"Hai, Bee!" panggil Vitto muncul di dalam kamarnya. Pemuda hitam manis itu kembali mengunjunginya seperti biasanya. Dia menghampiri kasur, duduk di pinggir kasur. Menatap gadis yang masih culunnya itu tampak sedang menulis di handpone.
"Kamu sedang menulis cerita?"
Bee menoleh, menyapa,"Oh, hai, To. Iya, aku lagi menulis."
"Yang ada tokohnya kami bertiga?" Vitto memastikan.
"Yups, tapi kayaknya bakalan panjang cerita ini. Maksudnya, per bab-nya..."
"Oh, ya?" Vitto menatap ke layar handpone."Tapi, ada yang mau membaca ceritamu ini?"
"Ada. Yah, itu, masih sedikit," Bee meringis. Meringis dalam miris.
"Jangan begitu, dong, Bee, enggak mungkin enggak ada pembaca yang mau mau membaca ceritamu. Tuh, buktinya, biar pengikutnya cuma 77 follower, tapi masih untung ada yang mau membaca dan menjadi pengikutmu," tunjuknya.
Bee melihat ada 77 pengikut yang artinya ada pembaca yang mau, yang setia membaca ceritanya. Cuma cerita abal-abal.
"Masih untung, sih. Tapi enggak ada kemajuan kalau kayak begini..." katanya murung.
"Biar sedikit, kamu masih tetap menulis, kan? Aku tahu kamu bisa, Bee, setiap penulis mungkin ada titik terendahnya sebelum karyanya menjadi terkenal. Bahkan ada yang sering ditolak sama penerbit besar. Selain kamu menulis di sini—patflom ini, karya kamu ada yang sudah kamu coba kirim ke penerbit?"
"Sudah. Sampai kucoba kirim ke beberapa bila itu ada yang ditolak, bahkan ditolak mentah," kata Bee.
Vitto merasa iba melihat sang pengarangnya yang ternyata sudah dengan beraninya mencoba mengirimkan beberapa karya buatannya ke penerbit besar. Dan, kemungkinan besar sekali untuk ditolak. Menepuk pundaknya pelan."Aku mengerti kamu sudah berusaha dan itupun gagal selalu. Aku yakin, pasti karyamu ada penerbit besar yang mau menerima naskah buatanmu," ucap Vitto memberi penghiburan dan semangat."Berpikirlah positif."
Bee mengangguk.
"Terima kasih."
Mereka pun melanjutkan obrolan. Kali ini, pemuda itu bercerita tentang gadis lolita, siapa lagi kalau bukan Khalisya Veronica Grabille, yang ternyata sedang memodifikasi sepeda motornya—sepeda motor tril. Entah sepeda motor itu akan dimodifikasi seperti apa. Mereka tidak tahu. Dan saudaranya, VITTO Gabrille, yang mana sudah membeli banyak buku di toko buku. Bee berhenti menulis, menyimak penuturan cerita Vitto. Yah, dibilang aneh, gadis itu tidak luput dari teman imajinasinya yang dibuat sendiri. Memang, ia punya teman, tetapi tidak sedekat seperti saudara-saudaranya yang diajak hang out bareng. Karena sejatinya gadis culun itu sebenarnya suka menyendiri dan tidak mempunyai seorang teman.