Aku manusia yang berabu
-adila
"papa?kenapa panggil saya papa?" tanya pria itu sedikit heran
Ia sudah bisa menebak sebuah kemungkinan besar
"i-ini arutala,k-kembarannya k-kak abhi,a-anak papa" jawab arutala yang masih berusaha menahan isakkannya
"saya bukan papa kamu,anak saya cuma abhipraya" arutala tak dapat menahan tangisnya lagi
gadis itu menangis dengan terisak isak
"tala-kan anak pa-papa juga,tala anak papa.tala tau tala salah u-udah buat adek meninggal,ta-tala minta maaf pa,tala ngaku salah,pa-papa boleh hukum tala tapi ja-jangan buang tala pa" kata arutala yang sudah bersimpuh di bawah kaki pria itu
pria itu yang bernama lengkap,malvin jayandra bagaskara itu memalingkan wajahnya dan mendorong tubuh arutala hingga terjungkal kebelakang
"kamu bukan anak saya,gak puas kamu buat anak saya yang belum lahir meninggal,membunuh istri saya,memisahkan saya dari putra saya,dan sekarang kamu minta di akui sebagai anak saya?hahh jangan mimpi kamu" bentak alvin
gadis malang itu hanya menggeleng gelengkan kepalanya
"enggak pa,tala gak maksud gitu,tala sayang sama papa" kata arutala yang kini mencoba memegang tangan alvin
tapi kemudian disentak kasar oleh pria itu
"kamu gak punya harga diri haaa?orang miskin kayak kamu berani mau nyentuh saya?hahh,ini memang sifat asli para orang miskin,gak tau diri" bentak alvin lagi
arutala menangis tersedu sedu hingga matanya mulai membengkak
"papa,tala janji bakal nyusul bunda,tala bakal minta maaf ke bunda dan adek di sana,tala gak bakal nyusahin kak abhi terlalu lama lagi,tala janji.tapi tala mohon sama papa jangan buang tala,tala pengen di peluk papa sekaliii aja,tala pengen peluk papa lagi kayak waktu tala masih kecil.boleh ya pa?" bukannya iba alvin malah meludahi wajah sang putri dengan tatapan sinis
"peluk kamu?saya gak sudi peluk pembunuh seperti kamu,lebih baik kamu cepat mati supaya anak saya gak repot lagi"teriak alvin
"Malvin jayandra bagaskara" alvin dan arutala terhenyak kaget saat abhi berteriak lantang dan langsung memeluk erat sang adek
"anda apa kan adek saya?" teriak abhi geram
"kamu berani membentak papa kamu sendiri?hahaha pasti sampah kecil ini yang mencuci otak kamu,sudah papa duga sampah ini memang sangat licik,dulu dia mencuci otak bunda kamu untuk nolongin dia dan donorin matanya buat dia,dan sekarang dia cuci otak kamu supaya ngelawan sama papa" kata alvin kesal
arutala yang awalnya menangis di pelukkan abhi,menatap alvin dan tersenyum
"papa gak perlu khawatir,gak lama lagi tala bakal mati kok" ucap gadis mungil itu
baik abhi dan alvin sempat kaget mendengar perkataan arutala tapi dengan cepat mereka membuang pikiran negatif di otak mereka
hal yang wajar seorang remaja mengatakan hal aneh aneh saat sedang sedih,pikir mereka
"pergilah secepat mungkin" kata alvin
"Paaa" tegur abhi
tapi tiba tiba anjana tertawa sinis seperti seorang psikopat
kedua pria berbeda generasi itu menatap arutala dengan terkejut
yang satu menatap dengan miris,dan yang satu lagi menatap dengan bingung
"gadis gila" abhi memelototi alvin menyuruh pria paruh baya itu diam
"Anjana?" anjana hanya tertawa keras seperti orang kesetanan
"Abhipraya" kata anjana sedikit menyindir
"lama tidak bertemu kak abhipraya" kata anjana dengan nada mengejek nya yang khas
"lo ngapain?" anjana terkekeh sinis mendengar pertanyaan bodoh abhi
"kau lihat aku sedang apa?" sindir anjana
"laaa,kalau lo udah gak sanggup lagi,lo boleh kok menyerah.gue bakal bantu lo untuk ketemu sama bunda lo,gimana?" kata anjana serius
mata kedua pria itu terbelalak saat melihat anjana mengeluarkan pisau kecil dari tas nya
"anjana,jangan pengaruhi arutala untuk berbuat hal negatif" teriak abhi marah
"gadis gila" abhi menginjak kaki alvin meminta pria itu untuk diam
"Hahaha,emang lo bisa bantu arutala?enggak kan,jadi lo jangan banyak omong deh bhi" jawab anjana
arutala mengangguk saat anjana mengarahkan pisau ke leher gadis itu
melihat hal itu abhi dan alvin menjadi was was
"laaa,jangan laa" kata abhi
arutala menggeleng kan kepalanya sebagai jawaban
"Shit" gumam abhi
"Adeliaaa" teriak abhi dengan keras
"Arutala" panggil adelia dengan lembut
sontak saja arutala berhenti menekan pisau ke lehernya yang sudah sedikit berdarah,sedangkan anjana sudah mengumpati dan menyumpahi adelia
"Adel?" adelia tersenyum dan membuang pisau yang arutala pegang jauh jauh
"Kamu kuat,kamu gak lemah,kamu harus lawan anjana" kata adelia
seketika abhi langsung memeluk arutala dengan erat,kemudian arutala pingsan dipelukkan abhi yang sudah mulai menangis
"maafin gue la,maafin abhi bund,abhi gak bisa jaga adek abhi,bunda pasti kecewa di sana karna abhi gak bisa jagain princess kesayangan bunda" kata abhi yang masih terus memeluk arutala
"apa yang terjadi pada nya abhi?jangan bilang..?" abhi menatap alvin dengan tajam tapi kemudian mengangguk saat melihat alvin yang juga menatap nya dengan tajam
"Papa dan mereka telah membuatnya pecah menjadi tiga"kata abhi
Alvin terdiam mendengar jawaban sang putra
"abhi gak bakal mau tinggal sama papa kalau arutala gak ikut sama abhi" kata abhi serius
Alvin masih tetap diam
"besok papa ke kantor cabang yang ada di australia,papa di sana cuma sebulan setelah itu kita selesaiin masalah ini"kata alvin
sebelum pergi alvin membantu abhi mengangkat arutala ke kamarnya
"papa bakal cari orang yang bisa nyembuhin adek kamu" kata alvin
pria itu menepuk nepuk bahu abhi dan akhirnya pergi dengan beban yang terasa semakin berat
sedangkan abhi menatap kepergian alvin dengan tatapan kosong
"semoga papa menemukannya" batin pria jangkung itu
Benih,tunas,tumbuh,berkembang,dan mati