Read More >>"> Bee And Friends (Bab 5: We live not In your Imagination, But In your Life ) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Bee And Friends
MENU
About Us  

Hari-hari Bee seperti monoton bagaikan lari maraton. Ya, ia menyapu halaman rumah. Sudah tidak ada gulma, lagi. Hanya tinggal menyapu daun-daun kering dan bunga-bunga Sakura ibu yang kering dan berjatuhan. Berkat Vitto yang membantunya mencabuti waktu itu, jadi tugasnya berkurang. Matahari menyinari langit. Tampak cerah. Hawa dingin menerpanya. Sambil mengarahkan sapu lidi ke bagian yang di sapu. Mengumpulkannya menjadi satu. Namun ada sisa gulma yang belum tercabut. Memang menyapu atau membersihkan rumah adalah rutinitas—yang wajib dilakukan sebagian orang Terutama bagi Bee. Bagi seorang cewek yang termasuk suka kebersihan dan sekali melihat hal-hal kotor, misalnya menyapu, dengan segera ia membersihkannya mau tak mau bila tak dibersihkannya akan tetap terus ada. Sungguh capek memang. Dengan ini ia bisa mendapatkan keringat dan selalu banyak bergerak. Sekelebat ingatannya tentang tantenya kembali ingat. Merasakan rasa rindu yang mendalam. Merasa hampa dan ada yang kurang. Tak diketahuinya, sosok pemuda yang sama, muncul suara yang sama memanggil-manggil namanya diselingi kumpulan cahaya kuning kemilau.

"Bee, Bee..."

Cowok itu.

VITTO.

Dia muncul di dekat mobil biru besar bermerek Haeilin milik ayahnya yang terpakir. Tanpa ditutupi kerudung mobil untuk menutupinya. Bee menghentikan menyapunya, menoleh,"VITTO Kecil," katanya.

"Lagi ngapain kamu?"

"Nih, lihat," ia menunjuk pada daun-daun kering dan bunga-bunga sakura yang layu dikumpulkannya menjadi satu.

VITTO mendekatinya. Dia tahu sehari-harinya gadis tersebut seperti itu.

"Kata Vitto Besar, kamu kemarin sedih ya?"

"Ah ya... Eh, dia memberitahumu kemarin?" tanyanya.

"Iya, aku kemarin ke belakang kerajaan, nemuin dia. Terus di markas prajurit sihir aku dikasih tahu. Kemarinnya lagi si Keke juga ngasih tahu soal itu. Tapi aku belum sempat mengunjungimu. Maaf, aku kemarin sibuk. Mumpung longgar, ya sudah aku ke sini, ngelihat keadaanmu," ceritanya.

Dari mereka bertiga, memiliki perbedaan sifat, tetapi ketiga sangatlah kompak dan mau bekerja sama. Seperti sekarang ini. Mereka kompak menghiburnya. VITTO menatap mukanya. Raut temannya berubah. Seperti ada sesuatu. Dia mencoba menebak—temannya sedang terlihat sedih. Dia merasa ikut sedih. Mereka bertiga, selain dihadapan orang terdekatnya dan orang lain, terlihat tak nyata. Bagi Bee sendiri, mereka terlihat nyata dan solid.

"Kamu kenapa sedih? Ada sesuatu yang kamu ingat?"

"Ada."

"Apa?"

"Tanteku," kata Bee.

"Tantemu yang meninggal tahun kemarin?"

"Iya. Tahu enggak, TO? Semenjak tanteku itu enggak ada, ketiga anaknya—ketiga adik sepupuku hidupnya enggak keruan. Yang sulung saja sampai pindah sekolahnya di sini. Padahal di sana masih ada dua tanteku. Tanteku yang satunya kan bisa menjaga sama merawat mereka? Memang di sini bisa, tapi aku tuh sebetulnya agak keberatan sama enggak kuat menjaga sama ngerawat anak-anaknya tanteku. Tapi, mau gimana lagi?"

"Kalau mereka sudah betah di sana, tinggal di sana, ngapain mereka pindah? Kamu bilang, ada tantemu yang lain di sana. Makin ruwet ya. Aku kok ikut pikiranmu, sih," VITTO tersenyum getir."Kamu bisa menghadapinya kok Bee, aku yakin."

"Dulu, semenjak ada tanteku, sifat mereka enggak begitu lho di sana. Mereka penurut—yang anaknya pertama saja, dibilang enak, penurut. Yang kedua dan ketiga itu yang menurutku enggak..."

"Mereka enggak dikontrol."

"Aku tahu, mereka sebenarnya enggak dikontrol. Kalau tante masih ada, mungkin enggak jadi begini... Aku rindu sama tanteku. Dia juga orang yang mendukung bakatku menulis, orang yang tahu selain ibuku kalau aku orang suka sekali membaca buku..."

"Orangnya—tantemu itu seperti apa?"

Tantenya. Tantenya dari pihak ibunya—adik nomor dua dalam keluarga ibunya. Orang yang pengertian, baik hati, tidak pelit, tak suka mengumbar harta, suka berbagi, orang yang sederhana, dan yang satu ini yang disukai oleh Bee; tak pernah membeda-bedakan semua sepupunya. Di matanya semuanya sama.

"Dia orangnya seperti itu," tambahnya.

"Tapi kamu enggak ngelupainnya, kan?"

Bee menggeleng kuat.

"Enggak. Dia orang yang paling dekat denganku. Kamu lihat, TO, dulu sewaktu aku setengah bulan di sana, di Kalimantan Timur, aku malah enggak dibolehin ngapain-ngapain. Malah aku nyapu saja enggak dibolehin."

"Kamu ke sana ngapain? Kok lama betul?"

"Aku ke sana mengunjungi sama ngerawat kakekku yang sedang sakit. Kakekku sekarang sudah enggak ada. Sudah meninggal..."

VITTO terdiam.

"Bee, memang kita memiliki orang yang kita sayangi, walau sekali itu mereka enggak ada. Belum bisa melupakan seperti yang kamu rasakan. Aku tahu kok, orang yang kamu sayangi lebih bangga terhadapmu. Karena sejatinya mereka dekat denganmu dan mereka bisa menitipkanmu, jauh dari orang tuamu." Kali ini VITTO tersenyum penuh arti. Senyumannya amat manis. Hanya sebatas karakter fiksi belaka."Jangan sedih. Kalau kamu sedih, kayak gini, aku—kami bertiga ikut sedih. Kami adalah bagianmu. Bagian dari imajinasi semata yang dianggap orang-orang imajinasi yang mungkin kata orang seperti anak kecil tetapi kami bukan imajinasi semata doang, melainkan sudah masuk dalam kehidupan nyatamu! Kamu berduka, kami ikut berduka. Kamu merasa bahagia, kami akan ikut merasa bahagia," pesan VITTO yang menurut Bee sangat panjang. Baginya, tulisan, perkataan panjang sudah biasa baginya. Itupun ditulis dalam ceritanya. Ia sangat tahu, mengerti pemuda di sampingnya sekarang berkata demikian.

VITTO masih nenampilkan senyumnya yang manis.

"Gimana? Sudah mendingan sekarang?" tanyanya. Dia tahu, Bee, jika curhat kepada orang lain ataupun orang tuanya yang ada dan ia pernah bercerita akan dibalikan fakta. Sebenarnya bercerita kepada orang lain maupun orang terdekat itu hal yang biasa saja, sering dilakukan. Kalau tidak seperti itu ia akan dicap seorang anak atau gadis yang tidak pernah keluar. Sudah cukup ia diejek seperti itu. Namun, ia sekarang memiliki teman jauh di ranah kota jauh. Dan memiliki hobi yang sama yaitu penulis.

Ia tersenyum.

"Mau kubantuin?" tawar VITTO.

"Enggak, terima kasih. Aku bisa selesaikan sendiri," tolaknya halus.

"Kalau kamu ada masalah, ada apa-apa, kami bakal mengunjungimu," ujar VITTO, mendongak menatap langit, menandakan teriknya matahari sudah di atas. Menunduk, menatap kembali Bee, yang dahinya sudah berkeringat."Aku pamit, ya. Bye, Bee!" dia menghilang, seperti waktu dia muncul. Cahaya kemilau kuning menyinari tubuhnya.

Bee kembali melanjutkan menyapu, membuang daun-daun kering dan bunga-bunga sakura layu lalu melangkah kaki membuka pagar, membuangnya ke tempat sampah di depan rumah.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Rumah yang Tak Pernah Disinggahi Kembali
410      291     0     
Short Story
Tawil namanya. Dia berjalan hingga ke suatu perkampungan. Namun dia tidak tahu untuk apa dia berada di sana.
Without End
1163      487     1     
Mystery
Di tahun akhir masa SMA nya, atas ajakan dari sahabat baiknya, ia ikut kencan buta dan bertemu dengan pria tampan dengan perilaku yang sangat sopan. Ia merasa bahwa pria tersebut memiliki sisi lain dan tak bisa tak menjadi tertarik, hingga mengantarkan dirinya sendiri terjebak ke dalam lubang yang ia gali sendiri. Kebahagiaan, ketakutan, perasaan terbelenggu, tercekik, sesak nafas, dan ha...
The Twins
4007      1381     2     
Romance
Syakilla adalah gadis cupu yang menjadi siswa baru di sekolah favorit ternama di Jakarta , bertemu dengan Syailla Gadis tomboy nan pemberani . Mereka menjalin hubungan persahabatan yang sangat erat . Tapi tak ada yang menyadari bahwa mereka sangat mirip atau bisa dikata kembar , apakah ada rahasia dibalik kemiripan mereka ? Dan apakah persahabatan mereka akan terus terjaga ketika mereka sama ...
BlueBerry Froze
3436      1071     1     
Romance
Hari-hari kulalui hanya dengan menemaninya agar ia bisa bersatu dengan cintanya. Satu-satunya manusia yang paling baik dan peka, dan paling senang membolak-balikkan hatiku. Tapi merupakan manusia paling bodoh karena dia gatau siapa kecengan aku? Aku harus apa? . . . . Tapi semua berubah seketika, saat Madam Eleval memberiku sebotol minuman.
BigHope Company
14      11     0     
Short Story
Seharusnya, aku tahu bahwa aku dan dia tidak bisa bersama. Semesta membuatku terlalu jatuh dalam pesonanya yang bersinar layaknya cahaya di tengah-tengah kegelapan. Lantas, apakah perasaanku ini hanyalah sebuah kesalahan belaka? Apapun itu ... aku bahagia pernah menaruh rasa untukmu. Idolaku sekaligus Bosku.
Bus dan Bekal
2234      1052     6     
Romance
Posisi Satria sebagai seorang siswa sudah berkali-kali berada di ambang batas. Cowok itu sudah hampir dikeluarkan beberapa kali karena sering bolos kelas dan lain-lain. Mentari selalu mencegah hal itu terjadi. Berusaha untuk membuat Satria tetap berada di kelas, mendorongnya untuk tetap belajar, dan melakukan hal lain yang sudah sepatutnya seorang siswa lakukan. Namun, Mentari lebih sering ga...
Story of April
1604      671     0     
Romance
Aku pernah merasakan rindu pada seseorang hanya dengan mendengar sebait lirik lagu. Mungkin bagi sebagian orang itu biasa. Bagi sebagian orang masa lalu itu harus dilupakan. Namun, bagi ku, hingga detik di mana aku bahagia pun, aku ingin kau tetap hadir walau hanya sebagai kenangan…
DELUSION
4275      1463     0     
Fan Fiction
Tarian jari begitu merdu terdengar ketika suara ketikan menghatarkan sebuah mimpi dan hayalan menjadi satu. Garis mimpi dan kehidupan terhubung dengan baik sehingga seulas senyum terbit di pahatan indah tersebut. Mata yang terpejam kini terbuka dan melihat kearah jendela yang menggambarkan kota yang indah. Badan di tegakannya dan tersenyum pada pramugari yang menyapanya dan menga...
Photobox
4656      1241     3     
Romance
"Bulan sama Langit itu emang bersama, tapi inget masih ada bintang yang selalu ada." Sebuah jaket berwarna biru laut ditemukan oleh Langit di perpustakaan saat dia hendak belajar, dengan terpaksa karena penjaga perpustakaan yang entah hilang ke mana dan Langit takut jaket itu malah hilang, akhirnya dia mempostingnya di media sosialnya menanyakan siapa pemilik jaket itu. Jaket itu milik Bul...
The Red String of Fate
590      403     1     
Short Story
The story about human\'s arrogance, greed, foolishness, and the punishment they receives.