Read More >>"> Pacarku Arwah Gentayangan (13-Bingung) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Pacarku Arwah Gentayangan
MENU
About Us  

Senja menatap kepergian Aras dengan tatapan bingung dan sedih. Dia bersandar pada pagar sembari terus menatap gang yang kini sudah tak disiram cahaya dari lampu motor cowok itu. Dia memutuskan tidak mengikuti pacaranya kali ini. Ada perasaan berat di dalam hati kala melihat Aras berjuang mati-matian untuk mengungkap kepergiannya dan dia sama sekali tak membantu.

Gadis itu memilih masuk kamar dan mengempaskan diri di kursi belajar. Barang-barangnya mulai berdebu. Dia mengusap buku yang tersusun rapi satu persatu. Tangannya menarik salah satu buku tulis dan membukanya. Guratan senyum langsung terukir ketika melihat tulisannya sendiri. Rapi dan berwarna-warni.

Catatannya terlihat lengkap, bahkan banyak lembar catatan berwarna yang dia tempel di dalam buku sebagai tambahan materi. Sepertinya dia memang ambisius masalah pelajaran. Belum puas satu buku, dia menarik benda bergaris bersambul putih dan membukanya. Lagi-Lagi catatan rapi dan berwana yang menyambut.

"Masa iya orang ambisius dibenci? Bukannya enak punya teman ambis buat dimanfaatin? Apalagi kalau buku catatannya kayak gini. Enak banget kelihatannya." Senja mesem-mesem sambil terus membuka sampai halaman kosong. "Tapi, kalau ternyata gue ambis dan pelit, wajar mereka gak suka gue. Tapi kata Aras, gue cuma ambis, gak pelit." Tangannya kembali merapikan buku-buku dan manarik sepaket sticky note dan satu pulpen.

Dia mengecek sticky note itu sebelum menulis. Lembar pertama memang kosong, tetapi lembar kedua ada tulisan, begitupun lembar ketiga. Hanya sampai di situ saja.

"Potong rambut?" ucapnya ketika membaca tulisan pertama. "Harus tetap senyum," lanjutnya kala membaca lembar berikutnya. "Ini apa, sih?"

Dia mengetuk-ngetuk dagu, otaknya seperti melilit memikirkan penemuannya barusan. Meski berpikir keras, dia mampu menyimpulkan satu jawaban.

"To do list?" Ya, tulisan tadi ditulis berpoin, jadi bisa saja itu adalah kegiatan yang Senja lakukan. Potong rambut? Kalau begitu rambutnya pernah lebih panjang dari sekarang, kan? Atau memang dia belum melakukannya?

"Emang gue kenapa sampai harus tetap senyum? Bukannya gue emang selalu senyum?" Senja mengacak rambutnya, semakin dipikir semakin rumit. Sepertinya memang ada yang tidak beres.

Hah, seandainya dia tetap bisa mengingat semuanya. Namun, dia tidak akan menemui Aras sekarang. Ingin sekali rasanya segera memberitahu cowok itu tentang sticky note ini, tetapi mengingat tampang gusar tadi, dia jadi mengurungkan niat.

"Besok aja kali, yak." Dia kembali mengutak-atik meja belajar, berharap menemukan sesuatu yang lebih jelas lagi.

Akan tetapi, setelah menghabiskan waktu cukup lama, dia hanya menemukan beberapa majalah yang sengaja dihamburkan di lantai kamar. Dia ikut luruh di samping majalah-majalah itu, menatap lembar-lembar kertas tanpa minat.

"Kok bahasannya gini semua? Emang gue suka pembahasan kesehatan mental?" Senja mulai memperbaiki duduknya, menatap isi majalah satu persatu, membandingkan pembahasannya. Tidak jauh berbeda, semua tentang kesehatan mental. "Kayaknya emang gue suka pembahasan kayak gini." Tangannya kembali merapikan benda itu ke tempat semula dan berbaring di kasur.

Tiba-tiba matanya menatap kalender. Dia baru saja teringat sudah dua minggu lebih di sini, tetapi belum ada kemajuan sama sekali. Waktunya semakin menipis. Apa dia pasrah saja, menyuruh Aras berhenti menolongnya? Namun, cowok itu pasti tidak akan berhenti begitu saja.

Di tempat lain, Aras memandang langit-langit kamar sambil menikmati riuh dalam kepala. Banyak sekali pertanyaan bermunculan di sana meminta untuk dijawab, sayangnya dia belum bisa menarik kesimpulan. Sampai-sampai kepalanya kembali berdenyut. Sepertinya memang ada yang salah dari sakit yang selalu dia rasa akhir-akhir ini, mungkin karena kehadiran Senja.

Ngomong-ngomong tentang Senja, gadis itu tidak ikut menganggunya hari ini. Mungkin saja Senja butuh sendiri. Setelah pacarnya, dia loncat memikirkan Nino dan Daren. Mereka berdua saudara? Tentang akun Facebook itu, haruskah Aras memastikannya pada Daren?

Ogah! Dia sudah muak melihat Daren. Wajahnya memang babak belur, tetapi hatinya jauh lebih lebam. Dia tidak suka Senja direndahkan sebab Senja tidak melakukan apa-apa, tidak ada yang salah dari pacarnya.

Aras membuang napas panjang. Entah dengan cara apa dia bisa memecahkan masalah ini. Dia meraih ponsel yang tergeletak tak jauh dari badannya. Ditatap lama aplikasi biru-putih dengan huruf F, Aras sama sekali tidak pernah memiliki akun Facebook. Namun, kali ini dia sudah punya dan memilih berselancar ke akun Twilight.

Foto Daren dan Nino kembali terpampang. Tanggal lahir dan kota yang terinput di akun ini mengindikasikan sosok Senja, apalagi nama akunnya. Dia menekuri layar ponsel cukup lama, membuka daftar pertemanan, dan hasilnya tidak ada teman sama sekali.

"Sebenarnya ada rahasia apa Senja? Apa yang lo sembunyiin? Apa yang gak lo ceritain ke gue?" lirihnya. Dia tidak pernah berpikir Senja akan menyimpan rahasia sebagaimana dia yang selalu menceritakan segala hal ke pacarnya.

Aras kembali mendesah, capek menatap foto yang sama berulang kali. Dia memilih mencari akun lain dengan kata kunci Senja, banyak yang muncul dan sayangnya tidak menunjukkan tanda-tanda akun yang dicarinya. Dia kembali mengetik kata kunci Senjaras, gabungan nama mereka.

Aras tercengang. Ada satu akun sesuai kata kunci yang dia masukkan. Sangat di luar dugaan. Dia cepat-cepat menekan akun itu dan memperhatikan lini masanya. Ada dua buah status dan satu foto.

Status pertama, paling bawah menampakkan sebuah foto bantal putih yang koyak. Status kedua adalah sebuah kalimat yang membuat Aras berpikir.

Tempat berbagi yang sengaja tak terpilih.

"Ini beneran Senja yang nulis?"

Dia kembali fokus ke status terakhir, paling atas. Tulisan kali ini membuatnya termenung.

Manusia tersenyum, terus terbahak, tak pernah samar bahagianya sampai-sampai tak ada waktu berkeluh-kesah. Tidak penting mencari telinga untuk mendengar lantang dukanya. Terlalu bahagia.

Jika tempat berbagi yang sengaja tak terpilih yang Senja maksud adalah dirinya, Aras jadi semakin tidak tenang dan penasaran mengapa Senja tak memilihnya. Kenapa Senja tidak bercerita atau berkeluh-kesah seperti biasanya? Namun, sebelum gadis itu ditemukan tak bernyawa, Senja tidak menunjukkan gelagat aneh pun tetap Senja yang gemar menceritakan banyak hal dengannya.

Setelah diingat-ingat, Aras memang tidak menemukan hal mencurigakan. Dia mengubah posisi dari tidur menjadi duduk, menatap lamat-lamat foto bantal itu. Seketika Aras mengingat sesuatu, di beberapa kesempatan Senja pernah meminta pendapat tentang penampilannya jika berambut pendek, tetapi dia tidak pernah menanggapi. Aras suka rambut panjang Senja. Namun, beberapa hari sebelum Senja meninggal, gadis itu ngotot ingin memotong rambut.

Aras mengizinkan saja, tetapi gadis itu malah diam dan tertawa. Dia mengira Senja hanya bercanda, jadi Aras tidak terlalu menanggapi. Senja memang kadang se-random itu. Apa potong rambut ada kaitannya dengan kematian Senja? Rasa-rasanya tidak mungkin.

***
 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Untuk Takdir dan Kehidupan Yang Seolah Mengancam
443      309     0     
Romance
Untuk takdir dan kehidupan yang seolah mengancam. Aku berdiri, tegak menatap ke arah langit yang awalnya biru lalu jadi kelabu. Ini kehidupanku, yang Tuhan berikan padaku, bukan, bukan diberikan tetapi dititipkan. Aku tahu. Juga, warna kelabu yang kau selipkan pada setiap langkah yang kuambil. Di balik gorden yang tadinya aku kira emas, ternyata lebih gelap dari perunggu. Afeksi yang kautuju...
Cinta Pertama Bikin Dilema
3129      1018     3     
Romance
Bagaimana jadinya kalau cinta pertamamu adalah sahabatmu sendiri? Diperjuangkan atau ... diikhlaskan dengan kata "sahabatan" saja? Inilah yang dirasakan oleh Ravi. Ravi menyukai salah satu anggota K'DER yang sudah menjadi sahabatnya sejak SMP. Sepulangnya Ravi dari Yogyakarta, dia harus dihadapkan dengan situasi yang tidak mendukung sama sekali. Termasuk kenyataan tentang ayahnya. "Jangan ...
Khalisya (Matahari Sejati)
2324      790     3     
Romance
Reyfan itu cuek, tapi nggak sedingin kayak cowok-cowok wattpad Khalisya itu hangat, tapi ia juga teduh Bagaimana jika kedua karakter itu disatukan..?? Bisakah menjadi satu kesatuan yang saling melengkapi..?? Semuanya akan terjawab disini. Ketika dua hati saling berjuang, menerobos lorong perbedaan. Mempertaruhkan hati fan perasaan untuk menemukan matahari sejati yang sesungguhnya &...
ARMY or ENEMY?
9300      2878     142     
Fan Fiction
Menyukai idol sudah biasa bagi kita sebagai fans. Lantas bagaimana jika idol yang menyukai kita sebagai fansnya? Itulah yang saat ini terjadi di posisi Azel, anak tunggal kaya raya berdarah Melayu dan Aceh, memiliki kecantikan dan keberuntungan yang membawa dunia iri kepadanya. Khususnya para ARMY di seluruh dunia yang merupakan fandom terbesar dari grup boyband Korea yaitu BTS. Azel merupakan s...
Ich Liebe Dich
9813      1455     4     
Romance
Kevin adalah pengembara yang tersesat di gurun. Sedangkan Sofi adalah bidadari yang menghamburkan percikan air padanya. Tak ada yang membuat Kevin merasa lebih hidup daripada pertemuannya dengan Sofi. Getaran yang dia rasakan ketika menatap iris mata Sofi berbeda dengan getaran yang dulu dia rasakan dengan cinta pertamanya. Namun, segalanya berubah dalam sekejap. Kegersangan melanda Kevin lag...
Story of April
1357      564     0     
Romance
Aku pernah merasakan rindu pada seseorang hanya dengan mendengar sebait lirik lagu. Mungkin bagi sebagian orang itu biasa. Bagi sebagian orang masa lalu itu harus dilupakan. Namun, bagi ku, hingga detik di mana aku bahagia pun, aku ingin kau tetap hadir walau hanya sebagai kenangan…
Aku Benci Hujan
4511      1305     1     
Romance
“Sebuah novel tentang scleroderma, salah satu penyakit autoimun yang menyerang lebih banyak perempuan ketimbang laki-laki.” Penyakit yang dialami Kanaya bukan hanya mengubah fisiknya, tetapi juga hati dan pikirannya, serta pandangan orang-orang di sekitarnya. Dia dijauhi teman-temannya karena merasa jijik dan takut tertular. Dia kehilangan cinta pertamanya karena tak cantik lagi. Dia harus...
Listen To My HeartBeat
391      232     1     
True Story
Perlahan kaki ku melangkah dilorong-lorong rumah sakit yang sunyi, hingga aku menuju ruangan ICU yang asing. Satu persatu ku lihat pasien dengan banyaknya alat yang terpasang. Semua tertidur pulas, hanya ada suara tik..tik..tik yang berasal dari mesin ventilator. Mata ku tertuju pada pasien bayi berkisar 7-10 bulan, ia tak berdaya yang dipandangi oleh sang ayah. Yap.. pasien-pasien yang baru saja...
Alfazair Dan Alkana
220      179     0     
Romance
Ini hanyalah kisah dari remaja SMA yang suka bilang "Cieee Cieee," kalau lagi ada teman sekelasnya deket. Hanya ada konflik ringan, konflik yang memang pernah terjadi ketika SMA. Alkana tak menyangka, bahwa dirinya akan terjebak didalam sebuah perasaan karena awalnya dia hanya bermain Riddle bersama teman laki-laki dikelasnya. Berawal dari Alkana yang sering kali memberi pertanyaan t...
Pantang Menyerah
201      174     0     
Short Story
Rena hanya ingin mengikuti lomba menulis cerpen tetapi banyak sekali tantangannya, untuk itu dia tidak akan menyerah, ia pasti akan berhasil melewati semua tantangan itu dengan kegigihan yang kuat dan pantang menyerah