Ini kisah Keenan. Kisah Keenan satu tahun yang lalu sebelum kebahagiaannya beranjak pergi, sampai pada akhirnya kebahagiaan Keenan harus benar-benar pergi.
Bukan pergi untuk sementara,melainkan pergi untuk selama-lamannya bersama kenangan yang ada.
Bagi Keenan ini yang paling sakit. Disaat semua pasangan harus menjaga jarak diantara Kota,Negara, atau bahkan Benua, tapi Keenan harus menjaga Rindu di alam yang berbeda.
Bagi Keenan ini yang amat pedih. Disaat teman-teman Keenan menyebar undangan pelaminan,namun Keenan masih menyimpan luka yang teramat dalam.
Bagi Keenan, ini yang teramat sulit. Datang ke pesta pernikahan tanpa seorang pendamping, padahal sebelumnya Keenan lah yang memimpikan menjadi mempelai pria bersama gadisnya yang ia rindukan.
Dan bagi Keenan, ini takkan ia lupakan sepanjang hidupnya. Bukan karna kepedihan yang ditinggalkan Rindu. Tapi karna Rindu menyisakan sejuta kenangan yang sedikitpun tak bisa Keenan hapus.
Setelah kepergian Rindu satu tahun yang lalu, Keenan masih mengingat betul apa yang telah mereka berdua lakukan hingga kenangan itu tak pernah padam.
Tentu saja bukan tanpa alasan seorang Keenan sulit melupakan Gadisnya itu. Percayalah, Rindu telah mengukir berjuta kenangan disetiap sudut.
Hari terberat Keenan adalah setelah Keenan selesai dari pemakaman tempat terakhir kali Rindu beristirahat.
Keenan tak tahu apa yang harus ia lakukan setelah hari itu berakhir. Apa bisa Keenan melewati hari tanpa seseorang yang biasa Keenan lihat setiap hari?
Apa bisa Keenan tak menanyakan kabar Rindu?
Apa bisa Keenan tak melihat senyuman Rindu lagi?
Apa bisa Keenan tak mendengar nasihat yang membuat Keenan berubah menjadi yang lebih baik?
Fikiran itu selalu terbesit di otak Keenan, sampai ia tidak sadar bahwa mobilnya sekarang berada didepan rumah Rindu.
Dengan perlahan Keenan memasuki rumah itu setelah kepergian Rindu satu tahun yang lalu.
Bukannya Keenan tak ingin sering-sering berkunjung ke Rumah Rindu pasca kepergian Rindu ,tetapi setelah Rindu tiada, Keenan mendapat pangggilan untuk menghadiri Gallery International di Negara Germany.
Keenan disambut oleh adik Rindu yang berusia 10 tahun. Namanya Doni. Doni pun mengenal betul sosok Keenan.
Keenan membelai lembut Doni dengan penuh kasih sayang,Keenan dapat melihat secercah cahaya Rindu di mata Doni.
Doni yang terkejut dengan kedatangan Keenan pun dengan semanagat mempersilahkan Keenan masuk. Tidak ada orang lain selain Doni dan Bi Ijen disini, Mama dan Papa Rindu masih sibuk dengan pekerjaan kantornya. Maklum, ini hari senin, hari dimana semua orang memulai aktifitas.
Betapa terkejutnya pula Bi Ijen kedatangan sosok Keenan, Bi Ijen senang bukan main saat Keenan membawa sejumlah oleh-oleh yang ia beli di Jerman. Penglihatan Keenan mengitari semua sudut dirumah ini. Keenan mengingat betul dahulu RIndu pasti turun dari tangga itu apabila Keenan datang. Tapi sekarang, Keenan tidak melihat sosok itu lagi.
Doni yang sibuk dengan mainannya itupun terdiam heran melihat tatapan sendu Keenan kearah tangga. " Kak Keenan, Kakak kenapa?". Keenan menoleh dan tersenyum tipis pada Doni. " Nggak apa-apa, Kakak cuma lagi kangen Kakak kamu"
Doni mengangguk-anggukan kepalanya. "Kakak jangan sedih ya, Kak Rindu tetep cinta sama Kakak". Keenan tersenyum dan kembali membelai tipis rambut Doni. "Uhm Doni, Kakak boleh ke kamar Kak Rindu?"
"Oh boleh kok kak". Keenan pun beranjak pergi meninggalkan Doni bersama mainan barunya. Perlahan Keenan menaiki tangga rumah Rindu, matanya tak henti mengitari sudut diruangan ini.
"Ceklek" Saat Keenan membuka pintu itu, Keenan berhenti sejenak dan memandang seluruh isi kamar dari pintu. Air matanya mengambang di pelupuk mata. Keenan masuk dan duduk di kasur Rindu, kemudian tangan Keenan mengambil foto Rindu di laci meja dekat kasur.
Keenan mengusap lembut wajah Rindu di foto sambil mengucapkan "I miss you my girl" setetes air mata Keenan pun jatuh saat dadanya telah cukup sesak menahan agar dirinya tidak menangis, Karna sebelum kepergian Rindu, Rindu tidak ingin jika Keenan menangis karenanya, itu pesan Rindu. Namun, bagaimana bisa?
Seakan secara otomatis sebuah kenangan terbesit di kepala Keenan tentang Rindu.
Satu tahun yang lalu
" Eh Woi!!!" Teriak Rindu dengan kencang. Beberapa saat sebelum pria itu pergi, Rindu mengingat betul bahwa pria itu membawa tas yang berisi kamera. Spontan Rindu langsung berteriak saat pria itu pergi tanpa membawa tas kameranya.
"Kak! Aduh kak siapa sih itu namanya gue lupa". Gerutu Rindu sambil berlari. Pria itu Kakak kelas Rindu di kampus.
"Kak Dinan!!" teriak Rindu asal. Dengan nafas yang tergesa-gesa,Rindu berhasil berhenti didepan pria itu. Pria itu menaikan satu alisnya "Ngapain deh,Lo?"
Rindu masih mengatur nafasnya. "Aduh Kak, lo itu ceroboh banget, masa bisa lupa sama tas lo. Mana lo tinggal di halte busway nanti kalo ilang gimana"
"Ilang tinggal ilang"
Rindu membuka mulutnya lebar " WHAT??!!!"
" Buat lo. Dan satu lagi, nama gue Keenan, bukan Dinan". Jawabnya cuek
Keenan tersenyum tipis saat mengingat bagaimana pertama kalinya ia dipertemukan oleh Rindu. Memori diotak Keenan tak berhenti sampai situ, sejujurnya Keenan benar-benar merasakan kehilangan saat ini.
Hari itu,Rindu dengan nekat mengunjungi rumah Keennan dengan membawa tas kamera . Beruntungnya ada alamat di kertas kecil yang terselip.
Dari situlah hubungan mereka berlanjut.
Satu-satunya orang yang memberi dukungan penuh Keenan menjadi Fotografer adalah Rindu. Ayah Keenan sangat bersikeras tidak memperbolehkan Keenan menjadi Fotografer dengan alasan Keenan harus menjadi Dokter seperti ayahnya. Itu mengapa Keenan pasrah meninggalkan kamerannya di Halte Busway karna Keenan sama sekali tidak mendapat dukungan dari Ayahnya.
Namun, jiwa Keenan dan hati Keenan berbicara bahwa ia ingin membuktikan pada Ayahnya ia akan menjadi Fotografer hebat. Dan pada waktunya tiba, Keenan meraih puncak kejayaan dan menjadi Fotografer terkenal.
Tak hanya memori saat pertama kalinya Keenan bertemu dengan sosok Rindu, namun otak Keenan juga mengingat betul saat Rindu meninggalkan Keenan untuk selamanya.
Sampai pada akhirnya mereka berdua memutuskan untuk menikah, sesuatu yang tidak sama sekali diduga pun terjadi. Rindu terjatuh saat janji suci baru saja Keenan ucapkan. Seketika keadaan menjadi ricuh. Secepat kilat Keenan membawa Rindu menuju rumah sakit.
Rindu mengalami Kanker di bagian Otak. Dan Keenan sama sekali tidak mengetahuinya. Keenan mengacak-acak rambutnya frustasi. Operasi harus segera dilaksanakan secepatnya.
Sebelum Rindu operasi,ia mengucapkan beberapa kata pada Keenan. "Apapun yang terjadi setelah ini, Kamu harus tetep semangat ngejalanin hidup kamu. Ada atau tanpa aku,Kamu harus lakuin itu. Janji?"
Keenan menggelengkan kepalanya. Itu berarti Keenan tak ingin Rindu pergi. Bahkan ia baru saja ingin memulai kehidupan baru.
Rindu menatap Keenan. " Jangan kayak gini,Aku cuma mau kamu ikhlas ngelepas aku. Kita emang nggak tau apa yang bakal terjadi setelah aku operasi, tapi kalo kenyataannya beda? Apa kamu mau ngebiarin aku nggak tenang disana?"
Keenan menarik nafas dalam-dalam dan memberanikan diri untuk mengeluarkan kata-kata yang ia amat benci. " Saya.. saya Ikhlas ngelepas kamu"
Sebuah senyuman mengembang pada wajah perempuannya. Terlihat senyuman kebahagiaan disana. "Terimakasih Keenan"
"Tapi kamu harus janji berjuang sekuat tenaga kamu demi aku". Ucap Keenan
"Aku janji''. Senyum Rindu
Terlihat sudah tidak ada beban lagi dimata Rindu. Semuanya terasa ringan dan tidak membebankan Rindu lagi sejak Keenan mengatakan ikhlas untuk melepasnya. Perlahan Keenan mencium punggung tangan Rindu dan setetes air mata Keenan mengalir disela tangannya. Kali ini Keenan sangat lemah. Tapi Percayalah sungguh ini adalah kelemahan terbesar Keenan, Kehilangan Rindu. Keenan sungguh tak bisa membayangkan hidupnya setelah ini.
Dan itu menjadi terakhir kalinya pula Keenan melihat Rindu saat Dokter mengatakan Rindu harus beristirahat selamanya.
Tak Keenan sadari tetesan airmatanya terus bergantian membasahi wajah Rindu di foto. Keenan buru-buru menghapus air matanya saat Doni masuk dan duduk disebelahnya. Doni melihat Keenan memegang foto Rindu yang telah basah oleh air mata Keenan.
"Kak Keenan, kata Kak Rindu, Doni nggak boleh nangis terus kalo Kak Rindu pergi. Pasti Kak Rindu bilang hal yang sama kan ke Kak Keenan?"
Keenan tersenyum dan semangatnya kembali tatkala melihat ketegaran dibalik wajah mungil Doni. Keenan pun menaruh foto Rindu ditempatnya kembali.
Keenan mengusap-usap kepala Doni. " Kita beli ice cream yuk, Kakak beliin yang banyak deh. Doni mau satu? Dua? Lima? atau Sepuluh?"
Doni loncat kegirangan. "Uhm Sepuluh Kak"
"Let's Go!!"
Dan takdir memang memisahkan kita. Tapi bukan Hati kita. Selamat jalan Rindu. Selamat jalan perempuan terkuat ku.