“Azel,” panggil Girhan menaiki anak tangga hendak menuju ke kamar putri satu-satunya itu.
Mendengar suara itu, Azel menghentikan pekerjaannya yang semula sibuk menyusun boneka BT21 di lemari barunya. Azel beranjak keluar kamar dan langsung menutup pintu kamarnya.
Girhan yang baru selesai menaiki satu anak tangga, tampak melihat putrinya itu sudah berdiri di depan pintu seraya menatap ke arahnya.
Melihat itu, Girhan hanya mengulas senyuman tak heran dengan sikap Azel yang ternyata tak berubah karena rasa traumanya sejak 10 tahun yang lalu.
“Apa kau sedang ada pekerjaan?” tanya Girhan dibawa gelengan kepala Azel.
“Ini, sesuai dengan permintaan kamu 10 tahun yang lalu,” Girhan menyodorkan sebuah map berwarna merah kepada Azel.
Azel menerima dengan kening yang mengernyit bingung. “Apa ini?” tanyanya.
“Bukankah kamu ingin masuk di sekolah Bangtan waktu itu? Berhubung usia Azel waktu itu belum cukup, jadi Papa nggak bisa mengabulkan keinginan Azel untuk sekolah di sana. Tapi, sekarang apa yang kamu inginkan terwujud,” ucap Girhan membuat Azel membulatkan matanya lebar.
“Selamat sayang! Kamu adalah satu-satunya peserta dari tanah air yang lolos tahun ini untuk masuk di sekolah Bangtan!” lanjut Girhan memaparkan.
“Are u seriuosly?” tanya Azel seolah tak percaya dengan apa yang dikatakan barusan oleh papanya itu.
“Yes, I'm! Bukalah! Di sana ada nama kamu yang terlampir.”
Azel bergegas membuka map merah itu. Terdapat selembar kertas yang penuh dengan tulisan Inggris dan Korea, namun tak membuat Azel kesulitan memahami artinya, karena Azel sudah menguasai 4 bahasa yaitu bahasa Inggris, Korea, Jerman dan Perancis.
“Woah! It's amazaing, Dad! Thank you so much!” sontak Azel langsung memeluk tubuh kekar Girhan.
“It's ok, Dear!”
Azel bergegas masuk ke dalam kamar dan tak lupa untuk menguncinya lagi.
Azel beranjak duduk di kursi dekat meja belajarnya. Azel mengeluarkan selembar kertas pengumuman itu dan ditempelkan di papan mading. Azel menempelnya tepat di sebelah foto dua anak perempuan yang tersenyum manis mengenakan bando berwarna ungu.
Melihat itu, Azel perlahan mulai mengulas senyuman di wajahnya. Namun, senyuman itu tak selebar senyumannya di foto itu.
Pihak instansi yang berwenang sebagai lembaga untuk mempermudah anak-anak remaja menjalin hubungan internasional dengan warga negara asing, tampak memposting surat pengumuman kelulusan Azel di media sosialnya.
Seketika itu juga, akun Instagram pihak instansi itu dibanjiri dengan komentar para netzien +62 yang sebagian menerima keputusan pihak instansi, dan sebagian ada yang tidak terima dan menganggap bahwa pihak instansi terlalu mengedepankan gengsi sehingga yang terpilih adalah anak dari keturunan orang kaya.
Azel yang terpantau mengikuti akun pihak instansi itu pun sontak melihat komentar para netizen +62 yang sebagian ada yang memujinya, dan sebagian ada yang menghujatnya.
Ternotice sebuah komentar dari netizen +62 yang mengatakan; "Penentuan hasil kelulusan benar-benar bijak dilakukan oleh pihak instansi. Sosok Queen memang sangat cocok untuk disandingkan dengan para King Bangtan. Tak heran jika wajahnya cantik bak ratu, orang namanya saja ratu! Dia pantas untuk lulus!"
Seketika komentar itu mendapatkan like sebanyak 10k lebih dan unlike sebanyak 1k lebih.
Tak hanya like, akun yang berkomentar itu juga menarik netizen lain untuk mengulas komentarnya.
"Iyalah ratu, itu pasti karena ada orang dalam. Cantik sih, tapi perlu diingat juga kalau Bangtan juga punya selera. Masih banyak kok perempuan di dunia ini yang lebih cantik seperti ratu!"
"Setuju! Lagian hidup ini kalau tidak punya uang, ya otomatis bakal kesentil sama yang punya uang. Cantik aja bangga, bisa dijamin nggak bahasanya? Lancarkah?"
Azel yang tengah membacanya tampak mendesis kesal, lalu melemparkan ponselnya ke atas meja belajarnya seolah tak takut akan rusak.
“Tceh! Mereka memang tidak pernah berubah. Lihat saja, akan aku tambah rasa iri kalian setelah ini.”
Seru! Lnjut thor
Comment on chapter Kekhawatiran Azel