Loading...
Logo TinLit
Read Story - Lazy Boy
MENU
About Us  

Ada yang aneh dengan diriku. Dari pagi aku sudah semangat untuk bangun. Sampai aku kebingungan ingin memakai baju apa. Biasanya kalau pergi dengan Ibra, aku hanya mengambil baju dengan asal.

 

Eh, tapi kan kalau pergi sama Ray aku lebih biasa banget. Bukannya kegiatan kita cuma belajar bareng? Apa karena sudah lama kita nggak ngobrol bareng? Aku agak merasa ada yang hilang. Oh, no! Jangan bilang aku ...! Nggak mungkin aku suka sama makhluk aneh itu. Aku kan sukanya sama Ibra!

 

Ngomong-ngomong soal Ibra, kedua orangtuaku nggak tahu kami mempunyai hubungan spesial. Aku juga heran, padahal Ibra cuma nanya tentang perasaanku. Nggak ada tambahan, "Do you wanna be my girlfriend?" Ah, alay banget!

 

Tahu-tahu saja berita kami berpacaran menyebar luas ke seantero sekolah. Setelah aku mencari informasinya, ternyata usai pertemuan kami di cafe sekolah, Ibra meneraktir gank-nya. Katanya pajak jadian. Oh, my God! Sumpah, narsis banget tuh orang!

 

Selama ini aku belum sempat memikirkan hal tersebut. Apakah iya aku ingin pacaran? Bukannya pacaran itu dosa? Aku nggak tega mematahkan perasaan Ibra lagi. Apalagi dia menolongku atas kasus tuduhan sontekan.

 

Jadi Om Rashid menelepon Pak David dan beberapa hari setelahnya aku dipanggil ke ruangan Kepala Sekolah. Semua tuduhan terhadapku dihilangkan begitu saja. Eh, aku malah ditawari untuk masuk Russelia GTC secara gratis. Mau nyogok ceritanya nih?

 

"Kenapa nggak lo terima aja tawaran Pak David?" tanya Ibra kala itu.

 

"Lo nggak paham konsep sogokan, Im? Mereka memakai power-nya supaya gue nggak balik menuntut Davina.”

 

“Ambil tawaran itu, Ki.”

 

“Kok lo maksa?”

 

“Supaya lo nggak usah privatin Ray lagi. Tujuan lo itu supaya bisa masuk Russelia GTC, kan? Ambil tawaran itu dan nggak usah berurusan sama Ray lagi.”

 

“Nanti gue pikirin.”

 

Begitulah perdebatan kami saat itu. Panjang umur orangnya. Ngapain Ibra nelepon pagi-pagi?

 

"Halo, kenapa, Im?"

 

"Lo hari ini mau ke mana?"

 

"Mau ada janji. Gue mau beli hadiah buat Om Brian. Ya, ucapan terima kasih aja sih, karena udah ngajarin gue. Habisnya dia nggak mau dibayar. Gue kan orangnya tahu diri."

 

"Mau gue anterin?"

 

"Nggak usah! Gue berangkat sama ...."

 

"Sama siapa? Dayana? Oh, jangan bilang sama Ray. Nggak, nggak boleh pokoknya!"

 

Idih, kenapa dia jadi ngatur-ngatur, sih?! "Ya ampun, Baim. Cuma beli hadiah. Gue kan nggak enak ngasih ke Om Brian, terus nggak ada Ray. Bukannya lo katanya mau ke puncak?"

 

"Iya, tadinya mau ngajakin lo. Anak-anak pada bawa gandengan nih."

 

"Terus?"

 

"Ya, lo kan pacar gue, Ki. Gimana, sih? Lo malah jalan sama cowok lain." Terdengar suara decakan darinya.

 

Sudah kuduga kalau pacaran bakal seribet ini. Dulu aku adalah seekor merpati yang bebas. Mau kecebur kek, mau nyungsep kek, bodo amat!

 

"Gue nggak bisa ikut, Im. Mana pernah Papa ngizinin gue buat pergi menginap, kecuali sama keluarga sendiri. Apalagi sama cowok-cowok. Lagian besok Kak Mira datang dari UK. Udah, lo have fun aja sama anak-anak ya?"

 

Akhirnya pembicaraan menyebalkan itu berakhir. Pastinya setelah aku meyakinkan Ibra bahwa aku akan pergi bersama Dayana, bukan Ray. Eh, Dayana ternyata lagi hangout sama anak-anak choir. What the hell! Bodo amat-lah. Lagian Ibra bukan malaikat pencatat amal baik yang bisa melihatku.

 

Tepat jam sembilan, Ray sudah menunggu di depan gang rumah. Kedua matanya menyuruhku untuk segera naik ke atas motor.

 

"Lo make parfumnya Om Brian ya? Lo baunya kayak om-om." Aku menepuk pundaknya.

 

"Bawel. Sial banget gue dikatain om-om," sahutnya.

 

Aku terkekeh. "Habisnya lo kan jarang pake parfum. Biasanya baju lo bau softener atau kispray."

 

Ray hanya terdiam selama perjalanan. Namun aku salah membawanya untuk belanja hadiah. Dia sama sekali nggak membantu selama keliling toko-toko di Tanah Abang!

 

"Dibilangin, Om Brian itu sukanya pake baju yang bermerk. Lo bisa mencret kalau tahu harganya," komentar Ray ketika aku menggerutu.

 

"Tapi ini kualitasnya bagus." Aku menyodorkan salah satu kemeja kotak-kotak berwarna biru.

 

"Kenapa nggak beli online?" usul Ray.

 

Aku memelotot ke arahnya. "Kenapa lo nggak bilang dari kemaren?"

 

Dia malah tergelak. "Ya udah, kita makan bakso aja dulu. Nanti gue yang pilihin lewat online sambil makan. Capek kaki gue."

 

Sambil makan bakso di kedai yang nggak jauh dari toko terakhir yang kita kunjungi, Ray terus melihat pada ponselnya. Nggak lama kemudian dia menyodorkannya kepadaku.

 

"Ini beli di official store aja. Lagi ada diskon. Lumayan jadi murah," sarannya.

 

Waduh, menurutku tetap mahal sih. Dengan harga segitu, bisa mendapatkan beberapa helai baju di Tanah Abang.

 

"Kalau mau, patungan aja sama gue. Kita ngasih kado berdua. Daripada lo beli baju, tapi nggak kepake. Om Brian sih nggak bakal ngerendahin pemberian orang, tapi kalau nggak dipake pasti lo sedih juga, kan?" ujarnya lagi.

 

Akhirnya aku setuju dengan usulnya.

 

"Lo ada acara lagi hari ini?" tanya Ray.

 

"Nggak ada sih. Kenapa?"

 

Dia sempat terdiam beberapa saat. "Gue barusan pesan bajunya pake kurir yang datang hari ini juga. Kita bisa nunggu di Senja Cafe. Kebetulan gue juga lagi nginep di sana."

 

"Boleh-boleh. Eh, lo nggak suka pake luaran kemeja?" Aku berbelok ke salah satu toko ketika kami sedang berjalan.

 

"Maksudnya?" Ray mengernyitkan dahi.

 

"Pake kaus, tapi dilapisi kemeja di luarnya. Kayak anak-anak jaman now gitu."

 

"Kayak pacar lo?"

 

Aku berdecak kesal. "Mau nggak? Gue beliin nih, kalau mau. Hitung-hitung tanda terima kasih gue ke elo."

 

"Ogah gue disamain sama pacar lo. Nanti disangka kembaran. Lagian pake luaran kemeja tuh gaya doang. Jakarta kan panas. Pake kaus aja keringetan," tolaknya.

 

"Gue beliin buat lo doang. Ibra pake bajunya mahal-mahal. Kayak kata lo tadi, bisa mencret gue."

 

Ray tergelak. Terus dia mengucapkannya dengan tersipu, "Boleh deh." Dasar malu-malu kucing!

 

Setelah aku membeli beberapa blouse lucu nan murah, kami pergi ke parkiran. Selama di perjalanan dari Tanah Abang menuju Senja Cafe, aku banyak tertawa karena leluconnya Ray.

 

Kayaknya selama sama Ibra, aku sudah jarang selepas ini. Dulu kami sama-sama konyol. Namun entah kenapa setelah satu tahun kami bertengkar, Ibra banyak berubah. Dia banyak terpengaruh dengan teman-temannya. Aku seperti kehilangan sosok Ibra, sahabatku yang asyik dan konyol. Malah aku melihatnya layaknya remaja yang kebelet mau dewasa. Kita memang bentar lagi kuliah sih, tapi apa salahnya menjadi remaja yang innocent?

 

"Wah, ada angin apa nih? Mau belajar? Kok nggak bilang-bilang?" sambut Om Brian ketika kami sampai.

 

"Kita mau hangout aja, Om. Boleh, nggak?" tanyaku.

 

"Boleh banget! Ayo, cepetan mau pesan apa."

 

Ray mengajakku ke tempat duduk di pojokan ruangan. Aku jadi kangen suasana cafe ini. Selama ujian aku nggak ke sini. Palingan aku buka-buka Pinterest kalau kangen sama suasana di sini. Soalnya cafe ini mirip sama cafe-cafe estetis yang fotonya banyak bertebaran di aplikasi itu.

 

Aku mengira bakal kehabisan topik kalau berdua saja dengan Ray. Ternyata kita malah asyik ketawa-ketiwi. Sampai-sampai Om Brian hanya menggelengkan kepala melihat kita.

 

"Lagi dong, cari memes di Twitter. Gila, sampe mules gue," kataku sambil ikut melihat-lihat layar ponselnya.

 

"Eh, gue pernah nyimpen foto memes. Kocak. Beneran. Bentar." Lalu Ray membuka galeri pada ponselnya. Ya, isi ponselnya kebanyakan screenshot memes atau video lucu. Nggak heran sih. Lihat saja orangnya suka lawak gini. Walaupun nyebelin. Tapi aku akui hari ini Ray agak manis kepadaku.

 

"Biasanya si bokerman suka ngirim-ngirim beginian. Biasalah jomlo ngenes. Sok happy share-share memes. Padahal mah hati pedih," terang Ray.

 

Aku tergelak. Namun ketika aku nggak sengaja membuka-buka foto lainnya, aku terhenti pada suatu foto. Ray nggak menyadarinya, karena dia sedang menyeruput es cappuccino miliknya. Jantungku mencelus ketika melihat foto selanjutnya.

 

"Ini Ibra sama Bunga?"

 

Kedua mata Ray membelalak dan menyambar langsung ponselnya.

 

"Lo dapet dari mana? Itu kapan kejadiannya?" cecarku.

 

Ray hanya terdiam.

 

"Ray!" Tanpa sadar aku menjerit. Semua penghuni cafe melirik ke arah kami.

 

"Gue ... gue dapet dari Gamal." Ray mengetuk jarinya di atas meja. "Jadi Gamal pernah diundang ke acara eksklusifnya mereka. Dia kan orangnya gampang membaur sama yang lain. Terus dia kaget ngelihat kejadian itu dan ngirim fotonya ke gue. Ya, asal lo tahu, Bunga itu sering bikin gue gila. Foto ini bisa jadi senjata kalau dia macam-macam sama gue. Gamal ngejepretnya diem-diem. Ini aja di-zoom sama dia."

 

"Itu acaranya di mana emangnya? Mereka itu siapa?" tanyaku lagi.

 

"Lo nggak tahu kalau gank-nya Ibra dan Davina suka bikin party di vila puncak? Ya, gue juga tahunya dari Gamal. Tahu deh vila siapa. Gamal juga dapet undangan dari Dominic yang diundang sama Cello. Asal lo punya undangan resmi dari mereka, lo bakal dibolehin masuk. Si Gamal penasaran, tapi dia kapok ke sana."

 

Puncak? Ibra hari ini ke puncak. Ya ampun, apa dia mau melakukan hal itu lagi? Terus dia berani-beraninya mengajakku untuk datang ke acara seperti itu?!

 

"Pihak sekolah nggak ada yang tahu. Cuma anak-anak tertentu, makanya ini eksklusif. Si Gamal itu lagi hoki aja, karena lagi klop sama Dominic. Kalau foto ini bocor, mereka bisa habis sama Miss. Deli," cerocos Ray.

 

Aku nggak terlalu fokus dengan ucapan Ray lagi. Bayangan foto tadi menghantui pikiranku. Di dalam foto itu, Ibra dan Bunga saling menyodorkan sebuah botol minuman yang kutebak itu adalah minuman keras. Kedua tangan mereka saling bertaut. Oh, bukan itu saja. Di foto selanjutnya, kedua bibir mereka yang saling bertaut!

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Perhaps It Never Will
5702      1707     0     
Romance
Hayley Lexington, aktor cantik yang karirnya sedang melejit, terpaksa harus mengasingkan diri ke pedesaan Inggris yang jauh dari hiruk pikuk kota New York karena skandal yang dibuat oleh mantan pacarnya. Demi terhindar dari pertanyaan-pertanyaan menyakitkan publik dan masa depan karirnya, ia rela membuat dirinya sendiri tak terlihat. William Morrison sama sekali tidak pernah berniat untuk kem...
Blue Island
140      120     1     
Fantasy
Sebuah pulau yang menyimpan banyak rahasia hanya diketahui oleh beberapa kalangan, termasuk ras langka yang bersembunyi sejak ratusan tahun yang lalu. Pulau itu disebut Blue Island, pulau yang sangat asri karena lautan dan tumbuhan yang hidup di sana. Rahasia pulau itu akan bisa diungkapkan oleh dua manusia Bumi yang sudah diramalkan sejak 200 tahun silam dengan cara mengumpulkan tujuh stoples...
LINN
13528      2035     2     
Romance
“Mungkin benar adanya kita disatukan oleh emosi, senjata dan darah. Tapi karena itulah aku sadar jika aku benar-benar mencintaimu? Aku tidak menyesakarena kita harus dipertemukan tapi aku menyesal kenapa kita pernah besama. Meski begitu, kenangan itu menjadi senjata ampuh untuk banggkit” Sara menyakinkan hatinya. Sara merasa terpuruk karena Adrin harus memilih Tahtanya. Padahal ia rela unt...
Pisah Temu
1039      561     1     
Romance
Jangan biarkan masalah membawa mu pergi.. Pulanglah.. Temu
When Flowers Learn to Smile Again
836      622     10     
Romance
Di dunia yang menurutnya kejam ini, Jihan hanya punya dirinya sendiri. Dia terjebak pada kelamnya malam, kelamnya hidup, dan kelamnya dunia. Jihan sempat berpikir, jika dunia beserta isinya telah memunggunginya sebab tidak ada satu pun yang peduli padanya. Karena pemikirannya itu, Jihan sampai mengabaikan eksistensi seorang pemuda bernama Natha yang selalu siap menyembuhkan luka terdalamnya. B...
The Legend of the Primrose Maiden
988      528     1     
Fantasy
Cinta dan kasih sayang, dua hal yang diinginkan makhluk hidup. Takdir memiliki jalannya masing-masing sehingga semua orang belum tentu bisa merasakannya. Ailenn Graciousxard, salah satu gadis yang tidak beruntung. Ia memiliki ambisi untuk bisa mendapatkan perhatian keluarganya, tetapi selalu gagal dan berakhir menyedihkan. Semua orang mengatakan ia tidak pantas menjadi Putri dari Duke Gra...
Konstelasi
896      469     1     
Fantasy
Aku takut hanya pada dua hal. Kehidupan dan Kematian.
Man in a Green Hoodie
5009      1228     7     
Romance
Kirana, seorang gadis SMA yang supel dan ceria, telah memiliki jalan hidup yang terencana dengan matang, bahkan dari sejak ia baru dilahirkan ke dunia. Siapa yang menyangka, pertemuan singkat dan tak terduga dirinya dengan Dirga di taman sebuah rumah sakit, membuat dirinya berani untuk melangkah dan memilih jalan yang baru. Sanggupkah Kirana bertahan dengan pilihannya? Atau menyerah dan kem...
Gray Paper
544      311     2     
Short Story
Cinta pertama, cinta manis yang tak terlupakan. Tapi apa yang akan kamu lakukan jika cinta itu berlabuh pada orang yang tidak seharusnya? Akankah cinta itu kau simpan hingga ke liang lahat?
Fallin; At The Same Time
3152      1426     0     
Romance
Diadaptasi dari kisah nyata penulis yang dicampur dengan fantasi romansa yang mendebarkan, kisah cinta tak terduga terjalin antara Gavindra Alexander Maurine dan Valerie Anasthasia Clariene. Gavin adalah sosok lelaki yang populer dan outgoing. Dirinya yang memiliki banyak teman dan hobi menjelah malam, sungguh berbanding terbalik dengan Valerie yang pendiam nan perfeksionis. Perbedaan yang merek...