Terbangun di tempat yang asing dan bertemu orang baru, awalnya Bintang pikir ini adalah mimpi. Namun semua inderanya dapat merangsang apa yang ada di sekitar dengan sangat jelas, membuatnya masih sulit percaya jika ini nyata.
Mengikuti serangkaian pemeriksaan kesehatan oleh tabib, Bintang dinyatakan mengalami lupa ingatan. Tidak ingin merusak apa yang sudah ada, Bintang pun bungkam mengenai identitasnya sebagai manusia Bumi, takut dianggap sebagai roh jahat yang menempati tubuh sang Ratu.
Ya, dirinya dikenal sebagai seorang Ratu sekaligus Permaisuri bernama Aglaia Zoffy. Pemeran utama, dan sang villainess di dalam novel ‘King of the Entire Empire’. Mungkin ini yang disebut transmigrasi? Maka dari itu Bintang mengamati dengan cermat dan menemukan fakta, jika dunia novel ini bukanlah seperti Bumi di dunia nyata, karena memiliki sihir dan peradaban yang berbeda.
Terpaku mengikuti alur yang ada, kini Bintang masih menatap dirinya di dalam cermin. Rambut panjangnya di sisi dan dikenakan berbagai aksesoris, wajahnya dirias sedemikian rupa, dan ia pun terpontang-panting saat dipakaikan baju yang tidak biasa. Chiton polos dari kain sutra, berwarna gading.
Masih sulit untuk Bintang beradaptasi, seakan tubuhnya boneka, dimandikan dan didandani itu ... lupakan, Bintang merasa dirinya sudah kotor, walau tubuh itu bukan miliknya.
Bintang pun masih diam saja, menurut dan mengamati situasi karena masih banyak hal yang belum ia mengerti.
“Anda sangat cantik, Yang Mulia!”
Pujian Peony hampir membuat Bintang terbang karena malu, tapi saat ingat wajah cantik itu bukanlah wajahnya, miris juga.
“Peony,” panggil Bintang.
“Ya, Yang Mulia Ratu.”
“Apa yang harus saya lakukan? Mungkinkah saya memiliki jadwal pekerjaan atau rutinitas sebagai Ratu?”
Sebelumnya Peony sudah menjelaskan jika Ratu Zoffy mengalami koma selama tiga bulan, karena diracuni. Kasus diracuninya sang Ratu belum dapat titik terang sampai saat ini, proses hukum pun berhenti begitu saja.
Kini Kekaisaran malah sedang bersuka cita dengan kehamilan selir Kaisar. Topik diracuninya sang Ratu hilang seperti angin yang berlalu dan tidak akan kembali.
Dengan alasan lupa ingatan, Bintang akan memulai dari keseharian Ratu Zoffy dengan alami. Entah kenapa ia merasa jika kasus diracuninya Ratu Zoffy adalah masalah yang berat. Jadi sebelum mencari tahu apa yang terjadi sebenarnya, Bintang harus mengenal dunia novel ini dulu.
“Sudah saya ingatkan Yang Mulia, untuk tidak perlu bersikap formal pada saya dan orang lain, kecuali kepada Yang Mulia Kaisar.” Peony adalah orang yang ceria, namun penuh kedisiplinan. Walau baru sebentar mengenal, dengan kepribadian yang menonjol itu sangat mudah diingat.
“Ba-baiklah ... jadi apa yang harus kulakukan?” Yah, walau bagi Bintang subjek aku-kamu masih tingkatan formal juga, kecuali lo-gue. Jadi ya ... ikuti saja aturan main di dunia ini.
“Biasanya Yang Mulia bersama Yang Mulia Kaisar mendengarkan keluhan rakyat bersama, lalu Anda juga melakukan rapat diplomatik dengan Klan di bawah Kekaisaran. Di waktu senggang menjelan malam, Anda akan memeriksa dokumen administrasi operasional istana sampai waktu tidur Anda,” jelas Peony seakan itu bukan apa-apa.
Bintang melongo mendengar semua pekerjaan yang harus ia lakukan. Padahal di prolog novel, Ratu Zoffy berkata Bintang bebas melakukan apapun yang ia mau, tapi kenapa pekerjaanya begitu banyak?!
Bahkan ia hanya siswa SMA yang selalu dituntut belajar untuk menjadi Dokter, bagaimana ia tahu hal tentang pemerintahan dan diplomatik. Bintang itu anak kelas IPA, bukan IPS!
“Ada apa Yang Mulia?” Peony khawatir melihat wajah Ratu Zoffy yang pucat. Wajar saja karena sang Ratu baru saja bangun dari tidur yang panjang, pasti kesehatannya belum benar-benar pulih.
“Em ... itu.” Bintang tidak tahu bagaimana cara membuat alasan untuk menghindari pekerjaan Ratu Zoffy. Selain kasus racun, masalah baru untuknya adalah menjalani kehidupan sebagai Ratu Zoffy. “A-apa aku harus bekerja sekarang? Em ... dengan semua pekerjaan itu, a-aku pikir tidak ada waktu istirahat.”
Ratu Zoffy terkenal sebagai pekerja keras, Peony tahu betul karena ia sudah melayani Ratu Zoffy sebelum beliau menjadi Ratu. Jika sekarang Ratu-nya mengeluh mengenai waktu istirahat, bukankah berarti kondisi sang Ratu sedang tidak baik saat ini?
“Maaf karena saya telat menyadarinya, Yang Mulia. Saya bisa sampaikan pada Kepala Pelayan, jika Anda belum bisa memenuhi tugas sebagai Ratu karena belum pulih total.”
Bintang melihat wajah sedih dari Peony langsung menyadari, sepertinya ada kesalahpahaman. Meskipun tubuh Ratu Zoffy diracuni, Bintang merasa baik-baik saja sekarang. “Lalu setelah kamu bilang ke Kepala Pelayan, apa? Perlukah aku membuat surat izin Dokter- eh maksudnya Tabib jika aku masih sakit dan tidak bisa bekerja?”
Tapi ini kesempatan untuk Bintang menghindari pekerjaan Ratu Zoffy untuk sementara. Jadi mau dianggap sedang sakit, kritis, atau mau mati pun ia tidak masalah.
“Tidak perlu melakukan itu, Yang Mulia. Kepala Pelayan akan menangani sisanya, biasanya akan dipanggil seorang ahli untuk menggantikan pekerjaan Anda-.”
“PERHATIAN! YANG MULIA KAISAR TIBA!”
Suara yang menggema dari balik pintu ruangan mengejutkan Bintang yang tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Ia menoleh ke Peony dan pelayan lainnya sudah dalam posisi membungkuk. Pintu yang terbuka pun membuat Bintang semakin takut, dan memutuskan ikut membungkuk dan memejamkan mata.
Berdasarkan prolog singkat di dalam novel, Kaisar adalah orang yang dicintai Ratu Zoffy, sekaligus alat untuk menaklukkan dunia. Namun yang membuat Bintang takut bukan itu, melainkan dalang dari pembunuhan Ratu Zoffy adalah Kaisar itu sendiri.
“Melihat kau yang tidak memberikan salam padaku, sepertinya rumor lupa ingatan mu benar.”
Sontak Bintang mendongak saat seseorang menyinggung soal lupa ingatan. Seketika jantungnya berdegup kencang begitu bersitatap tepat pada netra sang Kaisar.
Sakit, dan membuat Bintang kesulitan bernapas karena dadanya terasa sangat sesak.
Kaisar yang berjarak tiga langkah di depan Bintang, tidak memberikan ekspresi apapun. “Kau tidak ingat siapa aku?”
Mata Bintang membulat dan memerah dengan tubuh yang menjadi kaku. Tidak ada napas yang luar darinya hingga urat lehernya membesar.
Peony yang menyadari diamnya sang Ratu, merasa ada aneh. Dengan pandangan dan tetap sopan, Peony membantu menjawab pertanyaan sang Kaisar. “Maaf Yang Mulia, Kaisar. Lupa ingatan Yang Mulia Ratu benar adanya, Tabib istana sudah memeriksanya sendiri.”
Bintang tersentak mendangar suara Peony yang sedikit gemetar, ia pun masih menatap Kaisar. “Ma-maaf,” ucapnya langsung menunduk. Ia baru menyadari jika reaksi tubuhnya tadi seperti mengambil alih kesadaran Bintang.
Bintang bisa merasakan sakit hati yang luar biasa, ketakutan, rindu, dan juga pengkhianatan. Semua menjadi satu dan seketika seperti kehilangan akal.
“Maaf?” Kaisar sedikit tertawa hambar, seakan meremehkan kata maaf yang Bintang lontarkan. “Peony sampaikan kepada Kepala Pelayan, selama pemulihan Ratu berikan kelas dasar, sampai Ratu kembali bekerja.”
Peony mengerti maksud dari sang Kaisar, walau berat hati ia juga menyetujuinya. “Baik, Yang Mulia Kaisar.”
“Kelas?!” Kali ini Bintang reflek meninggikan suaranya. Kelas yang identik dengan belajar, itu membuatnya kesal teringat dengan kehidupannya di Bumi sebagai siswa. Namun saat itu juga ia menutup mulutnya dan menunduk. “A-ah ... ya, saya akan mengikuti kelas.”
Bintang harus menjadi orang lain itu sulit, walau Ratu Zoffy berkata ia bisa menjadi diri sendiri. Tapi Bintang menangkap satu hal, sepertinya karakter Ratu Zoffy bertolak belakang dengannya. Jadi tidak mudah untuk Bintang bisa bertindak semaunya.
Tanpa pamit, Kaisar pergi begitu saja. Sedangkan Bintang harus menerima apa yang akan terjadi padanya, tetapi sebisa mungkin ia harus bisa memanfaatkan keadaan. Dengan ia diberi kelas, ia bisa mencari informasi lebih banyak tanpa takut dicurigai.
***
Tidak ada teman dan sifat introvertnya, membuat Bintang dua hari di dunia novel tidak keluar kamar. Ia mencari beberapa informasi mengenai bertita terkini dari Peony, mulai apa yang terjadi di Kekaisaran saat ini sampai gosip-gosip yang sedang dibicarakan
Lalu ia juga meminta Peony membawakan buku silsilah keluarga Kekaisaran dan sejarahnya. Walau tidak banyak yang ia baca karena itu membosankan, karena adanya ilustrasi jadi Bintang cukup menikmati gambar-gambarnya saja.
Dari situ Bintang banyak tahu, terutama tentang Ratu Zoffy yang memiliki rekam jejak cukup banyak di masa pemerintahannya bersama Kaisar saat ini. Meskipun belum terbilang lama, namun lembaran yang mendeskripsikan sang Ratu penuh dengan prestasi.
Berbanding terbalik dengan kehidupan Bintang yang lebih banyak menghabiskan waktu dengan membaca novel sambil rebahan.
Selama dua hari itu pun, tidak ada waktu untuk Bintang sendirian kecuali saat malam. Peony dan beberapa pengawal juga ada di dalam kamarnya dengan alasan keselamatan. Itulah yang membuatnya saat ini keluar diam-diam di malam hari.
Jalan dari kamarnya adalah lorong dan tangga yang memutar. Tidak ada siapapun, hingga udara bangunan berdinding batu itu terasa dingin. Cahaya cukup untuk menerangi jalan dari obor-obor yang menempel di dinding. Selain itu Bintang juga bawa lentara yang ada di kamarnya.
Sampai di bagian dasar baru lah terlihat seperti ruang tamu, tapi ia lebih fokus pada pintu besar menuju dunia luar. Membukanya perlahan, di sana barulah ada dua pasang baju besi berjaga di sisi pintu.
Bintang menghampirinya, dan sedikit memeriksa. Tidak ada salam yang artinya itu pun hanya hiasan, bukan penjaga yang menjaga bangunan. Dari luar barulah terlihat bentuk bangunan tempatnya tinggal, seperti menara penyihir di dalam buku dongeng yang terdapat tanaman merambat menyelimuti.
“Ini tempat tinggal Ratu?” gumam Bintang baru merasakan horor, padahal sebelumnya saat di dalam biasa saja.
Melihat ke sekitar, jalan setapak terasa licin oleh lumut, rumput liar di sisi-sisinya setinggi pinggang Bintang. Di depan barulah ada gerbang dengan ukiran yang rumit tampak rapuh dan kuno, saat dipegang serbuk karatnya menempel di kulit.
“Ini sih rumah hantu.” Tidak menyangka jika sudah dua hari ini ia tidur di bangunan yang menyeramkan, karena kamar tidur, kamar mandi, dan ruang tamu masih layak huni dan terawat, walau tidak mewah untuk seukuran milik Ratu.
Kalau dipikir lagi ... memang aneh. Sebagai Ratu dan juga Permaisuri, selain pakaian semuanya tampak sederhana. Di prolog Ratu Zoffy bilang, hanya perlu menikmati kekuasaan dan harta yang melimpah hasil kerja kerasnya. Namun yang dirasakannya saat ini jauh berbeda dengan adanya kekuasaan dan harta.
Keluar gerbang, Bintang terus berjalan mengikuti jalan yang remang-remang, karena penereng hanya ada di beberapa titik. Seakan tanpa ujung, tapi di mana Bintang berdiri akhirnya menemukan sumber cahaya yang lebih terang tidak jauh lagi.
Sampailah ia melihat bangunan megah bak istana, atau memang itu benar-benar istana? Ada gerbang yang dijaga ketat sebelum memasukinya. Melihat kembali ke belakang, Bintag baru menyadari jika jalan yang dilaluinya tadi ternyata begitu gelap untuk dilalui seorang diri, setelah melihat cahaya terang pada bangunan besar itu.
Bukan api dari obor atau lilin, Bintang melihat penjaga ada yang membawa lentera, namun berisi batu abstrak yang bercahaya. Entah apa itu, hanya saja daya terangnya mengintakan Bintang pada senter di Bumi, jadi lebih terang dari lentera api yang dibawanya.
Lagi-lagi, hati Bintang terasa sakit tanpa sebab. Kemarahan dan juga kesedihan, seperti terbuang dan terkhianati. Perasaan yang sama saat Bintang pertama kali bertemu Kaisar. Kali ini tidak ada kasih.
“Apa mungkin ini emosi dari tubuh Ratu Zoffy? Rasanya kayak pengen banting meja- nggak, nggak cukup. Kayak pengen nonjok orang.” Bintang sadar, itu kebencian. Dan apa yang Bintang dapatkan saat ini, rasanya tidak adil.
Entah apa yang Ratu Zoffy sebagai villainess lakukan sampai ingin dibunuh, tapi Bintang yang terkena getahnya. Termasuk emosinya sendiri yang jadi terombang-ambing, tanpa mengerti kenapa bisa jadi seperti ini.
Sambil berjalan kembali, Menjadi waktu pas untuk Bintang merenungi apa yang sedang terjadi padanya. “Kalau nggak salah ingat, gue cuma ketiduran pas baca novel gratisan itu. Hah ... seharusnya gue curiga pas lihat desain buku itu antik dengan kualitas yang bagus, tapi nggak dipasarkan secara luas. Kalau tahu ini bayarannya, mana mau gue baca novel itu meskipun karyanya RedFox.”
Melampiaskan penyesalannya sesekali Bintang menendang batu kerikil yang kebetulan ada di depannya. “Dari novel-novel fantasi yang pernah gue baca, transmigrasi dipicu dari kematian pemeran utama hingga jiwanya berpindah. Apa nyawa gue dicabut pas tidur ya?”
Bintang yakin, jika ia tidak mengalami rasa kematian dan bagaimana malaikat maut mencabut nyawanya. Namun sampai dirinya menjadi Ratu Zoffy … bisa saja ini adalah mimpi. Ada kemungkinan Bintang tertidur setelah membaca novel, dan apa yang dijalaninya tiga hari ini adalah apa yang ia baca di dalam novel.
Iseng, Bintang menjulurkan jarinya memasuki lentera untuk menyentuh api. “Akh! Sial panas.”
Melihat jarinya yang terbakar dan rasa panas begitu nyata untuk sekedar mimpi. Lalu sifat dan cara berpikir Bintang dalam mengambil keputusan adalah penuh kesadarannya. Kalau dugaannya mimpi, itu lebih diragukan lagi. Memang yang paling masuk akal adalah-
“Siapa di sana!”
Suara yang terdengar tidak begitu jauh itu, tidak membiarkan Bintang menoleh lebih dulu, dengan cepat ia memutar tubuh Bintang seenaknya.
“Ya-Yang Mulia!” Setelah terkejut, seorang pria yang berlaku tidak sopan berlutut dengan satu kaki di depan Bintang “ Salam hormat kepada Yang Mulia Ratu Zoffy. Maaf saya lancang dan tidak mengenali Anda.”
Pria itu mengenakan baju besi yang berbeda dengan pajangan di depan menara dan juga penjaga yang ada di bangunan besar bercahaya. Terlihat lebih mahal dengan desain yang tampak ringan. Ia memiliki penampilan yang gagah.
“Ma-maaf, siapa ya?” tanya Bintang gugup. Bagaimana tidak, orang itu mengenalnya, tapi tidak dengan Bintang.
Setelah mendengar kata ‘maaf’ dari sang Ratu, pria itu semakin membungkuk meminta maaf. “Yang Mulia tidak perlu meminta maaf pada orang rendahan seperti saya.”
“I-iya, tapi bangunlah aku tidak apa.” Memang culture shock itu sulit ditangani, Bintang merasa sangat tidak enak diberi hormat sebegitunya. “Bisa kamu memperkenalkan diri? Tabib bilang aku lupa ingatan, jadi aku tidak mengenalimu.”
Pria itu tersentak, namun ia tetap berdiri memberi hormat dengan benar. “Bukan hal yang salah bagi Yang Mulia tidak mengenali saya. Namun karena Yang Mulia bertanya, saya akan memperkenalkan diri. Saya Ksatria Kekaisaran dari batalion satu yang bertugas menjaga keamanan istana dan kediaman Kekaisaran di sekitarnya, nama saya Aeneas.”
“Wah!” Bintang terkejut kagum, untuk pertama kalinya melihat seorang Ksatria di depan matanya langsung. Namun seketika ia tersadar saat Aeneas menatapnya dengan aneh. “A-ah ... Ksatria rupanya. Seharusnya aku menyadari dari baju besi yang kamu kenakan.”
Bintang sudah memberi alasan dan sikapnya juga tidak terlalu mencurigakan, seharusnya ia tidak dicurigai. Tapi Bintang cemas karena mata Aeneas sedang menilainya terang-terangan.
“Tidak apa, Yang Mulia. Saya yang ceroboh tidak memastikan terlebih dahulu dan menjadi tidak sopan. Namun Yang Mulia mengenai lupa ingatan, apa Anda benar tidak mengingat apapun?”
Benar bukan? Apa yang harus Bintang jawab?