Jurusan tata rias mengadakan pameran akhir tahun. Para mahasiswanya menyiapkan para model yang akan tampil di catwalk. Namun di tengah-tengah acara tersebut, para mahasiswi tata rias malah terpukau dengan salah satu mahasiswa yang tidak pernah dia ketahui sebelumnya, yang sedang sibuk merias modelnya. Mereka pun naksir dan kebelet ingin kenalan dengannya.
Tak lama kemudian, acara pun dimulai. Para model pun keluar menampilkan riasan mereka di panggung. Banyak cowok dari jurusan lain pun hadir di acara tersebut untuk melihat para model yang berlenggak-lenggok. Mereka terpukau dengan salah satu dari model yang kelihatan paling cantik dan anggun diantara semua itu. Terutama Angga dan Randa. Sedangkan Ariel memilih keluar dari gedung pameran itu.
Model itu pun menjadi juara di pameran tersebut. Saat dipanggil nama penata riasnya, para penonton terkejut bahwa yang melakukannya adalah Vicky Adriansyah, cowok ganteng dan keren yang mereka bicarakan itu. Apalagi saat dia berterima kasih pada modelnya yang bernama Reval. Semua spontan terkejut.
Setelah turun panggung, Maurice, Angga dan Randa pun mendatangi mereka. Seperti yang mereka duga, dua sejoli itu adalah Vicky dan Reval yang mereka kenal. Dan anehnya, kemesraan mereka mulai berani diumbar. Vicky menyandarkan kepalanya ke bahu Reval seperti cewek manja. Reval menyentilnya agar Vicky tidak kelewatan, lalu mengusap kepalanya seperti cowok yang gentle. Padahal penampilan mereka sudah berbeda dari biasanya. Randa pun menasehati mereka agar tidak berlebihan, hingga mereka pun saling melepas. Angga memuji kecantikan Reval dan riasan Vicky, tapi Vicky mengaku tidak puas karena dia merasa itu bukan Reval yang sebenarnya. Randa bertanya kenapa Vicky mau berubah. Dia menjawab karena dia ingin Reval bangga punya pacar sepertinya. Maurice pun kagum dengan Reval karena dapat mengubah Vicky menjadi seperti itu. Reval juga tidak puas dengan Vicky sekarang, karena terkesan seperti orang lain. Walaupun dia senang Vicky masih manja seperti biasa, membuat orang-orang eneg. Dia sebenarnya agak malu saat dirias, tapi dia tak mau kalah dengan teman-teman Vicky yang cantik. Angga pun menanggapi, jika dia tahu bahwa si Reval itu cewek cantik, pasti sudah dia sikat. Reval langsung ngamuk dan hendak membanting kursi ke wajahnya, tapi ditahan Vicky. Vicky pun bertanya dimana Ariel. Angga dan Randa tidak tahu. Tiba-tiba Vicky mendapat telepon. Dia pamit sebentar dan keluar.
Ternyata itu dari Ariel.
"Halo, Vick!"
"Kemana saja elo? Ternyata elo benar-benar pengecut ya, kaya dibilang Reval," kata Vicky.
"Haha. Omongan lu jadi pedes kek Reval. Kalian benar-benar pasangan serasi."
"Gue nanya, dimana elo?"
"Gue pulang, mau kemas barang. Gue udah bilang kan, kalo elo menang, gue mau pergi. Gue udah ngajuin ikut sistem kuliah double degree dan lolos di Taiwan. Sekarang gue mau kesana."
"Ya gak bisa dong. Kok elu pergi tanpa pamit baik-baik ke kita dulu? Gue kan udah ngundang elo ke pameran gue. Bukannya alasan elo mempertemukan gue dengan Reval agar dia bisa jadi feminim lagi kan? Elo mau lihat Reval yang kaya gitu kan?"
"Tapi gue gak berhak. Elo yang menang. Gue gak mau ketemu elo, ataupun Reval." Terdengar isak tangis dari seberang telpon Vicky. Bisikan lirih juga terdengar dari sana, "Sial, gue yang mempertemukan kalian, tapi kenapa gue yang menyesal? Reval bener. Kita benar-benar beda, makanya dia milih elo."
Vicky teringat kejadian beberapa minggu yang lalu. Tepat di hari Reval keluar dari rumah sakit dan Vicky mulai mantap dengan perasaannya. Saat itu, Ariel mendatanginya dengan tergesa-gesa. Vicky merasa heran kembali. Ariel yang biasanya bersikap hangat dan akrab mulai mencacinya dengan kejam. Dari mulai kata banci, homo, gak normal, dan lainnya. Vicky bingung dan berusaha menenangkannya. Hingga Ariel menantangnya dengan aneh, "Gue baru dapat kabar dari mamanya Reval. Ada yang nantang Reval di bekas markas preman daerah timur. Kalau elo beneran pantas buat dia, selamatkan dia. Kalau elo berhasil, gue akan menghilang dari hadapan kalian. Kalau gak, gue rebut lagi pacar gua!"
Setelah itu, Vicky langsung bergegas menyelamatkan Reval. Sebelumnya Ariel tidak menyangka cowok androgini itu akan senekat itu. Diam-diam Ariel mengikutinya dari belakang. Hingga akhirnya Vicky tidak sanggup menangani preman-preman itu, dia baru menelpon polisi dan pergi.
Ya, Ariel sepengecut itu. Dia tak berani berhadapan dengan Yudha karena dia adalah mantan sahabat lamanya dan memilih kabur daripada menyelamatkan Reval. Seperti Reval disiksa oleh Yudha dan kawan-kawannya itu. Karena keluarganya yang terpandang dan religius, dia tak boleh berurusan dengan preman atau korban pemerkosaan. Bisa tercoreng nama baik orang tuanya. Tidak seperti Vicky yang rela membuang semuanya. Walaupun dia dikatai gay atau banci pada awalnya karena jurusannya, apalagi pacaran dengan Reval yang dulu dikira cowok, Vicky tidak peduli. Apalagi jawaban Vicky pada Ariel saat itu : "Reval adalah Reval. Aku mencintainya karena dia Reval, bukan karena dia cowok atau cewek, atau orang terpelajar atau berandalan." Kata-kata itu menohok Ariel.
"Gue gak menganggap Reval adalah hadiah permainan, jadi gak ada menang atau kalah. Elo teman SMA-nya, mantannya, elo berhak pamit baik-baik ke dia," kata Vicky.
"Please, Vick! Kalian berdua teman baik gua! Gue gak mau emosi gua hancur dan ngamuk di depan kalian berdua. Gue mohon, gue cuma bisa pamit ke kalian lewat telpon ini. Selamat tinggal," kata Ariel sambil menangis.
Vicky terhenti sejenak, lalu menjawab, "Baiklah selamat tinggal, dan terima kasih telah mempertemukan kami. Seburuk-buruknya elo di masa lalu, elo adalah teman terbaik kami."
Pip! Telpon pun mati. Vicky menarik napas panjang. Dia seperti merasa beban berat sekarang. Reval pun datang menemuinya. Dia meminta membersihkan make-upnya karena acara sudah selesai. Vicky pun sigap meraih micellar water dan melap wajah Reval yang penuh make-up. Setelah bersih, Vicky memujinya, "Kalau ini baru darling-ku, cantik sekali."
Wajah Reval bersemu merah. Dia berterima kasih pada Vicky untuk semuanya, karena dia mau menerima Reval apa adanya. Begitu juga sebaliknya. Akhirnya mereka pun bercanda sambil mencubit satu sama lain soal apa yang gak disukai dari mereka. Beban Vicky terasa terangkat. Dia benar-benar bersyukur memiliki Reval.
***