Mereka masih mencari pemuda itu.
"Kamu bertemu pemuda misterius tadi di mana?" tanya Gino.
"Baru saja. Waktu saya melewati toilet wanita," kata Ayu. Rambutnya yang dikuncir kuda tersibak angin serta poninya.
"Bisa-bisanya dia memasang bom di kampus. Apa mungkin ada kaitannya dia dan abangmu?"
Ayu terdiam sebentar."Mungkin saja. Kalau kita enggak bisa mencari pelakunya mungkin-ah!"
"Ada apa?"
"Pelaku!" Ia teringat akan sesuatu."Pasti pelaku pencurian yang diberitakan itu!"
"Apakah pelaku pencurian?"
"Ya, pasti dia! Firasatku mengatakan adalah pelaku yang memasang bom di kampus."
"Apakah kamu bisa merasakan daya sihir orang itu? Kalau kita mencari seperti ini, mungkin enggak bakalan ketemu. Kamu punya kemampuan Pendeteksi Sihir?"
"Punya. Tapi, saya memakai Pendeteksi Sihir, sihir saya bakal terkuras dan cepat merasa lelah."
"Coba saja," pinta Gino.
Ayu mencoba menggunakan Pendeteksi Sihir. Kedua tangannya memegang pundak, memenjamkan kedua mata. Saat menggunakan Pendeteksi Sihir, ia mencoba merasakan daya sihir si pelaku. Berpencar mencari satu per satu. Tempat pertama, mencari di sekitar kampus, ruang kelas, kantor rektor, kantor dosen, taman, area parkir hingga ke seluruh dalamnya bahkan gedung sekolah di sekitar kampus.
"Enggak ada," gumamnya pelan.
Berikutnya berpindah ke tempat lain. Menjelajahi seluruh kota. Gedung-gedung pencakar langit, gedung-gedung sekolah yang lain, pusat perbelanjaan, lapangan bola taman, pertokoan, rumah makan, cafe, kantor-kantor, gedung-gedung apartemen. Sekitar jalan dan pertigaan. Gedung opera, perumahan elit, rumah-rumah biasa, taman bermain, pabrik hingga semuanya dijelajahi.
"Ayu?" Gino memastikan.
Ayu tidak menjawab. Fokus tetap mencari. Mencari hingga ke ujung kota namun saat dicari, tidak ada. Keringat di dahinya keluar. Membuka kedua matanya.
"Ah!"
"Ayu? Kamu enggak apa-apa, kan?"
Napas Ayu tersengal.
"Sa-saya... Baik-baik saja..."
"Bagaimana? Ketemu?"
"Be-belum... Sepertinya dia kabur dengan cara menghilang," ucap Ayu.
"Dengan cara menghilang, ya?" Gino tampak berpikir."Gadis Kecil, pegangan yang erat!"
"Tuan mau ngapain?"
"Saya akan membuka mulut. Cepat, pegangan yang erat!"
Ayu segera berpegangan erat. Gino membuka mulutnya yang besar, di dalam mulutnya tampak ada sebuah dimensi berwarna ungu muda.
"Bersiaplah!" sahut Gino.
Ada sesuatu muncul. Awalnya kecil, sebesar tangan, melainkan seperti yah jika dilihat-lihat mirip seperti benda berbingkai bulat terlempar. Ayu segera menangkapnya.
Hap!
"Kacamata?" Ayu tampak bingung.
"Ya, itu kacamata!"
"Tapi, buat apa kacamata ini?" tanya Ayu."Apakah ini senjata sihir?"
"Iya, itu senjata sihir. Cepat kamu pakai!" perintah Gino."Dengan memakai kacamata itu, kamu bisa melihat si pelaku!"
Ayu memakainya. Kacamata bulat itu di balik lensanya muncul semacam sihir. Sihir yang dapat melihat sesuatu yang tak kasatmata. Langsung saja mendeteksi.
"Bagaimana?"
"Sebentar, Tuan." Ia mencoba melihat ke sekeliling. Seperti mencari sihir pelaku tadi.
"Kamu fokuskan terus mencari!" kata Gino."Terus, seseorang seperti apa orang yang kamu temui?"
Ayu menjelaskan ciri-cirinya."Tapi, mukanya tertutupi masker..." Ia terus mencari. Mencari pelaku di seluruh penjuru kota.
"Ah!"
"Ada apa, Gadis Kecil?"
"Orangnya sedang keluar di salah satu rumah..."
"Terus?"
"Dia menggunakan seperti... Bukan, dia meminum sesuatu kayak ramuan... Dia menghilangkan dirinya dan keluar dari rumah. Entah di mau ke mana..." Matanya fokus."Itu dia! Kita kejar keburu dia pergi!" kata Ayu."Ayo, Tuan Gino!"
Gino mempercepat terbangnya. Dengan Kacamata Sihir Pencari, mereka mengikuti di mana pelaku itu pergi. Mereka malah kembali ke arah kampus.
"Di sebuah bangunan! Eh, kita kok kembali ke kampus?" kata Ayu."Tunggu... Dia masuk di sebuah taman belakang entah untuk ap—bahaya!" katanya lagi."Dia seperti mempersiapkan sesuatu!" Di selanya menemukan pelaku, rasa khawatir hinggap kembali. Firasatnya mengatakan tidak enak."Pasti dia ingin meledakan kampus!"
"Kita kejar!" Gino melesat terbang turun ke bawah. Saking cepatnya terbang, Gino tidak memperlambat laju terbangnya agak oleng. Ayu yang masih mencari dengan menggunakan sihirnya terantuk ranting pohon dan tanpa aba-aba dia merosot hampir terjatuh ke bawah.
"Pegangan!" pekik Gino.
Ayu berteriak. Kacamatanya masih melacak. Kedua tangannya berpegangan erat dengan rantai yang terhubung oleh Gino.
Gino menyeimbangkan tubuhnya. Masih meluncur cepat. Mereka melesat turun. Ayu menatap sekeliling kampus. Matanya menangkap sesuatu. Di dekat dinding di antara rerumputan, ia melihat sesosok pemuda dengan mengenakai setelan jubah berwarna hitam seperti mengerjakan sesuatu.
"Orang itu mencurigakan," kata Ayu."Kita ke sana Tuan Gino."
Gino menurut, melayang ke arahnya. Melayang turun agak menjauh dari pemuda itu. Ayu turun, berjalan mengendap-endap. Ia curiga apa yang sedang dilakukannya. Menatap dengan seksama. Pemuda itu tampak menekan tombol-tombol di sebuah handpone. Di dalam handpone, terlayar sebuah tanda peringatan disertai backsound.
Device of Active.
"Device of Active?" kata Ayu bingung.
Setelah menekan tombol, dia menoleh kaget melihat Ayu."Kamu!"
Ayu segera waspada.
"Kenapa kamu ada di sini?" tanyanya, menyembunyikan handpone-nya di balik jubah.
Ayu waspada.
Pemuda itu seketika mengetahui kenapa gadis ini memasang wajah waspada."Saya tahu. Kamu sudah mengetahui bahwa kampus yang ada di depan ini akan diledakan?"
"Untuk apa Anda ingin meledakannya?"
Pemuda itu tersenyum. Senyum yang dipasang senyum menyeringai.
"Kamu ingin mengetahui alasannya? Ternyata, gadis mungil sepertimu peka juga, ya. Saya sebenarnya enggak menyukai mereka—dua orang itu," ungkapnya."Pastinya kamu mengenali dua orang itu."
"Dua orang itu? Siapa?"
"Jangan pura-pura bodoh, Martha."
"Martha? Saya bukan Martha!"
"Apakah kamu tahu, siapa mereka?" katanya mengabaikan perkataan Ayu."Merekalah yang membuatku seperti ini! Seperti seseorang pecundang yang mana setiap keberhasilannya tidak diakui!" Menatap Ayu kembali."Rangga dan Virgo... Aku tidak akan memaafkan mereka!" Tangannya merogoh handpone di balik jubahnya."Dan, gara-gara mereka, kamu menjadi korban..."
"Apa yang kamu maksudkan? Mereka telah membuat siapa-Martha..."
"Kamu tahu sendiri," katanya getir.
"Maksudnya, membuat Martha meninggal?" Ayu tidak percaya."Abang saya..." Ia menunduk. Abangnya melakukan sesuatu kecelakaan? Kecelakaan yang membuat korbannya tewas.
Pemuda itu mencoba melihat tombol aktif. Ada sebuah peringatan masuk,"Alat akan mulai aktif."
"Mulai aktif, ya? Alat ini akan berjalan dimulai dari hitungan mundur," ucapnya.
Ayu terkejut, segera berlari menghentikannya sebelum terlambat. Kampus berada di tangannya sekarang. Jika tidak, kampus di depannya akan meledak."Anda ingin meledekkan kampus milik kami, ya?!" katanya, berusaha merebut handpone di tangan pemuda itu. Naas, saat akan merebutnya, ia terdorong ke belakang, terjatuh yang dirinya tidak tahu di bawah kakinya terdapat sebuah lingkaran-jebakan yang sudah dipasangnya sebelum ia datang.
"Apa ini?!"
"Bagus," katanya."Kamu telah masuk ke dalam perangkapku!"
"Perangkap?!" Ayu melotot menatap sebuah lingkaran sihir di bawa kakinya mulai muncul sinar di sekelilingnya. Sinarnya merambat melilit kaki hingga ke seluruh tubuhnya. Ia berteriak.
Gino mendengarnya agak menjauh segera terbang menyusulnya."Ayu!!" Akan menolong, tidak sempat karena terpental menjauh, terjatuh beberapa meter hingga tidak sadarkan diri. Tubuh Ayu tertutupi oleh sihir hitam. Sihir hitam itu membungkusnya membesar sebesar bola raksasa, menutupi area kampus dan sekelilingnya. Pemuda itu merogoh sesuatu di balik jubah. Memerlihatkan sebuah botol mungil, di dalamnya ada sebuah cairan berbentuk transparan. Membuka tutupnya, meneguknya sekali teguk. Setelah meminumnya, menyimpan botol ke dalam jubahnya. Sontak, lama-lama tubuhnya sedikit transparan dan mulai menghilang.