Loading...
Logo TinLit
Read Story - Janji-Janji Masa Depan
MENU
About Us  

“Bang Nadif,” panggilnya dari ruang tamu.

Aku sengaja lewat pintu belakang karena kukira di ruang tamu ada teman Laila yang sedang mampir.

“Ternyata Zahwa, kukira tamu penting,” Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal, “Sudah lama?”

“Lumayan. Bang Nadif lama sekali pulangnya. Bukankah biasanya jam lima sudah di rumah? Tapi ini sudah hampir magrib.” Sejak Zahwa ujian SMA, ia jadi jarang datang ke rumah.

Biasanya seminggu sekali kemari, entah disuruh mengantar masakan atau sekadar main-main saja. Setahuku ia sibuk belajar untuk bisa masuk ke universitas impiannya yang ada di Jakarta.

Aku pun sibuk bekerja, kadang juga lembur hingga malam. Tak jarang Zahwa berkunjung dan aku tidak di rumah. Momen bertemu Zahwa seperti ini sangat aku nantikan.

“Aku diajak Nurdin mampir ke warung ronde, di sana agak antre jadi pulangnya terlambat. Aku tak tau kau Zahwa mampir ke rumah. Ada keperluan apa?”

“Aku sedang tanya-tanya ke Mba Lail tentang materi untuk persiapan test TPA-ku besok. Aku lolos seleksi berkas, Bang.”

Meskipun sedikit kecewa karena ia datang bukan untuk menemuiku, namun mendengar berita baik yang membuatnya senang aku jadi ikut senang, “Wah selamat ya, sudah lolos berkas, masih ada tesnya lagi?”

“Masih, Bang. Ada tes tertulis dan wawancara. Doakan Zahwa ya, Bang.”

“Pasti, selalu, Wa.”

Kutinggalkan Zahwa yang masih asyik mengobrol di ruang tamu dengan Laila. Aku harus bersih-bersih diri sebelum hari semakin larut dan udara semakin dingin.

Aku suka dimarahi Ibu jika mandi terlalu malam, katanya tidak baik buat kesehatan, bisa rematik.

Entah benar atau tidak tapi aku turuti saja, lagi pula mandi malam memang tidak enak, bisa beku tulang-tulangku karena dingin.

Untuk bulan-bulan kemarau ini suhu di kawasan Nara bisa mencapai tujuh derajat celsius di pagi dan dini hari.

Selesai aku mandi, Zahwa pamit pulang. Kuberikan wedang ronde yang tadi kubeli untuk Ibu. Kata Ibu tidak apa, mumpung Zahwa sedang kemari.

Setelah aku amati, ada yang berbeda darinya, ia kini berdandan. Bibirnya merah muda dan bulu matanya lebih lentik dari biasanya.

Sejujurnya aku lebih suka dia yang polos saja, tapi apa pun yang ia kenakan terasa nyaman untuk penglihatanku.

“Tadi dia menanyakan aku atau tidak, Lil?” tanyaku pada Laila.

PD sekali, pasti tidak lah,” jawabnya sewot.

Kurang yakin, aku beralih bertanya ibu, “Zahwa tidak menanyakan aku, Bu?”

Ibu sedang mengulek bumbu dapur tidak memperhatikan. Bunyi gemeletuk dari ulekan sengaja betul Ibu gunakan supaya tidak hirau dengan pertanyaanku.

“Bu…”

“Zahwa tadi menanyakanmu, tapi kamunya lama sekali tidak pulang-pulang. Begitu pulang malah kamu tinggal mandi.”

“Aku tidak enak menemuinya dengan badan bau keringat, aku selesai malah dia yang pulang.” Aku mengeluh dan sedikit ingin menyalahkan Nurdin, tapi tidak bisa karena aku juga mengiyakan ajakannya tadi. “Zahwa bertanya apa?”

“Waktu sama ibu, Zahwa bertanya apakah kamu jadi ambil kuliah atau tidak, masih ingin atau tidak. Begitu-begitu, tapi ya ibu jawab ibu tidak tahu.”

“Kenapa Ibu jawab tidak tahu, Bu. Ibu harusnya bisa jawab lain seperti, Nadif ada kemauan tapi masih cari-cari rezeki dulu. Atau jawaban yang mirip-mirip tapi lebih panjang. Atau lagi, Ibu bisa tambahi seperti Nadif sedang kerja untuk mengumpulkan uang. Kenapa Ibu malah jawabnya tidak tahu.”

“Ibu jawab tidak tahu, karena waktu itu ibu tidak tahu. Daripada ibu mengarang, nanti malah terdengar aneh.”

Aku mengeluh mengusap wajah sendiri.

Diam-diam aku mendekatkan posisi dudukku ke samping Ibu, “Bu sejak kapan Zahwa berdandan?”

“Mana ibu tahu, Nang. Ibu bukan orang yang suka memperhatikan orang lain secara berlebihan.”

“Tapi aku baru melihatnya, kira-kira apa penyebabnya, Bu?”

“Ibu tidak tahu, Nang.”

“Ibu, kenapa Ibu jadi serba tidak tahu begitu..”

Nang, ibu sedang mengulek kunyit, kalau kamu tanya terus bisa-bisa ulekan ibu nyasar ke kamu.”

Aku menyingkir dari sebelah Ibu. Berpindah ke depan tv, di sana Laila sedang mencorat-coret buku panjang yang entah apa isinya.

Aku tak terlalu paham pekerjaan perawat, meskipun Laila senang sekali sambat padaku tentang pekerjaannya yang melelahkan itu, aku tetap saja tidak relate dengannya.

“Lil, kapan pertama kali kamu dandan?”

Laila merasa aneh dengan pertanyaanku, “Mungkin SMA.”

Aku mengangguk, jawabannya sangat awam, tidak mengindentifikasikan atau menandakan apa pun.

“Kau mau membahas si Zahwa yang tadi pakai lipstik dan maskara?”

“Apa itu maskara?”

Laila menghembuskan napas, begitu saja tidak tahu. “Alat yang dipakai buat melentikkan bulu mata.”

Aku tetap tidak paham.

“Sudah, kamu tidak usah repot berpikir yang tidak-tidak. Zahwa dandan begitu bukan buat kamu. Ia kan sebentar lagi jadi mahasiswi, ia harus mulai belajar merias diri. Lagi pula dia akan pergi jauh, ketemu orang baru, teman baru, atau pacar baru. Haha.” Laila mulai meledekku.

Kata-kata Laila terdengar logis, walaupun aku punya pembelaan, jika Zahwa belajar dandan untuk kuliahnya nanti, kenapa ia dandannya sekarang? Kenapa saat ke rumahku? Kenapa kemarin-kemarin tidak?

Tapi segera aku tutup pertanyaanku sendiri, benar kata Laila, aku tidak perlu repot berpikir yang tidak-tidak.

How do you feel about this chapter?

0 1 0 0 0 1
Submit A Comment
Comments (3)
  • mesainin

    I wish I can meet Nadif & Pak Bah in real life :'

    Comment on chapter Epilog
  • cimol

    ayoo !!!

    Comment on chapter Prolog
  • wfaaa_

    next chapter!

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
Finding My Way
780      473     3     
Inspirational
Medina benci Mama! Padahal Mama tunawicara, tapi sikapnya yang otoriter seolah mampu menghancurkan dunia. Mama juga membuat Papa pergi, menjadikan rumah tidak lagi pantas disebut tempat berpulang melainkan neraka. Belum lagi aturan-aturan konyol yang Mama terapkan, entah apa ada yang lebih buruk darinya. Benarkah demikian?
Dua Sisi
8478      1933     1     
Romance
Terkadang melihat dari segala sisi itu penting, karena jika hanya melihat dari satu sisi bisa saja timbul salah paham. Seperti mereka. Mereka memilih saling menyakiti satu sama lain. -Dua Sisi- "Ketika cinta dilihat dari dua sisi berbeda"
Pulang Selalu Punya Cerita
1206      769     1     
Inspirational
Pulang Selalu Punya Cerita adalah kumpulan kisah tentang manusia-manusia yang mencoba kembalibukan hanya ke tempat, tapi ke rasa. Buku ini membawa pembaca menyusuri lorong-lorong memori, menghadirkan kembali aroma rumah yang pernah hilang, tawa yang sempat pecah lalu mengendap menjadi sepi, serta luka-luka kecil yang masih berdetak diam-diam di dada. Setiap bab dalam buku ini menyajikan fragme...
GAUNG SANGKARA
1696      784     0     
Action
Gaung Sangkara, mendapatkan perhatian khusus mengenai pengalamannya menjadi mahasiswa Teknik paling brutal di kampusnya. Dimana kampusnya adalah sebuah universitas paling top di Indonesia, ia mendapatkan banyak tekanan akan nama-nama besar yang berusaha menindas bahkan membunuh dia dan keluarganya. Hal tersebut berpengaruh terhadap kondisi sosial dan psikologis-nya. Lahir dari kalangan keluarga d...
Only One
1096      751     13     
Romance
Hidup di dunia ini tidaklah mudah. Pasti banyak luka yang harus dirasakan. Karena, setiap jalan berliku saat dilewati. Rasa sakit, kecewa, dan duka dialami Auretta. Ia sadar, hidup itu memang tidaklah mudah. Terlebih, ia harus berusaha kuat. Karena, hanya itu yang bisa dilakukan untuk menutupi segala hal yang ada dalam dirinya. Terkadang, ia merasa seperti memakai topeng. Namun, mungkin itu s...
Titip Salam
3947      1498     15     
Romance
Apa kamu pernah mendapat ucapan titip salam dari temanmu untuk teman lainnya? Kalau pernah, nasibmu hampir sama seperti Javitri. Mahasiswi Jurusan Teknik Elektro yang merasa salah jurusan karena sebenarnya jurusan itu adalah pilihan sang papa. Javitri yang mudah bergaul dengan orang di sekelilingnya, membuat dia sering kerepotan karena mendapat banyak titipan untuk teman kosnya. Masalahnya, m...
Kepak Sayap yang Hilang
118      111     1     
Short Story
Noe, seorang mahasiswa Sastra Jepang mengagalkan impiannya untuk pergi ke Jepang. Dia tidak dapat meninggalkan adik kembarnya diasuh sendirian oleh neneknya yang sudah renta. Namun, keikhlasan Noe digantikan dengan hal lebih besar yang terjadi pada hidupnya.
Bintang Sang Penjaga Cahaya
75      67     2     
Inspirational
Orang bilang, dia si penopang kehidupan. Orang bilang, dia si bahu yang kuat. Orang bilang, dialah pilar kokoh untuk rumah kecilnya. Bukan kah itu terdengar berlebihan walau nyatanya dia memanglah simbol kekuatan?
Mari Collab tanpa Jatuh Hati
4800      1784     2     
Romance
Saat seluruh kegiatan terbatas karena adanya virus yang menyebar bernama Covid-19, dari situlah ide-ide kreatif muncul ke permukaan. Ini sebenarnya kisah dua kubu pertemanan yang menjalin hubungan bisnis, namun terjebak dalam sebuah rasa yang dimunculkan oleh hati. Lalu, mampukah mereka tetap mempertahankan ikatan kolaborasi mereka? Ataukah justru lebih mementingkan percintaan?
Run Away
8069      1814     4     
Romance
Berawal dari Tara yang tidak sengaja melukai tetangga baru yang tinggal di seberang rumahnya, tepat beberapa jam setelah kedatangannya ke Indonesia. Seorang anak remaja laki-laki seusia dengannya. Wajah blesteran campuran Indonesia-Inggris yang membuatnya kaget dan kesal secara bersamaan. Tara dengan sifatnya yang terkesan cuek, berusaha menepis jauh-jauh Dave, si tetangga, yang menurutnya pen...