LILLIPUT
Oleh: Amelinovi
“Apa kau percaya dengan Lilliput? Mungkin terdengar klasik dan kuno, tapi ketika Aku membuka pintu kamar itu, Aku percaya!”
Nenek mengenakan baju hangat ketika Aku sampai, terlihat mata Nenek yang sudah tua itu berkaca ketika Kami datang. Dia juga memakai shall dilehernya karna memang udara malam ini begitu dingin dan sepertinya akan turun hujan. Senyum keriput terbentuk diwajahnya ketika aku mencium pipinya yang tentunyya sudah keriput juga.
____________________ _______________________
Tepatnya setelah selesai makan malam Mom langsung menyuruhku bersiap pergi ke rumah Nenek. Besok hanya weekday tapi kenapa Mom mau menghabiskan waktu dirumah Nenek? Awalnya aku hanya menduga Mom rindu dengan Nenek, ini awalnya dan Kau harus tau akhirnya bagaimana.
Rumah tua Nenek terlihat seperti rumah antik karna banyak sekali barang-barang tua dirumah ini. Mungkin Nenek dan Kakek membelinya ketika Mereka masih muda. Ku hirup baunya, ya baunya hangat dan terasa sangat nyaman disini. Ketika Kau membuka pintu Kau akan melihat ada perapian di tengah ruangan itu, itulah sebabnya kenapa disini begitu hangat.
Nenek mengantarku kekamar, ini bukan kamar yang biasa Aku pakai ketika menginap dirumah Nenek, Ku lihat kesekeliling, nampak sebuah kamar kuno yang begitu luas, luasnya dua kali dari kamar yang biasa ku pakai.
“Nenek ada apa dengan kamar lamaku? Dan kamar ini, sepertinyaaa Aku baru melihatnya” Tanyaku pada Nenek yang sedang merapikan selimut untukku
“Kamar lamamu untuk tamu Nenek, apa Kau tidak suka dengan kamar ini?” Tanyanya padaku sambil memegang pundakku
“Tamu? Dimana dia?” Tanyaku lagi tanpa menjawab pertanyaannya
“Nanti Kau akan tau, sekarang minum susu mu dan tidurlah” Kata Nenek sambil mencium keningku
Kau harus percaya bahwa Aku adalah cucu satu-satunya Mereka.
Kamar ini hangat tapi hembusan angin malam diluar sana tetap saja memaksa masuk dan kurasa Aku harus cepat-cepat menarik selimutku.
“Sudah pagi rupanya” kataku sambil menengok jam kecil disampingku
Ini sudah pukul 9 pagi, Ku ambil handukku dan Aku akan pergi sarapan, setelah itu Aku akan mengajakmu untuk berpetualang dirumah Nenek.
Ku lahap roti panggangku, kulihat Nenek dan Kakek mengenakan pakaian dengan warna yang sama, kurasa Mereka mau pergi. Tidak apa-apalah Aku bisa menjelajah rumah ini sesukaku.
Mom dan Dad sudah pergi sejak pukul 7 tadi, Mereka ada sebuah pertemuan didekat pusat kota ini. Mereka mengajakku menginap disini agar Nenek dan Kakek bisa menemaniku, tapi seperti yang Kau tau Nenek dan Kakek juga akan pergi kan?
“Kami pergi dulu ya sayang, Kau baik-baik dirumah. Kami pulang nanti sore, Kau menjelajahlah sesukamu, itu kan yang selalu Kau lakukan ketika disini?” Tanya nenek seraya mencium keningku
Aku mengiyakan perkataan Nenek dengan anggukan. Mobil mereka melaju cepat dan hanya meninggalkan angin dan daun kering dibelakangnya.
Awalnya Aku bingung bagian mana yang harus ku jelajahi, Aku sudah tau seluk beluk rumah ini. Aku diam sejenak dan memandang kearah kamar lamaku. Nenek bilang ada seorang tamu yang menginap tapi Aku belum melihatnya.
“Permisi, apa ada orang didalam?” tanyaku sambil mengetuk pintu
Kurasa Kita tidak akan berpetualang hari ini, tamu Nenek sepertinya juga sudah pergi sejak pagi. Aku menghela nafasku dan hendak pergi. Tapi tiba-tiba tubuhkku tertarik kedalam kamar ini, a-a-a-aku tidak tahu siapa yang menariknya. BRAAKKK!!
Pandanganku gelap, kepalaku pusing, kurasa kepalaku membentur sesuatu. O-Ooow, dimana Aku? Ini bukan sebuah kamar, tapi seperti sebuah taman! Aku takut sekali dan Aku mau kembali, ta-tapi kenapa pintunya begitu tinggi dan besar? Ku lihat sekeliling ku, oh tidak sepertinya tubuhku yang mengecil.
“Tolong!! Tolong!! Apa ada yang bisa mendengar suaraku? Tolong buka pintu ini” kataku menjerit sambil menangis
“Aku bisa” kata Seseorang sambil memegang pundakku
“Kau siapa? To-tolong jangan jahat padaku, Aku hanya ingin keluar dari sini” kataku terbata-bata sambil menjauh darinya
“Aku tidak akan jahat padamu, mari ikut Aku, akan ku tunjukkan sesuatu padamu” katanya sambil mengulurkan tangannya
Aku menatap matanya tajam, terlihat ada ketenangan disana. Dia langsung menarik tanganku dan mendekat
“Kita obati dulu ya kepalamu, pasti itu sakit kan?” katanya sambil melihat luka di keningku
Kepalaku memang sangat sakit, rasanya pusing sekali. Aku ikut dengannya, tapi demi Tuhan akan ku hajar wajah tampannya kalau seandainya Dia menyakitiku.
Aku duduk disebuah kursi panjang di bawah pohon besar, pohonnya begitu rindang. Terlihat hamparan padang rumput yang begitu luas disini, Aku bahkan tidak bisa melihat dimana ujungnya. Di padang rumput ini juga terlihat kehidupan seperti biasanya. Hanya saja disini semuanya serba kecil.
Ada sebuah pasar diujung sana, dan terdapat rumah-rumah penduduk. Anak-anak kecil bermain laying-layang dan tertawa begitu ceria. Entah apa yang membuat Mereka sebahagia itu. Karna disini Aku sama sekali tidak bahagia!
“Coba menoleh sedikit disini” kata Pria tampan tadi seraya mengarahkan daguku
Dia mencoba mengobati lukaku tapi Aku menyekanya.
“Aku bisa sendiri, terimakasih” kataku sambil membersihkan keningku
“Awwww! Apa ini? ini perih sekali” kataku dengan wajah yang sudah memerah semua pastinya
“Ini? ini obat untuk lukamu, memang sedikit perih tapi lukamu akan pulih dengan cepat” katanya sambil tersenyum. Demi tuhan senyumnya manis sekali
“Hei, apa yang Kau lihat?” katanya membuyarkan lamunanku
“Tidak, hanya saja Aku ingin pulang” kataku menunduk, karna kalau sekali lagi Aku menatap matanya, mungkin Aku sama sekali tidak ingin pulang
“Aku Price Jio, Kau boleh memanggilku Jio” katanya dengan senyuman manisnya~LAGI
“Aku tidak perduli namamu, Kau pasti tau kan bagaimana keluar dari sini?” kataku sambil mengerenyitkan dahiku kearahnya
“Pantas saja Dia tampan sekali ternyata Dia seorang pangeran” kataku dalam hati
“Permainannya sederhana, Kau lihat pintu cahaya berwarna putih disana? Kau harus masuk kesana, ikuti aturannya dan menangkan permainannya”
“Apa yang harus Aku lakukan dengan permainan itu?” kataku ingin cepat-cepat pergi dari hadapannya karna kalau tidak sungguh Aku tidak akan bisa pergi
“Kau harus mengambil suratnya” katanya singkat
“Kalau begitu ayo Kita ambil suratnya” kataku sambil berdiri pergi
“Tunggu, Kau harus ingat, disana Kau tidak sendirian, banyak orang yang memainkan permainan itu, dan Mereka semua musuhmu” Katanya sambil menarik tanganku
Aku berjalan kearah pintu itu, tidak perduli ada seberapa banyak musuh disana. Pintu itu begitu terang dengan cahaya putihnya, tapi aku tidak melihat ada gagang pintu disini, sungguh Aku tidak perduli Aku ingin cepat-cepat pulang kerumah Nenek.
Ku langkahkan kakiku untuk masuk, dan Aku pun ada disini, ditempat seperti sebuah hutan tapi banyak sekali orang disini. Aku tidak melihat apa-apa disini, melainkan hanya pohon-pohon yang menjulang tinggi, Aku sama sekali tidak melihat ada sebuah permainan disini.
Orang-orang disini tampak seperti orang yang ingin bepergian jauh, Mereka mengenakan jaket yang sangat tebal, sarung tangan serta ada sebuah topi hangat dikepala Mereka. Tidak lupa Mereka semua membawa sebuah senjata, Aku bisa melihat anak laki-laki itu membawa pedang yang diikatkan dipinggangnya dan anak perempuan itu membawa panah yang anak panahnya diikatkan dibagian belakang tubuhnya.
Ya Tuhan Aku tidak tau Aku harus membawa apa, dan dari mana Mereka mendapatkan semua barang-barang yang Mereka pakai?
Aku berjalan menyusuri hutan ini, awalnya Aku kira semua normal-normal saja, tapi tidak seperti itu kenyataannya. Aku melihat ada sebuah anak tangga, ya anak tangga itu mengarah keatas dan Aku sama sekali tidak bisa melihat dimana anak tangga itu berakhir. Sepertinya ini sangat tinggi.
Aku melihat Orang-orang menaiki anak tangga itu dengan semua peralatan dan perbekalan Mereka, berarti benar kan dugaan ku anak tangga ini sangat tinggi!
Aku harus cari tahu terlebih dahulu anak tangga ini sebelum Aku menaikinya. Tapi Aku harus kemana? Ya Tuhann, bahkan sebelum memulainya Aku sudah muak terlebih dulu.
Ku perhatikan anak tangga itu baik-baik, ya sepertinya untuk beberapa saat~YANG LAMA
Sepertinya Aku harus menemui Jio, Aku bingung apa yang harus Aku lakukan dan lagipula sepertinya perutku sudah mulai lapar.
Ku balik badan ku dan AWW!! Aku menabrak seseorang, dan itu Jio!
“Apa yang harus Aku lakukan disini? Jio.. Aku ingin pulang..” kataku dengan mata berbinar. Kuharap ini ampuh untuk menaklukan hatinya agar Dia mau membawaku pulang.
“Inilah kalau Kau keras kepala, Aku belum selesai bicara Kau sudah pergi” Katanya sambil menjewer pipiku.
“Baiklah, selesaikan bicaramu” Kataku singkat
“Ya kalau Kau mau makan siang denganku” Jawabnya sambil berjalan meninggalkanku
Ku ikuti Jio dari belakang, sampailah Kami disebuah kedai. Aneh juga menurutku dihutan seperti ini ada sebuah kedai makanan!
“Anak tangga itu berujung dimana?” Kataku sambil mengunyah nasiku
“Anak tangga itu berujung ditempat yang sangat tinggi, dan suratnya ada diujung anak tangga itu. Kau lihat Mereka semua yang ada disini? Mereka semua akan menaiki anak tangga itu” Kata Jio menjelaskan
“Darimana Mereka mendapatkan perbekalan Mereka? Seperti jaket dan topi hangat itu dann anak panah itu” Kataku dengan suara semakin kecil.
Bagaimana tidak, kalau sampai sore ini Aku tidak pulang ke rumah Nenek, Mereka semua pasti mengkhawatirkanku.
“Apa yang Kau pikirkan?” Tanyanya sambil memberikan jaket dan topi hangat~Yang Aku Butuhkan
“Diujung kedai ini ada semua perbekalan dan perlatan yang Kau butuhkan” Katanya sambil mengedipkan mata kanannya
Selesai makan Jio mengantraku ke tempat peralatan, disini banyak sekali senjata-senjata yang menurutku entah digunakan untuk apa. Karna Aku hanya akan menaiki anak tangga bukan berperang.
Aku tidak bisa memanah, Aku tidak bisa memainkan pedang itu dan Aku tidak pandai berkelahi. Aku hanya mengambil sebuah pisau kecil yang menurutku ini sangat tajam.
Selesai setelah itu Aku pamit kepada Jio untuk menaiki anak tangga itu, Jio bilang Dia akan menungguku kembali. Aku mulai menaiki anak-anak tangga ini. Aku tidak perduli seberapa tinggi anak tangga ini tapi yang jelas Aku hanya ingin pulang.
Awalnya semuanya baik-baik saja tapi tiba-tiba Aku melihat Orang-orang itu saling berkelahi dan menggunakan senjata-senjata Mereka.
Sontak Aku pun menghampiri Mereka dan berusaha melerai perkelahian itu.
“Kalian ini apa-apaan? Apa kalian semua mau mati disini hah?! Tanyaku dengan nada sangat kesal
“Kau pasti orang baru ya? Apa Prince Jio tidak memberitahumu kalau yang berhak sampai kepuncak dan mengambil surat itu hanya satu orang?” Kata salah satu dari Mereka
“Apa hanya satu orang?” lututku mendadak melemas. Ya tuhan pantas saja Mereka-pantas saja Mereka membawa senjata
“Lalu karna itu kalian saling berkelahi, mengapa Kita tidak menaiki anak tangga ini sama-sama dan Kita bisa keluar dari sini sama-sama juga” Kataku dengan mata berlinang. Sungguh Tuhan Aku ingin pulang. Mom Dad, Aku ingin pulang
“Peraturannya hanya ada satu pemenang” Kata salah satu dari Mereka lagi
“Baiklah, biarkan Aku mendaki sampai puncak, akan ku ambil surat kutukan itu dan setelah itu Kalian boleh membunuhku” Kataku.
Entah apa yang ada dipikiranku tapi itulah yang Aku katakana.
“Tapi jika Kalian tidak percaya padaku, Kalian boleh membunuhku sekarang” lanjutku dengan memberikan pisau kecil yang kuambil di tempat peralatan tadi.
Mereka hanya terdiam dan tidak mau mengambil pisau kecilku. Aku sudah muak, ku naiki anak tangga itu tanpa memperdulikan Mereka. Satu hal yang harus Mereka ingat adalah sebelum Mereka membunuhku akan kubunuh Prince Jio terlebih dahulu.
Aku tidak tau kenapa banyak sekali orang yang bernasip malang seperti ku disini. Kenapa Mereka semua bisa ada disini? Dan sejak kapan? Entahlah akan ku musnahkan kamar lamaku setelah Aku keluar dari sini!!
Mereka benar-benar mengikuti kata-kataku. Kini Kami mendaki sama-sama dan tidak ada perkelahian lagi. Semakin tinggi Kami mendaki semakin sepi disini. Sebagian dari Mereka kelelahan dan beristirahat sejenak. Tapi tidak dengan ku, ku biarkan jari-jari kakiku membengkak dan lututku melemas. Aku tidak perduli, Aku hanya ingin cepat pulang.
Kabut sudah mulai turun dan udara disini semakin dingin, Mereka menyuruhku berhenti tapi Aku tidak mendengarkan Mereka. Entah seberapa banyak lagi anak tangga yang harus ku lalui, Aku tidak perduli! Aku hanya menaiki anak tangga itu tanpa menoleh keatas.
BRAAK!!! Tubuhku terhempas kebawah, kurasa kaki ku sudah tidak sanggup berjalan lagi. Ku buka sepatu ku dan kulihat semua jari-jari kakiku sudah memerah. Aku duduk sejenak. Setiap ku menaiki anak tangga, Aku hanya berharap ini adalah anak tangga yang terakhir.
Kabut semakin tebal, ku berharap hujan tidak akan turun. Satu anak tangga lagi, satu anak tangga lagi, satu anak tangga lagi dan Kau akan sampai elsa! Itu yang selalu Aku katakan ketika Aku melangkahkan kakiku.
Aku melihat sesuatu diujung sana, kurasa sudah tidak ada anak tangga lagi, tapi dimana suratnya? Dan Kau harus tau kakiku sudah berdarah dan Aku sama sekali sudah tidak bisa berjalan.
Ku sadari tubuhku terhempas ke bawah. Tapi aku Melihat surat itu, Aku menemukannya! Tapi ketika Aku berhasil meraihnya ku rasakan anak panah itu sudah menancap dilenganku! Pangeran Jio berusaha mencabutnya tapi aku merasakan racun itu sudah mengalir ditubuhku.
__________________________________________________________
“Elsa bangun elsa! apa lenganmu baik-baik saja?”
Itu suara Jio, dan kurasa Aku sudah berada dikamar lamaku.