Loading...
Logo TinLit
Read Story - Janji-Janji Masa Depan
MENU
About Us  

Tidak aku sangka ada orang yang secara sadar melakukan hal-hal keji untuk menjatuhkan orang lain hanya demi, tahta, jabatan, dan anggapan kehormatan.

Ia sudi untuk melakukan apa pun untuk mencapai kepuasan duniawi yang jelas tidak dibawa mati.

Mungkin kehidupanku kurang bertemu asam dan garam, sekalinya bersenggolan, sungguh kaget bukan kepalang.

Terus terang saja, kehidupanku hanya berorientasi pada sawah, mesin, pasar, bertemu orang asing seperlunya, jarang menengok berita, tidak menggulati politik, dan hanya menilik kehidupan dunia luar secukupnya.

Kurasa, itu adalah kesalahan.

Beberapa hari yang lalu, aku diajak pegi ke suatu tempat oleh Pak Bah.

Di depanku berdiri sebuah rumah yang tidak terlalu luas tapi rasa-rasanya desain bangunan seperti ini tidak mungkin digarap oleh arsitek murahan.

Baru sampai halaman saja, tata letaknya sudah terlihat berkelas.

"Tunggu, aku sepertinya pernah ke mari. Oh ya, ini di Perumnas Klipang, dekat Jalan Berian Raya. Yap! Pekerjaanku dulu sebagai pengantar barang membuatku jadi mengenal banyak tempat," ucapku pada Pak Bah.

Butuh waktu lima menit untuk menunggu respons dari penjaga rumah yang terlihat sedang sangat sibuk.

Beberapa ornament klasik dan pajangan bernilai mahal tengah terpajang di halaman teras, mungkin sedang dibersihkan.

Di halaman yang dipenuhi rumput jepang, teronggok sebuah pohon Dewandaru yang tengah berbuah, bagus sekali untuk dipandang.

Tiba-tiba dari dalam rumah keluar tiga temanku waktu masih bekerja di Merpati Nusantara dulu, ada Seli, Apoy, dan Ipan.

"Nadif, sejak kapan di sini? Ada keperluan apa?" Seli menurunkan beberapa barang yang tengah dibawanya.

Mereka bertiga terlihat sibuk dan pusing memikirkan sesuatu.

Aku hanya melirik Pak Bah, aku masih canggung untuk bertemu mereka, lagi pula pemecatanku yang terakhir tidak ada perpisahan sama sekali.

Dan mungkin memang tidak dibutuhkan.

"Kami mencari Arief, ya Mr. Arief. Apa ia ada di rumah?" Pak Bah yang menanggapi mereka.

"Beliau ada di Primavera. Sudah lama ia tidak ada di rumah ini semenjak kejadian…" Seli menghentikan bicaranya.

Seperti ada maksud yang ia tutup-tutupi.

Dari dalam dapur seorang perempuan paruh baya keluar dan berteriak penuh haru melihat kehadiran kami.

"MasyaAllah, apakah gerangan yang membawa Bapak Bachrudin kemari? Sudilah untuk mampir ke dalam rumah sebentar."

Namanya adalah Ibu Sulastri. Ia asisten rumah tangga yang ditugasi untuk merawat rumah besar ini.

"Sepertinya tidak usah, Bu. Mr. Arief-nya tidak ada. Saya akan coba kunjungi rumahnya yang di Primavera saja."

"Tuan sedang tidak bisa ditemui oleh siapa pun, Pak Bachrudin."

Pak Bah yang tadinya sudah berniat melangkahkan kakinya menjauh dari halaman rumah ini, menjadi urung.

Ada nada ganjil yang diucapkan oleh Ibu Sulastri ini.

"Mengapa demikian, Bu? Tidak lama ini saya baru saja mengunjungi Arief di sini. Dan ia terlihat baik-baik saja."

"Duduklah sejenak, mungkin Pak Bachrudin perlu tahu. Sudah sejak berbulan-bulan yang lalu hal ini terjadi. Ceritanya sudah tidak terlalu saya ingat secara runtut, maklumlah Pak, usia memakan kemampuan ingatan saya."

Kulihat Pak Bah mendengarkan dengan mafhum. Seolah ia tidak akan terkejut mendengar ucapan apa pun yang keluar dari mulut perempuan tua ini, tapi aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di hatinya.

"Aku tidak terlalu ingat bagaimana awalnya, tapi yang jelas pada malam itu Non Asya, istri dari Tuan Arief berteriak, menangis, memaksa ingin bunuh diri. Itu benar-benar terjadi secara tiba-tiba. Awalnya belum ada yang mengerti betul mengapa Non Asya melakukan hal demikian. Sudah ada gunting, cutter, obat nyamuk liquid, cairan pembersih WC di meja kamarnya. Tuan Arief sendiri yang menemukan beliau dalam keadaan seperti itu."

Terlihat dari matanya, Ibu Sulastri tengah mencoba mengingat kisah ini dengan usaha yang cukup keras.

Ia bercerita dengan nada seorang ibu bercerita kepada anaknya.

"Setelah diselidiki, ternyata siangnya ada sebuah paket misterius menyambangi rumah ini. Sebuah paket yang tidak ada nama pengirimnya. Non Asya tidak mau berbicara dari siapa paket itu. Jangankan berbicara, membuka mata pun sepertinya enggan, dan itu terjadi hingga saat ini. Isi paket dengan kertas pembungkus berwarna coklat itu adalah serifikat rumah dan surat pajak tentang pembagian warisan."

"Apa yang salah dari paket tersebut?" Pak Bah seperti tidak sabaran untuk segera mengerti apa yang terjadi.

"Istri kedua. Ini adalah tentang Tuan Arief yang ternyata punya istri kedua. Sertifikat itu adalah pembagian warisan bagi istri kedua Tuan Arief. Non Asya sungguh tidak tahu menahu tentang ini, begitupun aku. Aku telah merawatnya selama puluhan tahun, usia rentaku adalah usia yang aku gadaikan untuk mengasuhnya sejak kecil. Arief kecil sungguh selalu menceritakan apa pun yang terjadi padanya kepadaku, tapi tidak mengenai istri kedua ini."

Pak Bah menunjukkan ekspresi tidak percaya dengan apa yang barusan ia dengar.

"Aku telah mengenal Arief cukup lama, aku tahu perangainya di depan orang lain hampir secara keseluruhan. Terus terang aku tidak bisa menerima berita ini dengan pemahaman yang baik, ia adalah orang yang santun dan bijak, meskipun dalam beberapa hal kadang ia kasar dan terlalu terburu-buru."

"Aku percaya tentang Tuan Arief yang baik, santun dan bijak itu, tapi manusia bisa membuat kesalahan, termasuk Mr. Arief. Malam itu Non Asya meledak-ledak dan bilang ingin melabrak istri kedua tersebut, sepertinya ia mengenalnya. Apabila dilarang ia mengancam akan menyakiti dirinya sendiri."

Perempuan tua itu menghela napas.

"Sejujurnya aku tidak paham mengapa paket kejam itu bisa sampai ke rumah yang selalu damai itu. Siapa orang jahat yang dengar sadar mengirimnya. Meskipun aku tidak bisa membenarkan apa yang dilakukan Tuan Arief, tapi aku rasa, aku mungkin bisa menerima alasan mengapa ia melakukan hal demikian, aku telah sangat lama mengenal dan mengerti emosi serta paham bagaimana jalan pikirannya, sungguh ia adalah anak yang baik. Mungkin jika Non Asya mengetahui langsung kabar buruk ini dari Tuan Arief sendiri, Non Asya mungkin akan lebih bisa dikendalikan. Tapi nasi sungguh  sudah menjadi bubur, tak ada yang bisa menggembalikannya ."

Pak Bah terlihat mengangguk-angguk dan memasang simpati dengan apa yang terjadi. "Bagaimana kabar Asya sekarang?"

"Belum terlalu baik, ia sudah terlanjur meminum cairan pembersih yang mengandung soda api. Meskipun tidak banyak, tapi itu membuat usus di perut yang tadinya memiliki panjang sekitar sebelas meter-an, kini hanya tersisa beberapa bagian saja. Organ pencernaannya porak poranda karena zat berbahaya itu. Sungguh  sebuah keajaiban mendengar ia bisa selamat."

Pak Bah meminta diri setelah bertanya beberapa hal dan memastikan keadaan. Ia terlihat banyak berpikir mendengar berita ini.

Ia menjadi banyak menunduk dan tidak berbicara.

Sewaktu berpamitan, Seli, Apoy, dan Ipan juga sempat menjabat dan memelukku yang tubuhnya kaku.

Semua orang di ruangan tadi tidak ada yang mengira bahwa akulah seseorang yang mengirim paket berisi malapetaka yang mencelakakan keluarga Mr. Arief.

Aku ingat betul kejadian di hari itu, aku yang mengatarkan paket sambil berteriak "Kak, paket." di depan pagar rumah ini.

Rahangku membeku dan hatiku gemetar selama mendengarkan cerita Ibu Sulastri.

Aku adalah orang kejam yang tidak diketahui olehnya yang secara sadar memberikan paket dengan hati riang gembira tanpa tahu bahwa orang yang menerimanya menderita batin dan perasaannya.

Hatiku mendadak beku, mataku kelu, tangan dan jariku kaku, kaki yang aku langkahkan terasa berat seperti menyeret batu.

 

**3 CERITA TERAKHIR DARI CERITA 'JANJI-JANJI MASA DEPAN' DAPAT DI BACA LANJUTANNYA DI 'KARYA KARSA' DENGAN JUDUL YANG SAMA, ATAU MELALUI LINK BERIKUT (https://karyakarsa.com/littlemagic/series).**

TERIMA KASIH KARENA TIDAK MENYERAH UNTUK MEMBACA KISAH INI HINGGA AKHIR!

SALAM HANGAT,
LITTLE MAGIC

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (3)
  • mesainin

    I wish I can meet Nadif & Pak Bah in real life :'

    Comment on chapter Epilog
  • cimol

    ayoo !!!

    Comment on chapter Prolog
  • wfaaa_

    next chapter!

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
Me, My Brother And My Bad Boy
4092      1929     0     
Romance
Aluna adalah gadis cantik yang baru saja berganti seragam dari putih biru menjadi putih abu dan masuk ke SMA Galaksi, SMA favorit di ibu kota. Sejak pertama masuk ia sudah diganggu seorang pria bernama Saka, seorang anak urakan dan bad boy di sekolahnya. Takdir membuat mereka selalu bertemu dalam setiap keadaan. Berada dalam satu kelas, satu kelompok belajar dan satu bangku, membuat mereka sering...
Prakerin
7981      2115     14     
Romance
Siapa sih yang nggak kesel kalo gebetan yang udah nempel kaya ketombe —kayanya Anja lupa kalo ketombe bisa aja rontok— dan udah yakin seratus persen sebentar lagi jadi pacar, malah jadian sama orang lain? Kesel kan? Kesel lah! Nah, hal miris inilah yang terjadi sama Anja, si rajin —telat dan bolos— yang nggak mau berangkat prakerin. Alasannya klise, karena takut dapet pembimbing ya...
SOSOK
150      135     1     
Horror
Dunia ini memang luas begitu pula seisinya. Kita hidup saat sendiri namun bersama sosok lain yang tak terlihat. SOSOK adalah sebuah cerita yang akan menunjukkan sisi lain dunia ini. Sebuah sisi yang tak terduga dan tak pernah dipikirkan oleh orang-orang
SI IKAN PAUS YANG MENYIMPAN SAMPAH DALAM PERUTNYA (Sudah Terbit / Open PO)
5712      1912     8     
Inspirational
(Keluarga/romansa) Ibuk menyuruhku selalu mengalah demi si Bungsu, menentang usaha makananku, sampai memaksaku melepas kisah percintaan pertamaku demi Kak Mala. Lama-lama, aku menjelma menjadi ikan paus yang meraup semua sampah uneg-uneg tanpa bisa aku keluarkan dengan bebas. Aku khawatir, semua sampah itu bakal meledak, bak perut ikan paus mati yang pecah di tengah laut. Apa aku ma...
Let Me be a Star for You During the Day
1077      583     16     
Inspirational
Asia Hardjono memiliki rencana hidup yang rapi, yakni berprestasi di kampus dan membahagiakan ibunya. Tetapi semuanya mulai berantakan sejak semester pertama, saat ia harus satu kelompok dengan Aria, si paling santai dan penuh kejutan. Bagi Asia, Aria hanyalah pengganggu ritme dan ambisi. Namun semakin lama mereka bekerjasama, semakin banyak sisi Aria yang tidak bisa ia abaikan. Apalagi setelah A...
Reandra
1928      1137     67     
Inspirational
Rendra Rangga Wirabhumi Terbuang. Tertolak. Terluka. Reandra tak pernah merasa benar-benar dimiliki oleh siapa pun. Tidak oleh sang Ayah, tidak juga oleh ibunya. Ketika keluarga mereka terpecah Cakka dan Cikka dibagi, namun Reandra dibiarkan seolah keberadaanya hanya membawa repot. Dipaksa dewasa terlalu cepat, Reandra menjalani hidup yang keras. Dari memikul beras demi biaya sekolah, hi...
HURT ANGEL
174      135     0     
True Story
Hanya kisah kecil tentang sebuah pengorbanan dan pengkhianatan, bagaimana sakitnya mempertahankan di tengah gonjang-ganjing perpisahan. Bukan sebuah kisah tentang devinisi cinta itu selalu indah. Melainkan tentang mempertahankan sebuah perjalanan rumah tangga yang dihiasi rahasia.
complicated revenge
21707      3368     1     
Fan Fiction
"jangan percayai siapapun! kebencianku tumbuh karena rasa kepercayaanku sendiri.."
Merayakan Apa Adanya
485      349     8     
Inspirational
Raya, si kurus yang pintar menyanyi, merasa lebih nyaman menyembunyikan kelebihannya. Padahal suaranya tak kalah keren dari penyanyi remaja jaman sekarang. Tuntutan demi tuntutan hidup terus mendorong dan memojokannya. Hingga dia berpikir, masih ada waktukah untuk dia merayakan sesuatu? Dengan menyanyi tanpa interupsi, sederhana dan apa adanya.
Ibu
542      326     5     
Inspirational
Aku tau ibu menyayangiku, tapi aku yakin Ayahku jauh lebih menyayangiku. tapi, sejak Ayah meninggal, aku merasa dia tak lagi menyayangiku. dia selalu memarahiku. Ya bukan memarahi sih, lebih tepatnya 'terlalu sering menasihati' sampai2 ingin tuli saja rasanya. yaa walaupun tidak menyakiti secara fisik, tapi tetap saja itu membuatku jengkel padanya. Dan perlahan mendatangkan kebencian dalam dirik...