"Stop! Kalian benar-benar tidak sopan ya. Sudah tahu ada guru disini masih saja berdebat. Kalian Ibu hukum!"
Sontak saja, ucapan tegas dari sang Guru membuat kedua siswi itu langsung terdiam dengan detak jantung yang berdegup kencang, sampai-sampai jantung mereka hampir copot karena hal tersebut.
Bu Salma memerhatikan kedua murid itu, sehingga membuat keduanya pun tertunduk namun tetap saling melirik satu sama lain dengan wajah kesal.
"Sebenarnya Ibu tidak tahu apa yang kalian perdebatkan. Dan Ibu akan tetap memperolehkan kalian masuk kelas, tapi ...."
"Hah?! Beneran Bu, masih boleh masuk?" Sahut Freya yang memotong perkataan Bu Salma yang belum selesai.
Seketika itu pula Bu Salma pun langsung menghelah nafasnya sejenak. "Iya. Tapi dengerin dulu Ibu ngomong apa. Ibu kan belum selesai ngomong, Freya." Tegasnya.
Freya langsung menyengir kuda. "Maaf Bu." Jawabnya.
Aqila yang berada di sampingnya pun meliriknya dengan ekor matanya. "Dasar nggak sopan." Gumamnya yang jelas di dengar oleh Freya dan langsung mendapat lirikan tajam dari gadis tersebut.
"Seperti apa yang Ibu bilang tadi, kalian akan Ibu perbolehkan masuk. Tapi, kalian tetap dihukum. Apalagi kalian ini telatnya sudah benar-benar kelewatan. Masa iya jam segini kalian baru Sampai sekolah."
"Maaf Bu." Ucap mereka serentak dan malah membuat keduanya terkejut karena tak menyangka berkata secara bersamaan.
"Pak Satpam, tolong buka gerbangnya." Ucap Bu Salma.
Tak lama dari itu, salah satu satpam itu Segera membuka pintu gerbang, kedua siswi itu pun masuk ke area sekolah.
"Ayo, sekarang kalian ikuti Ibu." Ucap Bu Salma yang berjalan lebih dulu.
Kedua sisiwi itu berjalan mengikuti Bu Salma tepat di belakangnya, namun dalam jarak yang sedikit berjauhan.
*****
Beberapa menit telah berlalu, kini jam telah menunjukkan pukul 10.00 waktunya istirahat pertama bagi seluruh di SMA Cakrawala.
Seluruh murid pun bergegas keluar dari kelas mereka masing-masing yang di dahului oleh guru.
Freya, bersama kedua temannya yaitu Alin dan Alya segera membereskan alat tulis mereka masing-masing.
Alin bangkit dari posisinya, seraya melihat kearah dua temannya. "Guys, ayo ke kantin." Ajaknya.
"Okeh. Ayo Frey." Sahut Alya yang baru bangkit dari posisinya seraya mengajak Freya.
"Bentar dulu." Sahutnya yang fokus pada cermin mini di tangannya seraya merapihkan rambutnya.
Setelah itu, ia tersenyum tipis di cermin itu dan segera menaruh cermin tersebut di dalam tasnya, lalu bangkit dari posisinya.
"Yuk." Jawabnya yang dianggukan oleh kedua temannya.
Ketiga siswi itu pun langsung berjalan keluar kelas dan menuju kearah kantin.
Sementara itu, siswi berkacamata yaitu Aqila tengah berada di perpustakaan bersama dengan temannya yaitu Mika.
Mereka tengah duduk bersampingan sambil membaca buku. Perlahan, Mika menutup buku bacaannya, ia menoleh.
"Aqila." Panggilnya.
"Hmmm."
"Kok bisa sih, lo telat sampai siang banget kaya tadi? Dan Ini untuk pertama kalinya Lo telat." Tanyanya mempelankan volume suaranya.
Gadis berkacamata dengan kuncit satu itu menghelah nafasnya dengan gusar, ia pun menoleh kearah temannya yang duduk tepat di sampingnya.
"Ceritanya panjang, Mika. Nggak cukup kalau waktu istirahat ini gue ceritain buat kejadian tadi pagi."
"Ya Spil sedikit aja. Kenapa tadi pagi lo bisa telat."
"Intinya, tadi pagi itu adalah kejadian yang paling mengesalkan dalam hidup gue. Dan gue nggak akan mau lagi telat dan nggak bakalan gue ulangi lagi." Sahutnya.
"Memangnya kenapa sih? Kok Lo Sampai segitu keselnya?" Tanya Mika yang mulai penasaran akan hal tersebut.
Aqila terdiam sejenak, ia menutup buku yang tengah di baca lalu memposisikan dirinya tepat mengarahkan ke Mika.
"Gue telat gara-gara Freya."
"Hah? Freya? Kok bisa? Apa hubungannya?" Tanya Mika yang makin Bingung.
"Kan gue udah bilang, kalau ceritanya itu panjang. Jadi nggak bakal slesai kalau waktu istirahat ini untuk nyeritain serentetan kejadian itu." Sahut Aqila yang kembali pada posisinya dan membuka bukunya kembali lalu membacanya.
Sedangkan Mika, hanya bisa diam dengan bingung karena ia bingung, kenapa bersangkutan dengan Freya.
Ceklek.
Pintu perpustakaan terbuka, seorang siswa berpakaian rapih pun masuk ke dalam perpustakaan tersebut seraya membawa dua buku di tangannya. Ia pun langsung menuju ke Pak Tono, selaku penjaga perpustakaan di sekolah tersebut.
"Mau balikin Buku?" Tanya Pak Tono.
"Iya Pak " jawab lelaki itu.
Sontak, mendengar suara dari siswa tersebut, membuat pandangan Aqila pun langsung menoleh kearah sang penjaga perpustakaan itu.
"Felix." Gumamnya.
Dengan segera, ia pun langsung bangkit dari posisinya Seraya membawa buku yang tengah ia baca tadi menuju kearah siswa tersebut yang masih berdiri disana.
Gadis berkacamata dengan rambut di kuncir satu itu menghentikan langkahnya tepat di samping Siswa tersebut.
"Felix nanti lo mau ke kantin apa disini aja?" Tanya Aqila.
Lelaki tampan dengan bola mata berwarna hitam legam itu menoleh sekilas kearah Aqila. "Lo mau ikut ke kantin?"
Aqila tersenyum seraya mengangguk kecil. "Boleh." Jawabnya.
"Yaudah, yuk." Ajaknya yang langsung berbalik menuju kearah pintu keluar perpustakaan.
Aqila pun langsung berjalan di belakangnya mengikuti lelaki tersebut yang tak lain adalah sepupunya.
*****
Sementara itu di kantin. Freya dan kedua temannya yang sedang asik makan Mei ayam dan juga minuman es teh, mereka ngerumpi seperti kebiasaan perempuan pada umumnya.
Alin yang baru saja menyelesaikan makanannya, ia pun meminum es teh tersebut sampai setengah gelas, lalu melihat kearah Freya yang berada tepat di depannya
"Frey, lanjutin lagi dong cerita Lo yang telat tadi."
Alya yang sedang asik pun langsung mengangguk menyetujui apa yang dikatakan oleh Alin.
Freya yang tengah meminum es teh pun memerhatikan kedua temannya sekilas, lalu segera menaruh es teh tersebut diatas meja. "Nggak mau ah, kalau gue lanjutin ceritanya, bikin gue gedeg tahu."
"Ih kenapa? Lanjut aja ceritanya. Seru tahu gue dengerinnya. Kaya dengerin cerita novel drama." Sahut Alin yang langsung dianggukan oleh Alya.
Freya langsung mengerutkan keningnya sambil melihat kearah dua temannya. "Nggak ah, gue ogah Cerita. Intinya tuh ya, gue tetap kesel sama Aqila."
"Ya keselnya itu kenapa, Frey? Kita kan nggak tahu. Lo ceritanya putus-putus sih, kaya koneksi internet yang kuotanya lagi sekarat." Celetuk Alin yang di lanjutkan tawa ringan dari Alya.
Freya pun mengecapkan bibirnya kesal. "Ih ... Intinya, gue kesel udah itu aja. Dan gue pokoknya nggak mau lagi telat bareng dia." Ucapnya tegas.
Kedua temannya pun hanya saling melihat satu sama lain Seraya tersenyum tipis melihat tingkah Freya ini yang lucu, dengan bibir mengerucut seperti anak kecil yang tengah merajuk sambil mengaduk-aduk minumannya.
"Oke-oke, kita nggak bahas soal itu lagi. Kita bahas soal Lo yang jadi model aja gimana?" Tanya Alya yang mengalihkan ke pembacaan lain, agar Freya tidak merajuk lagi.
Dengan cepat, Freya pun langsung bersemangat akan perkataan tersebut. Ia pun tersenyum lebar kearah dua temannya.
"Nah, gitu dong. Kalau bahas ini kan gue jadi semangat."
"Iya ... Yaudah, ceritain sama kita gimana audisi Lo waktu jadi model brand ambassador kecantikan itu." Sahut Alya.
"Mahaputri skin care." Tambah Alin.
"Iya itu. Mahaputri skin care. Gimana Frey? Berhasil?" Tanya Alya.
Freya berpangku tangan serta terus melihat kearah dua temannya. "Em ... Harusnya sih gue yang kepilih jadi model brand ambassador kecantikan itu. Tapi ... Belum di tentuin sih. Soalnya belum ada konfirmasi Sampai sekarang."
"Loh kok lama?" Sahut Alin.
"Ita, bukannya biasanya cepet ya."sambung Alya.
"Iya .... Tapi kemarin itu pas gue daftar ternyata banyak banget. Gue pikir ga sampe 50 orang lah. Eh, ternyata lebih dari 100 orang tau."
"Wow?! Gila, banyak banget orang yang pingin banget jadi brand ambassador di Mahaputri skincare." Ujar Alin.
"Ya wajar sih, soalnya kan itu klinik kecantikan baru dan katanya produk-produk yang mereka keluarin itu ngikutin trend anak remaja jama sekarang. Ya sejenis klinik ala Korea gitu." Terang Freya menjelaskan.
"Berarti nyokap gue nggak bisa pake dong." Sahut Alya.
Alin dan Freya langsung terfokus kearah Alya. "Nyokap lo mau pake skincare juga?" Tanya Alin.
"Iyalah, secara gitu kan nyokap gue itu pengen tetep kelihatan cantik di depan bokap gue. Jadi nyokap gue bela-belain melakukan perawatan wajah untuk tetap kelihatan awet muda." Jawab Alya.
Di tengah-tengah Alya yang berceloteh panjang lebar soal Ibunya yang tetap memakai skincare.
Tiba-tiba saja Pandangan Freya teralihkan pada Felix dan Aqila.
Jelas, hal itu di lihat oleh Alin yang memerhatikan wajah Freya yang kusut.
Di tengah Alya yang masih mengoceh panjang lebar, Alin langsung menutup mulut Alya dengan kelima jarinya hingga membuat gadis dengan tubuh mungil itu pun langsung terdiam dan kesal, hingga ia mengalihkan tangannya dengan kasar.
"Ih ... Alin, gue ini masih cerita. Kok malah main bekap mulut gue aja sih. Lo mau nyulik gue?" Sahutnya dengan kasar.
Dengan cepat, Alin langsung menutup mulutnya dengan satu jari telunjuk. "Ssst ... Diem."
"Apaan sih Lo nyuruh gue diem?" Tanya Alya yang tak mengerti.
Alin tak menjawab, namun ia menunjuk kearah Freya yang tengaah melihat ke bangku yang berada di pojok sana. Jelas saja, Pandangan kedua siswi itu pun ikut melihat apa yang dilihat oleh gadis dengan kulit putih itu.
Mereka memerhatikan Felix dan Aqila, seperti yang di lihat Freya.
"Itu kan Aqila sama sepupunya." Bisik Alya pada Alin.
"Iya, kalau untuk itu gue juga tahu. Felix sepupunya Aqila. Yang jadi pertanyaan gue itu. Ngapain Freya ngeliatin mereka sampai segitunya." Jawab Alin yang juga berbisik pada Alya.
Gadis dengan tubuh mungil itu hanya menggeleng Seraya mengangkat kedua bahunya menanggapi hal tersebut.
Alin pun sedikit memajukan posisi duduknya dan melihat kearah Freya. "Freya ... Frey." Panggilnya.
Perlahan, Freya pun mengerjapkan kedua matanya dan melihat kearah dua temannya yang sudah sangat dekat Dengan dirinya.
Sontak saja, hal itu membuat gadis dengan bulu mata lentik itu pun langsung sedikit menjauh dari kedua temannya itu.
"Kalian ngapain deket-deket gue?" Tanya Freya yang memerhatikan kedua temannya.
"Lo Ngapain ngeliatin Aqila dan Felix sampai segitunya?" Tanya Alin memplankan volume suaranya.
Freya menghelah nafasnya sejenak. "Nggak papa." Jawabnya singkat.
Jawaban tersebut membuat kedua temannya saling melihat satu sama lain dan langsung membenarkan posisi duduknya masing-masing.
"Tinggal jawab jujur aja Kenapa sih, Frey." Ucap Alin.
"Jawab jujur soal apa?" Tanya Freya.
"Ya soal ..."
"Ah udahlah. Cabut yuk." Sahut Freya yang memotong pembicaraan Alya yang belum selesai.
Gadis cantik dengan rambut panjang bergelombang itu langsung bangkit dari posisinya, ia segera berjalan pergi dari kantin itu.
Sontak saja, Kedua temannya pun langsung ikut bangkit dari posisinya dan berjalan tepat di belakang Freya.
Alya mencoba untuk mensejajarkan langkah kakinya dengan Freya tepat di sampingnya, begitu pun juga dengan Alin.
"Frey, Lo kenapa sih? Lihat mereka berdua kaya sebel gitu?" Tanya Alin.
"Gue sebel bukan sama cewek berkacamata itu." Jawabnya dengan terus berjalan lurus menyusuri koridor sekolah.
"Aqila Maksudnya?" Tanya Alya.
Freya mengecapkan bibirnya, ia pun memutar bola matanya dan langsung menghentikan langkahnya, lalu melihat kearah dua temannya kanan kiri.
"Please deh, nggak usah nanya sesuatu yang gue nggak suka. Paham?"
Kedua siswi itu pun langsung terdiam Seraya menganggukkan kepalanya.
Freya pun membuang napasnya dengan gusar, lalu hendak melanjutkan langkahnya. Tapi, secara tiba-tiba mereka mengurungkan niatnya untuk melangkah, ketika melihat ada sepasang sepatu yang berada di hadapannya.
Pandangan Freya pun langsung melihat kearah seseorang tersebut.
"Gue tahu jalanan koridor sekolah kita ini luas. Tapi bukan berarti Kalian bertiga jalan beriringan kaya gini kan. Memangnya kalian mau ngibarin bendera." Ucap lelaki itu yang menyindir mereka.
"Udah tahu jalanannya luas. Lo Ngapain malah jalan didepan gue." Sahut Freya.
Lelaki itu pun menghelah nafasnya dengan gusar. "Susah ngomong sama Lo. Kepala batu." Celetuknya, lalu langsung menerbos mereka bertiga melanjutkan langkahnya.
Jelas saja, hal itu membuat Freya pun syok dan membuat mereka bertiga melihat kearah Lelaki Tersebut.
"Ih ... Ngeselin banget sih." Decak Freya.
"Ngesel-ngeselin juga dia pernah ada di hati Lo kan." Ledek Alin.
Freya langsung melirik kearah Alin. "Iya itu kan dulu. Waktu SMP. Cinta monyet. Gue cintanya dia monyetnya."
"Eh, nggak boleh gitu. Gitu-gitu Lo sama dia beberapa kali putus nyambung kan. Dan sekarang pas Lo ninggalin dia. Lo nyesel nggak? Pas dia tau di SMA ini jadi ketua OSIS." Sahut Alya.
"Ngapain gue nyesel. Itu kan udah masa lalu. Ah udahlah, ke kelas yuk."
"Oke-oke kita ke kelas." Sahut Alin yang di anggukan oleh Alya.
Ketiga gadis itu pun langsung berbalik dan hendak melanjutkan langkahnya lagi, tapi secara tiba-tiba, seseorang secara tak sengaja menumpahkan minuman tepat ke baju Freya.
Syok. Jelas hal itu membuat mereka yang berada di tempat pun terbelalak Melihat hal tersebut.
"Aaaa! Baju gue ..." Teriak Freya.
Seru di chapter ini
Comment on chapter Kesombongan Aqila