Loading...
Logo TinLit
Read Story - Bee And Friends
MENU
About Us  

Hari-hari Bee seperti monoton bagaikan lari maraton. Ya, ia menyapu halaman rumah. Sudah tidak ada gulma, lagi. Hanya tinggal menyapu daun-daun kering dan bunga-bunga Sakura ibu yang kering dan berjatuhan. Berkat Vitto yang membantunya mencabuti waktu itu, jadi tugasnya berkurang. Matahari menyinari langit. Tampak cerah. Hawa dingin menerpanya. Sambil mengarahkan sapu lidi ke bagian yang di sapu. Mengumpulkannya menjadi satu. Namun ada sisa gulma yang belum tercabut. Memang menyapu atau membersihkan rumah adalah rutinitas—yang wajib dilakukan sebagian orang Terutama bagi Bee. Bagi seorang cewek yang termasuk suka kebersihan dan sekali melihat hal-hal kotor, misalnya menyapu, dengan segera ia membersihkannya mau tak mau bila tak dibersihkannya akan tetap terus ada. Sungguh capek memang. Dengan ini ia bisa mendapatkan keringat dan selalu banyak bergerak. Sekelebat ingatannya tentang tantenya kembali ingat. Merasakan rasa rindu yang mendalam. Merasa hampa dan ada yang kurang. Tak diketahuinya, sosok pemuda yang sama, muncul suara yang sama memanggil-manggil namanya diselingi kumpulan cahaya kuning kemilau.

"Bee, Bee..."

Cowok itu.

VITTO.

Dia muncul di dekat mobil biru besar bermerek Haeilin milik ayahnya yang terpakir. Tanpa ditutupi kerudung mobil untuk menutupinya. Bee menghentikan menyapunya, menoleh,"VITTO Kecil," katanya.

"Lagi ngapain kamu?"

"Nih, lihat," ia menunjuk pada daun-daun kering dan bunga-bunga sakura yang layu dikumpulkannya menjadi satu.

VITTO mendekatinya. Dia tahu sehari-harinya gadis tersebut seperti itu.

"Kata Vitto Besar, kamu kemarin sedih ya?"

"Ah ya... Eh, dia memberitahumu kemarin?" tanyanya.

"Iya, aku kemarin ke belakang kerajaan, nemuin dia. Terus di markas prajurit sihir aku dikasih tahu. Kemarinnya lagi si Keke juga ngasih tahu soal itu. Tapi aku belum sempat mengunjungimu. Maaf, aku kemarin sibuk. Mumpung longgar, ya sudah aku ke sini, ngelihat keadaanmu," ceritanya.

Dari mereka bertiga, memiliki perbedaan sifat, tetapi ketiga sangatlah kompak dan mau bekerja sama. Seperti sekarang ini. Mereka kompak menghiburnya. VITTO menatap mukanya. Raut temannya berubah. Seperti ada sesuatu. Dia mencoba menebak—temannya sedang terlihat sedih. Dia merasa ikut sedih. Mereka bertiga, selain dihadapan orang terdekatnya dan orang lain, terlihat tak nyata. Bagi Bee sendiri, mereka terlihat nyata dan solid.

"Kamu kenapa sedih? Ada sesuatu yang kamu ingat?"

"Ada."

"Apa?"

"Tanteku," kata Bee.

"Tantemu yang meninggal tahun kemarin?"

"Iya. Tahu enggak, TO? Semenjak tanteku itu enggak ada, ketiga anaknya—ketiga adik sepupuku hidupnya enggak keruan. Yang sulung saja sampai pindah sekolahnya di sini. Padahal di sana masih ada dua tanteku. Tanteku yang satunya kan bisa menjaga sama merawat mereka? Memang di sini bisa, tapi aku tuh sebetulnya agak keberatan sama enggak kuat menjaga sama ngerawat anak-anaknya tanteku. Tapi, mau gimana lagi?"

"Kalau mereka sudah betah di sana, tinggal di sana, ngapain mereka pindah? Kamu bilang, ada tantemu yang lain di sana. Makin ruwet ya. Aku kok ikut pikiranmu, sih," VITTO tersenyum getir."Kamu bisa menghadapinya kok Bee, aku yakin."

"Dulu, semenjak ada tanteku, sifat mereka enggak begitu lho di sana. Mereka penurut—yang anaknya pertama saja, dibilang enak, penurut. Yang kedua dan ketiga itu yang menurutku enggak..."

"Mereka enggak dikontrol."

"Aku tahu, mereka sebenarnya enggak dikontrol. Kalau tante masih ada, mungkin enggak jadi begini... Aku rindu sama tanteku. Dia juga orang yang mendukung bakatku menulis, orang yang tahu selain ibuku kalau aku orang suka sekali membaca buku..."

"Orangnya—tantemu itu seperti apa?"

Tantenya. Tantenya dari pihak ibunya—adik nomor dua dalam keluarga ibunya. Orang yang pengertian, baik hati, tidak pelit, tak suka mengumbar harta, suka berbagi, orang yang sederhana, dan yang satu ini yang disukai oleh Bee; tak pernah membeda-bedakan semua sepupunya. Di matanya semuanya sama.

"Dia orangnya seperti itu," tambahnya.

"Tapi kamu enggak ngelupainnya, kan?"

Bee menggeleng kuat.

"Enggak. Dia orang yang paling dekat denganku. Kamu lihat, TO, dulu sewaktu aku setengah bulan di sana, di Kalimantan Timur, aku malah enggak dibolehin ngapain-ngapain. Malah aku nyapu saja enggak dibolehin."

"Kamu ke sana ngapain? Kok lama betul?"

"Aku ke sana mengunjungi sama ngerawat kakekku yang sedang sakit. Kakekku sekarang sudah enggak ada. Sudah meninggal..."

VITTO terdiam.

"Bee, memang kita memiliki orang yang kita sayangi, walau sekali itu mereka enggak ada. Belum bisa melupakan seperti yang kamu rasakan. Aku tahu kok, orang yang kamu sayangi lebih bangga terhadapmu. Karena sejatinya mereka dekat denganmu dan mereka bisa menitipkanmu, jauh dari orang tuamu." Kali ini VITTO tersenyum penuh arti. Senyumannya amat manis. Hanya sebatas karakter fiksi belaka."Jangan sedih. Kalau kamu sedih, kayak gini, aku—kami bertiga ikut sedih. Kami adalah bagianmu. Bagian dari imajinasi semata yang dianggap orang-orang imajinasi yang mungkin kata orang seperti anak kecil tetapi kami bukan imajinasi semata doang, melainkan sudah masuk dalam kehidupan nyatamu! Kamu berduka, kami ikut berduka. Kamu merasa bahagia, kami akan ikut merasa bahagia," pesan VITTO yang menurut Bee sangat panjang. Baginya, tulisan, perkataan panjang sudah biasa baginya. Itupun ditulis dalam ceritanya. Ia sangat tahu, mengerti pemuda di sampingnya sekarang berkata demikian.

VITTO masih nenampilkan senyumnya yang manis.

"Gimana? Sudah mendingan sekarang?" tanyanya. Dia tahu, Bee, jika curhat kepada orang lain ataupun orang tuanya yang ada dan ia pernah bercerita akan dibalikan fakta. Sebenarnya bercerita kepada orang lain maupun orang terdekat itu hal yang biasa saja, sering dilakukan. Kalau tidak seperti itu ia akan dicap seorang anak atau gadis yang tidak pernah keluar. Sudah cukup ia diejek seperti itu. Namun, ia sekarang memiliki teman jauh di ranah kota jauh. Dan memiliki hobi yang sama yaitu penulis.

Ia tersenyum.

"Mau kubantuin?" tawar VITTO.

"Enggak, terima kasih. Aku bisa selesaikan sendiri," tolaknya halus.

"Kalau kamu ada masalah, ada apa-apa, kami bakal mengunjungimu," ujar VITTO, mendongak menatap langit, menandakan teriknya matahari sudah di atas. Menunduk, menatap kembali Bee, yang dahinya sudah berkeringat."Aku pamit, ya. Bye, Bee!" dia menghilang, seperti waktu dia muncul. Cahaya kemilau kuning menyinari tubuhnya.

Bee kembali melanjutkan menyapu, membuang daun-daun kering dan bunga-bunga sakura layu lalu melangkah kaki membuka pagar, membuangnya ke tempat sampah di depan rumah.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
FAYENA (Menentukan Takdir)
357      261     2     
Inspirational
Hidupnya tak lagi berharga setelah kepergian orang tua angkatnya. Fayena yang merupakan anak angkat dari Pak Lusman dan Bu Iriyani itu harus mengecap pahitnya takdir dianggap sebagai pembawa sial keluarga. Semenjak Fayena diangkat menjadi anak oleh Pak Lusman lima belas tahun yang lalu, ada saja kejadian sial yang menimpa keluarga itu. Hingga di akhir hidupnya, Pak Lusman meninggal karena menyela...
Evolvera Life: Evolutionary Filtration
126      104     0     
Fantasy
.Setiap orang berhak bermimpi berharap pada keajaiban bukan. Namun kadang kenyataan yang datang membawa kehancuran yang tak terduga Siapa yang akan menyangka bahwa mitos kuno tentang permintaan pada bintang jatuh akan menjadi kenyataan Dan sayangnya kenyataan pahit itu membawa bencana yang mengancam populasi global. Aku Rika gadis SMA kelas 3 yang hidup dalam keluarga Cemara yang harmonis d...
Play Me Your Love Song
4494      1599     10     
Romance
Viola Zefanya tidak pernah menyangka dirinya bisa menjadi guru piano pribadi bagi Jason, keponakan kesayangan Joshua Yamaguchi Sanjaya, Owner sekaligus CEO dari Chandelier Hotel and Group yang kaya raya bak sultan itu. Awalnya, Viola melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan tuntutan "profesionalitas" semata. Tapi lambat laun, semakin Viola mengenal Jason dan masalah dalam keluarganya, sesu...
dr. romance
944      558     3     
Short Story
melihat dan merasakan ucapan terimakasih yang tulus dari keluarga pasien karena berhasil menyelamatkan pasien.membuatnya bangga akan profesinya menjadi seorang dokter.
Mars
1169      633     2     
Romance
Semenjak mendapatkan donor jantung, hidup Agatha merasa diteror oleh cowok bermata tajam hitam legam, tubuhnya tinggi, suaranya teramat halus; entah hanya cewek ini yang merasakan, atau memang semua merasakannya. Dia membawa sensasi yang berbeda di setiap perjumpaannya, membuat Agatha kerap kali bergidik ngeri, dan jantungnya nyaris meledak. Agatha tidak tahu, hubungan apa yang dimiliki ole...
Crystal Dimension
320      222     1     
Short Story
Aku pertama bertemu dengannya saat salju datang. Aku berpisah dengannya sebelum salju pergi. Wajahnya samar saat aku mencoba mengingatnya. Namun tatapannya berbeda dengan manusia biasa pada umumnya. Mungkinkah ia malaikat surga? Atau mungkin sebaliknya? Alam semesta, pertemukan lagi aku dengannya. Maka akan aku berikan hal yang paling berharga untuk menahannya disini.
Trip
936      476     1     
Fantasy
Sebuah liburan idealnya dengan bersantai, bersenang-senang. Lalu apa yang sedang aku lakukan sekarang? Berlari dan ketakutan. Apa itu juga bagian dari liburan?
Under The Darkness
55      52     2     
Fantasy
Zivera Camellia Sapphire, mendapat sebuah pesan dari nenek moyangnya melalui sebuah mimpi. Mimpi tersebut menjelaskan sebuah kawasan gelap penuh api dan bercak darah, dan suara menjerit yang menggema di mana-mana. Mimpi tersebut selalu menggenangi pikirannya. Kadangkala, saat ia berada di tempat kuno maupun hutan, pasti selalu terlintas sebuah rekaman tentang dirinya dan seorang pria yang bah...
Segitiga Bermuda
6575      1808     1     
Romance
Orang-orang bilang tahta tertinggi sakit hati dalam sebuah hubungan adalah cinta yang bertepuk sebelah tangan. Jika mengalaminya dengan teman sendiri maka dikenal dengan istilah Friendzone. Namun, Kinan tidak relate dengan hal itu. Karena yang dia alami saat ini adalah hubungan Kakak-Adik Zone. Kinan mencintai Sultan, Kakak angkatnya sendiri. Parah sekali bukan? Awalnya semua berjalan norm...
Aku Benci Hujan
7057      1861     1     
Romance
“Sebuah novel tentang scleroderma, salah satu penyakit autoimun yang menyerang lebih banyak perempuan ketimbang laki-laki.” Penyakit yang dialami Kanaya bukan hanya mengubah fisiknya, tetapi juga hati dan pikirannya, serta pandangan orang-orang di sekitarnya. Dia dijauhi teman-temannya karena merasa jijik dan takut tertular. Dia kehilangan cinta pertamanya karena tak cantik lagi. Dia harus...