Bee dalam keadaan bad mood sekarang. Suasana hatinya yang kemarin sumringah sekarang deratis menurun bagaikan jiwanya diisap sang kegelapan-Dementor di siang bolong. Dari kemarin, semenjak pamannya pulang bekerja dari negeri Gajah putih dan Sumbawa, suasana hatinya menurun. Ditambah adik sepupunya yang tentunya cantik, dengan tidak bersalah dan mempunyai hak sebut saja dia bernama Caca membawa pacarnya! Membawa pacarnya ke rumah lagi! Ya, PACAR. Sejatinya ia tidak suka bila adik sepupunya membawa seorang makhluk yang bernama cowok. Jujur, ia berteman semenjak sekolah hingga lulus D1, hanya sebatas teman saja, tidak lebih menjadi sepasang kekasih. Sepasang kekasih apaan? Boro-boro saja ia tidak punya, apalagi pacaran. Pacaran menurut denifisinya cewek dan cowok sedang menjalin kasih dan suka. Beda lagi dengan menjalin ke pelamin layaknya suami-istri. Pasti pembaca di sini, pembaca di Wattpad di seluruh dunia pasti mengerti, kan? Bee memang punya teman cowok. Tetapi tidak lebih dari itu. Ia menganggap berteman dengan makhluk bernama cowok, cuma sebatas teman maupun teman curhat. Jadi, jangan salahkan menyalahkan kenapa ia tidak punya pacar. Memang adik sepupunya itu cantik dan pandai bergaul. Tidak seperti dirinya. Ia cenderung lebih suka menyindiri di kamar. Entah itu membaca buku, entah menulis, entah itu menonton film maupun kartun kesukaannya di internet. Monoton, bukan? Bagi anak milenial seumurannya itu adalah kegiatan paling membosankan sekaligus kegiatan paling konyol.
Saking mood-nya jelek, ia memutuskan membaca buku novel "My Lord" yang dibelinya di Shopee dua hari kemarinnya. Novel dari Wattpad, yang berpusat menceritakan seorang manusia lemah berhasil melepas segel dari sebuah patung, secara tiba-tiba dirinya diangkat menjadi ratu dari raja dari segala raja. Sampai memutuskan untuk ke penggilingan padi sang kakek dengan membawa buku tulisnya berisikan ceritanya yang ditulisnya serta dua majalah untuk bacaan. Kalau melihat dirinya mungkin orang-orang di sekelilingnya aneh. Seorang gadis cupu dan bodoh membawa buku. Ia sudah berjanji pada ibunya bila dirinya membelinya harus dibaca. Maka dari itu, jika membeli buku harus dibiasakan membaca. Sejatinya, ia berbeda dengan saudara-saudara yang suka sekali hang out atau sekadar berkumpul dengan teman-teman. Ia tidak suka keramaian atau berkumpul hal semacam itu. Ia memutuskan untuk makan sarapan di penggilingan padi daripada harus sarapan di rumah. Di sela makannya, Vitto tiba-tiba muncul diiringi cahaya kuning, duduk di sebelahnya.
"Kamu lagi apa?" tanyanya.
"Nih," jawabnya."Makan." Bee melahap telur sambal bali atau bahasa Jawa endhog bali kalau orang-orang Jawa biasa menyebutnya."Tumben ke sini?"
"Aku ke sini hanya mengunjungimu. Tumben kamu jam ke sini. Biasanya agak siangan."
"Iya. Karena adik sepupuku datang bersama pacarnya."
Vitto mengangguk."Pantas saja suasanamu kelihatan buruk."
"Memang aku lagi bad mood."
"Kamu bad mood atau iri nih sama adik sepupumu yang sudah punya pacar?" tebaknya, memiringkan kepalanya sedikit seraya menggoda.
"Dua-duanya!" ketusnya.
"Bee, aku ngerti kok kalau kamu enggak punya pacar atau teman cowok," kata Vitto."Semua orang boleh iri, termasuk kamu. Hal lumrah itu."
"Betul. Tapi gara-gara itu aku beragumentasi besar sama ibuku..."
"Sampai kayak begitu?"
"Iya. Padahal aku membela yang benar. Aku tahu, kalau adik sepupuku itu sudah ditinggal sama ibunya-tanteku. Tapi ya jangan kayak begitu. Terus, ibuku bilang, aku anak egois dan kayak anak kecil, malu-maluin di depan pacarnya adik sepupuku. Kata ibuku, dia sudah dewasa, berhak membawa pacarnya ke rumah dan ibuku enggak berhak melarangnya kalau dia beneran jodoh sama cowoknya ya enggak masalah. Ya, aku akui aku memang egois. Tapi enggak kayak adik sepupuku yang malas, mendadak diperintah dulu, dan manja. Nada ibuku tadi seakan membelanya."
Setelah beragumentasi besar tersebut, ia seperti biasa, jika ada masalah, menuliskan pesan di handpone Nokia C30. Dituliskannya-seperti ia sering mengirim chat curhatannya di WhatssAp almarhum tantenya seperti sekarang.
Te, hari ini aku bad mood dalam keadaan bad mood super! Aku habis beragumentasi sengit sama ibu. Gara-gara aku sama anakmu, Caca, egois. Padahal kan, aku cuma baca buku doang! Cuma baca BUKU! Aku emang iri bila anakmu itu pacaran sama bawa cowoknya ke rumah. Sebenarnya ibu itu cuma salah paham. Te, kalau Tante masih ada, ketiga anakmu enggak ke sini, mungkin aku sama ibu enggak bakal berantem sampe berlarut-larut. Aku ngerasa ya, Te, selama ketiga anakmu di sini, aku kayak enggak berasa di rumah sendiri! SUNGGUH! Emang aku egois, tapi jangan samakan aku sama ketiga anakmu yang super manja itu. Aku lanjutin, Te. Aku tahu aku ini bodoh. Bodoh dalam segala hal, tapi aku tetap pada pendirianku. Kenapa aku enggak pacaran, kenapa aku enggak mengenal cowok. Bukan karena sifat egoisku! Sama sekali BUKAN! Aku enggak kepingin pacaran karena aku masih mengejar impianku, mengejar masa depanku. Pasti di sana juga ada cowok yang berprinsip sama sepertiku. Bahkan aku juga punya temen yang lebih pengertian dari pacarnya Caca. Kalau sudah waktunya, cocok, semoga seperti apa yang kuharapkan, dan aku BUKTIKAN kepada mereka semua!
Terkirim:
17:52:10
Hari ini
Pengiriman telah gagal
Tante Lidyawati
085xxxxx
Jelas saja dari lubuk hatinya ia tidak suka dan sangat malas mendengarnya. Dulu sewaktu ia kuliah, pernah memberitahu temannya yang ingin sekali berkunjung ke rumahnya. Namun, ia melarangnya dengan halus sambil mengatakan,"Jangan ke rumahku. Ayahku galak."
Temannya bersikeras ingin ke rumahnya asalkan dia pulang tepat waktu dan tidak cari oleh orangtuanya. Terpaksa, ia mengajaknya ke rumah dan di rumah mengajaknya makan.
"Kata ibu, aku sekarang sifatnya enggak kayak dulu. Sifatku beda."
"Kata siapa sifatmu beda? Sifatmu memang keras kepala. Tapi aku suka dengan pendirianmu yang teguh dan kamu pertahankan itu. Sifatmu enggak berubah. Seperti Bee yang aku kenal. Mungkin saja sifatmu berubah itu apa karena ada ketiga adik sepupumu," tebak Vitto."Pasti kamu juga kewalahan menghadapi ketiganya."
"Betul. Aku sampai kewalahan menghadapi ketiganya. Kadang aku malas."
"Diam saja. Cuma diam, dan kamu dengarkan. Sifatmu itu lebih dewasa ketimbang ketiga adik sepupumu. Selama aku menjadi temanmu, kamu tahu? Cara berpikirmu itu yang logis. Kalau ibumu mengatakan cara berpikirmu seperti anak kecil, bagiku itu enggak! Salah besar!" Vitto membeo.
"Ibuku juga bilang kalau aku enggak membutuhkan saudara. Saudara-saudaraku jika keluargaku dalam kesusahan, mereka sama sekali tidak datang menjenguk. Seperti waktu tanteku yang meninggal tahun lalu..."
"Berarti mereka yang jahat padamu. Aku juga enggak suka punya saudara model kayak begitu. Apalagi VITTO Kecil sama Keke. Kalau mereka ngomong begini dan begitu. Diam saja."
"Aku kadang jawab iya, kadang diam saja kalau mereka ngomong. Aku dengerin."
Saudara-saudara dari pihak ayahnya, terutama tante dan kedua budhenya menceramahinya. Ia akan diam, terkadang cuma menjawab sekadarnya agar ketiganya tidak sakit hati. Sakit hati? Sebenarnya dirinyalah yang sakit hati atas omongan mereka. Tentang dirinya kuper, tidak punya teman, tidak punya teman. Tak apa sakit karena batin daripada sakit secara fisik.
"Kamu sebenarnya iri karena adik sepupumu karena kamu enggak punya pacar, kan?"
Deg.
Sukses! Perkataan dari Vitto Aradhana, pemuda manis dan groupies-nya seambrek-ambrek. Yang dibalas dengan cueknya, membuatnya telak di dada.
"Kamu benar... Aku iri enggak punya pacar..."
"Oala, jangan kayak begitu. Kamu pasti bisa dapat pacar yang lebih baik ketimbang cowoknya adik sepupumu. Bukan dari segi fisiknya, tapi hati dan ikhlas menerimamu apa adanya." Sambil menepuk pundaknya."Pengarangku-pengarang kami bisa punya PACAR! Rasa irimu itu suatu saat akan terbalaskan dengan caramu sendiri-dari hasil usahamu yang sekarang!"
Bee tersenyum, tersentuh. Menyentuh tangan Vitto yang memakai sarung tangan terbuka warna hitam."Terima kasih," ucapnya.
Vitto membalasnya dengan cengiran lebarnya. Mirip seperti Uzumaki Naruto sangat menghibur temannya satu kelompok, Haruno Sakura yang kehilangan Sasuke saat cowok itu menghilang, memutuskan pergi dari Desa Konohagakure.