“Anniyo!” tukas Azel ikut beranjak tegak dari tempat duduknya.
Semua member termasuk Kim Seok Jin menatap ke Azel yang sudah berdiri itu.
“Mianhae, aku akan memakan makanannya.”
Azel beranjak duduk kembali dan mulai memegang sendok di piringnya itu, lalu mengambil sesendok nasi dengan sepotong udang, lalu di suapkan ke dalam mulutnya.
Azel tampak mengunyah makanannya itu dan perlahan mulai menikmatinya.
Melihat itu, Kim Seok Jin hanya mendenguskan napasnya kasar dengan kedua tangan yang sudah melipat di depan dada.
“Lanjutkanlah kalian makan. Aku sudah hilang nafsu,” tukas Kim Seok Jin membuat Azel yang semula mengunyah cepat makanan di dalam mulutnya, seketika menjadi sangat pelan dengan kedua matanya yang sudah menatap sinis kepergian Kim Seok Jin.
Park Jimin yang masih berada di sana mencoba untuk meredakan suasana yang tampak tegang itu.
“Azel, habiskan lah makanannya. Setelah ini kau akan di antar ke kamarmu. Besok adalah hari pertama mu untuk mengikuti materi di sekolah. Dan perlu kau ketahui, di sana kau tidak hanya sendiri. Tapi ada beberapa siswa-siswi yang berasal dari sekolah internasional untuk ikut bergabung di kelas mu. Kau akan memiliki teman di sana,” papar Park Jimin memberitahu.
Azel tampak anggukkan kepalanya mengiyakan. Perlahan Park Jimin ikut beranjak pergi meninggalkan meja makan itu.
Tak hanya Park Jimin dan Kim Seok Jin yang beranjak pergi, para member yang lain pun tampak menyudahi makan malamnya dan bergegas pergi menyusul Kim Seok Jin dan Park Jimin.
Azel mengalihkan pandangannya menatap tajam kepergian para member BTS itu. Begitu pintu utama itu tertutup, Azel melepaskan sendoknya yang semula tak lepas dari tangannya.
Tak berlangsung lama setelah kepergian para member dari ruangan itu, Azel pun beranjak dari tempat duduknya menyudahi makan malamnya yang terbilang cukup mengenyangkan.
“Nona, kau tidak ingin menghabiskan makanan mu?” tanya seorang pelayan begitu melihat Azel beranjak tegak dari duduknya.
“Anniy, antar aku ke kamarku sekarang. Aku ingin istirahat,” titah Azel dibawa anggukan pelayan itu.
Beberapa pelayan di sana membereskan makanan di atas meja panjang, dan satu orang pelayan berjalan keluar dari ruangan itu untuk mengantar Azel ke kamarnya.
Tampak seorang pelayan itu membawa Azel ke sebuah bangunan yang berbeda lagi. Azel yang berjalan di belakangnya tampak menatap ke arah sekitar dengan tatapan yang tak biasa.
‘Ternyata di sini banyak sekali bangunan-bangunan megah dan klasik. Meski demikian, mereka sangat menjaga arsitektur dan design kuno ini,’ gumam Azel dalam hati.
Azel tampak kagum menatap bangunan yang banyak dan hampir berdempetan itu. Sampai-sampai, langkah Azel tampak pelan karena menikmati pemandangan malam di sekitar sekolahan Bangtan yang cukup menarik di mata.
Pelayan yang melihat posisi Azel masih jauh dengannya, meminta Azel untuk mempercepat langkahnya.
“Nona, ayo!” pinta pelayan itu membuat Azel tersadar bahwa dirinya sudah cukup jauh jaraknya dengan pelayan itu berdiri.
Azel beranjak lari mengejar pelayan itu dan tak lama kemudian, mereka berdua tiba di sebuah bangunan yang atapnya tampak pendek layaknya bangunan orang Korea di zaman dulu.
“Ini kuncinya. Ruangannya sudah kami bersihkan, jadi Nona bisa langsung untuk istirahat.”
Azel anggukkan kepalanya mengiyakan. “Gamsahabnida,” ucap Azel dibawa anggukan pelayan itu yang bergegas pergi setelah Azel menerima kunci kamarnya.
Azel menatap pintu kamar yang tertutup itu. Perlahan ia masukkan kunci yang sudah diberikan oleh pelayan itu dan pintu itu pun terbuka.
Pengharum bunga sakura yang disemprotkan di ruangan itu tampak menyebar di seluruh ruangan itu hingga seketika langsung tercium di hidung Azel yang membuka pintu kamarnya itu.
Azel beranjak masuk dan menatap ruangan kamarnya yang dipenuhi dengan design hiasan dinding klasik, dan beberapa poster foto BTS dari zaman sebelum debut hingga mereka menjadi idol terkenal seperti sekarang.
Perlahan Azel mengangkat tangannya dan meraba poster foto BTS yang menempel di dinding kamarnya itu seraya memiringkan senyumnya.
“Bisa-bisanya kita bertemu sebagai musuh, bukan sebagai army dan idol yang saling menyayangi,” gumam Azel tampak kecewa, tapi itulah kenyataannya yang harus Azel jalankan saat ini.
Tak lama kemudian, Azel menyadari bahwa sedari tadi ia pergi tanpa membawa kedua kopernya. Dimana satu koper berisi pakaian, dan satunya lagi berisi boneka BT21 dan peralatan lainnya yang bisa menunjukkan identitasnya sebagai seorang Army.
“Mampus! Jangan sampai aku kehilangan koperku!” Azel bergegas keluar dari kamar dan mencari dua bodyguard-nya yang membawa kopernya tadi.
Sementara, dua bodyguard-nya Azel yang baru saja mendapat kabar dari pelayan terkait posisi kamar Azel sekarang, pun tampak sudah bergegas pergi menuju ke gedung dimana kamar Azel berada.
Namun, dipertengahan jalan, dua bodyguard itu dicegat oleh Kim Seok Jin yang hendak pergi menuju ke kamarnya.
Melihat dua laki-laki itu membawa dua buah koper yang berukuran cukup besar, sontak membuat Kim Seok Jin menahannya dan berinisiatif untuk mengeceknya terlebih dahulu. Apalagi jika Kim Seok Jin tahu bahwa dua koper itu miliknya Azel, sudah pasti akan dilakukan pengecekan untuk memastikan keamanan.
“Punya siapa ini?” tanya Kim Seok Jin tampak sudah berdiri di hadapan para bodyguard itu lantaran membuat bodyguard itu mengentikan langkahnya.
“Ini punya Nona Azel, Tuan.”
“Dua-duanya?” tanya Kim Seok Jin memastikan.
“Iya, Tuan. Dua-duanya ini punya Nona Azel,” ucap salah satu bodyguard itu meyakinkan.
Kim Seok Jin mengernyitkan matanya menatap tajam dua buah koper yang berukuran besar itu. Kim Seok Jin tampak penasaran akan isi dua koper yang jelas sama-sama besarnya.
“Letakkan di sini, biar aku yang akan mengantarnya,” pinta Kim Seok Jin membuat dua bodyguard itu saling bertukar pandang tampak ragu.
Melihat reaksi para bodyguard yang demikian, Kim Seok Jin tampak memutarkan bola matanya malas.
“Kenapa? Kalian tidak percaya padaku?” tanya Kim Seok Jin sudah dengan tatapan tajamnya.
“Anniy, Tuan. Kami pergi dulu kalau begitu.”
Dua bodyguard itu beranjak pergi meninggalkan dua koper itu kepada Kim Seok Jin.
Kim Seok Jin tampak menyeringai senang karena berhasil mendapatkan dua koper milik Azel.
“Bagus. Ini akan menjadi bahan untukku nanti supaya gadis tidak tahu diri itu sadar,” tandas Kim Seok Jin sudah dengan rencananya.
Azel yang sudah berada di luar itu, tampak melemparkan pandangannya ke segala arah agar dapat menemukan dua bodyguard-nya yang membawa dua kopernya tadi.
Sampai akhirnya, Azel tak sengaja melihat Kim Seok Jin yang berdiri di dekat jalan lorong dan sedang mencoba membuka koper milik Azel.
Azel membulatkan matanya lebar melihat itu. “Yakkk, hentikan!” teriak Azel sontak membuat Kim Seok Jin tersentak kaget hingga menghentikan tangannya yang hendak membuka koper itu.
Seru! Lnjut thor
Comment on chapter Kekhawatiran Azel