

“Pernah.”

“Siapa?”

“Kak Chang Mi, Kak Chang Eun dan Jun Su.”

“Eiii…mereka bukan orang lain.”

“Mereka orang-orang yang pernah melihatku menangis.”

Segera Seol Hee melepas pelukannya.

“Ceritakan,” bentaknya.

“Apa yang harus saya ceritakan?” tanya Chang Yi sambil tersenyum geli.

“Siapa yang membuatmu menangis? Alasanmu menangis? Dan mengapa mereka melakukannya?”

“Cha Seol Hee. Cha Seol Hee aku menangis karena dia tidak menyadari kehadiranku. Cha Seol Hee membuatku menangis karena dia bersedih. Cha Seol Hee membuatku menangis karena dia tersakiti pria lain. Cha Seol Hee membuatku menangis karena dia menangisi pria lain. Cha Seol Hee membuatku menangis karena dia tersenyum menceritakan prianya. Cha Seol Hee membuatku menangis karena dia selalu hadir dalam pikiranku saat aku tidak ingin memikirkannya. Cha Seol Hee membuatku menangis karena aku merindukannya. Cha Seol Hee membuatku menangis karena dia tersakiti olehku. Cha Seol Hee aku…”

Diam, Chang Yi pun hanya tersenyum tatkala menyaksikan air mata tiba-tiba jatuh membasahi pipi Seol Hee sebelum kemudian dia kembali menarik Seol Hee ke dalam pelukkannya. Membiarkan gadis itu menangis sejadinya, merasakan sakit yang pernah dia rasakan tanpa ada niat buruk. Dan membiarkan dia yang dalam diam ikut meluapkan harunya.

Ada masa di mana saya ingin mengulang waktu dan memperbaiki semuanya dari awal , hanya untuk menyadari tentang kau yang berbeda dari apa yang dilihat orang lain...

                                                                                                                             

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
The DARK SWEET
350      293     2     
Romance
°The love triangle of a love story between the mafia, secret agents and the FBI° VELOVE AGNIESZKA GOVYADINOV. Anggota secret agent yang terkenal badas dan tidak terkalahkan. Perempuan dingin dengan segala kelebihan; Taekwondo • Karate • Judo • Boxing. Namun, seperti kebanyakan gadis pada umumnya Velove juga memiliki kelemahan. Masa lalu. Satu kata yang cukup mampu melemahk...
Mimpi Milik Shira
468      255     6     
Short Story
Apa yang Shira mimpikan, tidak seperti pada kenyataannya. Hidupnya yang pasti menjadi tidak pasti. Begitupun sebaliknya.
Love after die
418      275     2     
Short Story
"Mati" Adalah satu kata yang sangat ditakuti oleh seluruh makhluk yang bernyawa, tak terkecuali manusia. Semua yang bernyawa,pasti akan mati... Hanya waktu saja,yang membawa kita mendekat pada kematian.. Tapi berbeda dengan dua orang ini, mereka masih diberi kesempatan untuk hidup oleh Dmitri, sang malaikat kematian. Tapi hanya 40 hari... Waktu yang selalu kita anggap ...
G E V A N C I A
827      453     0     
Romance
G E V A N C I A - You're the Trouble-maker , i'll get it done - Gevancia Rosiebell - Hidupnya kacau setelah ibunya pergi dari rumah dan ayahnya membencinya. Sejak itu berusaha untuk mengandalkan dirinya sendiri. Sangat tertutup dan memberi garis keras siapapun yang berniat masuk ke wilayah pribadinya. Sampai seorang cowok badboy selengean dengan pesona segudang tapi tukang paksa m...
Perihal Waktu
360      245     4     
Short Story
"Semesta tidak pernah salah mengatur sebuah pertemuan antara Kau dan Aku"
Mr.Cool I Love You
80      69     0     
Romance
Andita harus terjebak bersama lelaki dingin yang sangat cuek. Sumpah serapah untuk tidak mencintai Andrean telah berbalik merubah dirinya. Andita harus mencintai lelaki bernama Andrean dan terjebak dalam cinta persahabatan. Namun, Andita harus tersiksa dengan Andrean karena lelaki dingin tersebut berbeda dari lelaki kebanyakan. Akankah Andita bisa menaklukan hati Andrean?
Praha
256      153     1     
Short Story
Praha lahir di antara badai dan di sepertiga malam. Malam itu saat dingin menelusup ke tengkuk orang-orang di jalan-jalan sepi, termasuk bapak dan terutama ibunya yang mengejan, Praha lahir di rumah sakit kecil tengah hutan, supranatural, dan misteri.
THE HISTORY OF PIPERALES
1770      636     2     
Fantasy
Kinan, seorang gadis tujuh belas tahun, terkejut ketika ia melihat gambar aneh pada pergelangan tangan kirinya. Mirip sebuah tato namun lebih menakutkan daripada tato. Ia mencoba menyembunyikan tato itu dari penglihatan kakaknya selama ia mencari tahu asal usul tato itu lewat sahabatnya, Brandon. Penelusurannya itu membuat Kinan bertemu dengan manusia bermuka datar bernama Pradipta. Walaupun begi...
Dunia Alen
3089      1051     1     
Romance
Alena Marissa baru berusia 17 belas tahun, tapi otaknya mampu memproduksi cerita-cerita menarik yang sering membuatnya tenggelam dan berbicara sendiri. Semua orang yakin Alen gila, tapi gadis itu merasa sangat sehat secara mental. Suatu hari ia bertemu dengan Galen, pemuda misterius yang sedikit demi sedikit mengubah hidupnya. Banyak hal yang menjadi lebih baik bersama Galen, namun perlahan ba...
The Second Lady?
404      286     6     
Short Story
Tentang seorang gadis bernama Melani yang sangat bingung memilih mempertahankan persahabatannya dengan Jillian, ataukah mempertahankan hubungan terlarangnya dengan Lucas, tunangan Jillian?