‘Anniy, Kim Seok Jin tidak seperti itu. Hem, entah mirip siapa dia ini,’ desah Azel dalam hati dengan matanya yang tak lepas menatap wajah Kim Lee Jung.
“Yakk! Apa yang kau lakukan di sana? Kau tidak ingin makan? Atau, aku yang akan menghabiskan makanannya ini?” sontak Kim Lee Jung yang melihat Azel masih berdiri diam di dekat kursi.
“Iya, Nona Azel. Silakan untuk makan siang, karena kita tidak punya waktu banyak.”
Azel mengerutkan bibirnya kesal karena mendengar perintah itu. “Aku tidak akan makan di sini,” ujarnya dengan kedua tangan yang sudah melipat di dada.
Kim Lee Jung yang asyik menyantap makanannya sontak menoleh karena mendengar itu.
“Aku ingin makan di kamarku. Jadi, aku akan membawa beberapa makanan ini ke kamar,” tukas Azel mulai membawa beberapa lauk pauk yang ada di piring lebar itu.
Bu Yeong yang berada di dekat Azel seketika langsung menahan tangannya Azel yang hendak membawa pergi makanannya itu.
“Tidak, Nona.”
Kim Lee Jung sontak tertawa kecil mendengar itu.
“Peraturan di sini, tidak diperbolehkan untuk membawa makanan dan minuman kecuali dalam hal yang mendesak seperti sedang sakit,” ujar bu Yeong membuat Azel mengerutkan bibirnya kesal.
Mendengar Kim Lee Jung yang cengengesan, Azel langsung melirikkan matanya tajam.
“Upps!” sontak Kim Lee Jung begitu menyadari tatapan Azel yang tajam itu.
Dengan seluruh tenaganya yang tampak kesal, Azel meletakkan piring yang berisi lauk pauk itu ke atas meja lagi.
“Baiklah. Kalau begitu aku tidak akan makan,” ucap Azel dengan keputusannya.
“Kalau Nona Azel tidak makan, nanti Nona bisa sakit,” tutur bu Yeong membuat Azel mengangkat alis satunya.
“Tentu saja. Biarin aku sakit. Dengan begitu, aku akan bisa makan di dalam kamar.”
Azel beranjak pergi dari sana tanpa menunggu tanggapan lagi dari bu Yeong. Bahkan bu Yeong yang saat ini tengah memanggilnya pun tampak tak digubris oleh Azel. Azel terus saja melangkah pergi keluar dari ruangan makan itu.
Kim Lee Jung yang tengah menikmati makanannya itu pun ikut menatap sinis kepergian Azel. Sembari mengangkat bibir sebelahnya ke atas, Kim Lee Jung tampak tak peduli dan melanjutkan makannya.
Bu Yeong yang diamanahkan oleh Park Jimin untuk mengawasi Azel termasuk dari pola makannya, mau tak mau memberi perintah kepada para pelayan di sana untuk mengeluarkan meja dorong yang diisikan beberapa menu makanan.
“Antar makanan ini ke kamarnya Nona Azel. Pastikan dia menghabiskan makanannya ini,” pinta bu Yeong dibawa anggukan para pelayan itu.
Kim Lee Jung yang tak sengaja mendengarnya, lantaran beranjak bangun dari tempat duduknya mendekati bu Yeong.
“Yakk! Kenapa kau meminta para pelayan itu untuk memberikan mengantar makanannya?” cetus Kim Lee Jung memarahi bu Yeong.
Bu Yeong hanya menundukkan wajahnya kecil tak menghilangkan sikap sopan santunnya meski kepada yang lebih muda darinya sekalipun.
“Mianhae, meski peraturan itu tidak ada. Sakit juga tidak menjadi tujuan dari peraturan yang sudah berlaku. Tidak ada cara lain yang membuat Nina Azel mau makan selain mengantar makanannya ke kamar,” terang bu Yeong membuat Kim Lee Jung tersentak diam.
“Silakan Nona Kim Lee untuk melanjutkan makan siangnya. Jika sudah, segera kembali ke ruang depan karena sebentar lagi Nona akan berangkat ke kota.”
Kim Lee Jung mendesis pelan, lalu beranjak pergi mengambil tasnya yang ada di atas meja makan.
“Aku sudah kenyang. Terima kasih untuk santapannya,” titah Kim Lee Jung langsung beranjak pergi dengan sikapnya yang kurang sopan.
Bu Yeong hanya memejamkan kedua matanya pasrah mendapati dua anak perempuan yang masih remaja itu di sana. Azel dan juga Kim Lee Jung yang masih sangat stabil emosinya karena usianya yang masih sangat muda.
Azel yang sudah sampai di kamarnya, langsung bergegas menutup pintu kamarnya dan menguncinya.
“Benar-benar menyebalkan!” desah Azel kesal jika mengingat kejadian barusan yang terjadi antara dirinya dan Kim Lee Jung di pertemuan pertamanya itu.
Tiba-tiba, Azel yang masih berdiri di balik pintu kamarnya itu tampak mendengar suara ketukan pintu dari luar kamarnya.
“Non Azel, kami datang untuk mengantar makanannya.”
Azel mengernyitkan keningnya samar mendengar itu.
“Makanan?” ucap Azel tanpa bersuara. Meski demikian, Azel tak langsung percaya dan membiarkan pelayan itu terus mengetuk pintu kamarnya.
Tak berlangsung lama, telinga Azel seketika merasa terganggu dengan suara ketukan pintu yang tak berhenti itu. Akhirnya, Azel memutuskan untuk membuka pintu kamarnya dan melihat dua orang pelayan itu sudah berdiri di depannya.
Tampak sebuah meja dorong yang terdapat beberapa menu makanan di atasnya. Azel menatap makanan dan wajah pelayan itu secara bergantian.
“Apa ini?” tanya Azel seolah tak paham dengan tujuan pelayan itu membawa makanan ke sana.
“Bu Yeonga meminta kami untuk mengantarkan makanan ini. Jadi, tolong Nona Azel untuk memakannya sekarang juga.”
Azel memutarkan bola matanya ke atas seraya memasang wajah tengilnya.
“Bukannya nggak boleh ya, makan di kamar? Kecuali sakit. Kok kalian antar makanannya ke sini?” lontar Azel tampak kesal.
“Tapi sakit juga tidak dianjurkan di sini. Jadi tolong Nona Azel makan sekarang. Kami akan menunggu dan memastikan bahwa Nona Azel benar-benar menghabiskan makanannya,” ucap salah satu dari pelayan itu membuat Azel mengernyitkan matanya sinis.
Mencium aroma makanan yang sudah menusuk di hidungnya Azel, lantaran membuat Azel tak tahan untuk memakan makanannya.
Ditambah lagi cacing di perut Azel yang sudah berdemo meminta makanan. Mau tak mau, Azel pun meraih mengiyakan permintaan pelayan itu untuk memakan makanannya.
“Baiklah, kalau kalian memaksa. Aku akan memakan makanannya,” tukas Azel membuat pelayan itu memberikan sebuah kursi untuk Azel duduk dan menyantap makanannya di atas meja dorong itu.
“Nona Azel tadi kenapa berdebat dengan anak kecil?” sontak salah satu pelayan itu membuat Azel hampir tersedak makanannya.
“Muoes? Anak kecil? Nugu?” tanya Azel dengan kedua matanya yang membulat penasaran.
“Iya tadi di ruang makan, Nona Azel kan berantem dengan adiknya Tuan Kim Seok Jin.”
Azel mengernyitkan keningnya heran mendengar itu. “Apa? Bentar, bentar, memangnya berapa umurnya Kim Lee Jung?” tanya Azel jadi penasaran.
“Kalau tidak salah, dia masih sekolah menengah pertama. Jadi, kurang lebih umurnya masih 13 tahun.”
“Iya, badannya aja yang tinggi dan bagus. Tapi sebenarnya dia masih kecil. Masih masuk sekolah menengah pertama tahun ini,” sahut pelayan satunya.
Azel tersentak diam dengan dua bola matanya yang berputar ke samping kanan kirinya seperti sedang mencari jawaban.
‘Aish! Apa yang ku lakukan? Bagaimana bisa aku menghabiskan waktuku untuk berdebat dengan anak kecil tadi?’ desah Azel dalam hati tampak memejamkan kedua matanya pasrah.
Tiba-tiba, datang seorang pelayan laki-laki memberitahu bahwa Kim Seok Jin dan keluarganya sedang bersiap-siap untuk berangkat ke kota.
Mendengar itu, Azel tampak bergegas menyudahi makannya dan berisiap-siap untuk ikut menyaksikan kepergian Kim Seok Jin bersama keluarganya itu.
“Nona, ini makanannya nggak dihabiskan?” tanya pelayan itu yang langsung digelengkan kepalanya cepat oleh Azel.
“Aku sudah kenyang. Ajhussi, dimana Kim Seok Jin sekarang?” tanya Azel ingin tahu.
“Tuan Kim Seok Jin bersama keluarga sudah di gerbang keluar. Di sana juga ada para member untuk ikut mengantar kepergian Kim Seok Jin sampai diperbatasan kota,” ujar pelayan laki-laki itu memberitahu.
“Gomawo, Ajhussi!” sontak Azel langsung berlari menuju ke gerbang keluar. Jarak antara gerbang keluar dan kamarnya yang cukup jauh itu, membuat Azel harus mempercepat larinya agar segera tiba sebelum Kim Seok Jin pergi.
Karena terburu-buru, Azel tampak jatuh hingga telapak tangannya terkena kerikil-kerikil kecil di tanah. Sempat tergores hingga mengeluarkan sedikit darah, membuat Azel berusaha untuk menahannya. Azel beranjak bangun dan melanjutkan langkahnya untuk berlari.
Kim Seok Jin yang sedang berpamitan dengan para member itu, masih menampakkan wajah lesunya.
“Semangat, Hyung. Aku yakin kau bisa untuk melewati ini,” tutur Jeon Jungkook dibawa anggukan Kim Seok Jin.
Kim Seok Jin tampak berpelukan dengan para member sebelum ia masuk ke dalam mobil.
Begitu selesai, seorang bodyguard sudah siap membukakan pintu mobil itu dan menyilakan Kim Seok Jin untuk masuk ke dalam mobil.
Azel yang baru saja sampai di sana, sontak berteriak memanggil Kim Seok Jin.
“Tunggu, Seok Jin-a!” teriak Azel membuat Kim Seok Jin menghentikan langkahnya untuk masuk ke dalam mobil dan menoleh ke arah sumber suara dimana terlihat Azel yang berdiri di sana. Semua member dan orang-orang di sana tampak menatap ke arah Azel yang memanggilnya itu.
“Azel?” ucap Kim Seok Jin dan Park Jimin secara bersamaan.
Melihat Kim Seok Jin yang belum masuk ke dalam mobil, Azel melanjutkan langkahnya menghampiri Kim Seok Jin.
Semua member BTS mengernyitkan keningnya heran melihat Azel yang tiba-tiba datang dengan sikapnya yang berbeda.
“Hati-hati,” ucap Azel sontak membuat Kim Seok Jin terkejut mendengarnya.
Suka sama alurnya 👍
Comment on chapter Tiba di Sekolah Bangtan