Langit sudah mulai gelap, tiada satupun bintang nampak di langit. Awan-awan mulai menunjukkan akan datangnya hujan badai. Angin pun terasa mulai dingin hingga menusuk tulang rusuk. Tapi Indah masih berdiri diteras depan rumahnya. Lamunannya seolah membuat dirinya tidak merasakan dinginnya malam itu.
“Indah... sedang apa kamu disana nak?? Hujan akan turun, sini masuk nak.. apa kamu gak merasa kedinginan di luar sana? “ jerit ibu Indah menyuruh Indah agar segera masuk ke dalam rumah. “ iya ibu, aku segera masuk”. Jawab indah sambil berjalan menghampiri ibunya. Indahpun mendekati ibunya dan mereka duduk diatas sofa. “ kamu kenapa indah? Kenapa kamu kelihatan sedih begitu? Bukannya kamu harus merasakan kebahagiaan karna sebentar lagi kamu akan menikah?”. Tanya ibu indah sambil mengelus-elus rambut panjang anak si mata wayangnya. “ bukan begitu ibu, aku sangat bahagia, bahkan sebelum aku memutuskan untuk menikahpun aku sangat bahagia. Aku bahagia memiliki ibu, aku bahagia memiliki ayah. Aku bahagia dengan kehidupanku ini ibu.” Kata indah menjawab pertanyaan dari ibunya. Tapi ibu indah masih penasaran dengan wajah anaknya itu, indah bilang kalau dia bahagia tapi kenapa dia terlihat sedih seperti ini. Ibunya pun melanjutkan bertanya lagi “nak, kamu tidak bisa membohongi ibu, ibu sudah mengandungmu sembilan bulan, ibu juga sudah membesarkanmu sampai sekarang usiamu sudah 23 tahun. Kamu tidak bisa menyembunyikan apa-apa dariku nak. Jujur saja sama ibu, sebenarnya apa yang terjadi sama kamu nak? “. Akhirnya indah pun menceritakan bahwa dirinya sebenarnya belum siap untuk menikah, dia belum siap harus meninggalkan kedua orangtuanya. Indah masih ingin merasakan kasih sayang ibu dan ayahnya. Dan indahpun mengatakan bahwa selama ini dirinya belum sempat memberikan cinta kasih dan belum pernah membantu orang tuanya dalam hal materi karena dia baru lulus kuliah dan belum sempat bekerja. “ indah.. jadi ini yang kamu pikirkan, jangan khawatirkan ibu dan ayahmu. Kami masih punya tabungan, dan kami pun masih punya tanah yang akan kami olah agar bisa menghasilkan uang. Sekarang yang terpenting adalah kebahagiaanmu, jika kamu bahagia kami pun akan merasakan kebahagiaan itu nak” . kata ibu indah berusaha menenangkan hati indah. “ ibu, ibu adalah segalanya buatku, apapun yang ibu katakan aku akan melakukannya ibu, aku akan hidup bahagia agar ibu dan ayah pun bisa merasakan kebahagiaanku. Aku berjanji ibu, aku akan mendapatkan kebahagiaanku “. Indahpun mengatakan hal itu kepada ibunya agar ibunya merasa lebih tenang dan tidak memikirkan hal ini lagi. Walaupun begitu dalam hati indah terus bertanya-tanya, apa yang akan terjadi padanya setelah dia menikah nanti. Apakah kedua orangtuanya akan baik-baik saja ditinggalkan, dan apakah nanti dia akan mendapatkan kebahagiaan dan kehangatan di keluarga barunya nanti.
Hari yang ditunggu-tunggu pun sudah tiba, inilah kehidupan baru bagi Indah dan Adit. Adit adalah calon suami dari indah, yang memiliki kepribadian sederhana, ramah, baik hati dan dewasa. Bagi ayah Indah, Adit adalah sosok pria yang baik dan pas untuk mendampingi putrinya itu. Pernikahannya pun berlangsung meriah. Ibu dan ayah indah sangat bahagia melihat pernikahan putrinya. Tiada lagi yang diinginkan orangtua selain melihat anak-anaknya hidup bahagia. “ ayah, indah minta maaf selama ini belum bisa menunjukkan bakti kepada ayah, selama ini ayah memberikan segalanya yang aku mau. Ayah.. indah sangat menyayangi ayah, indah akan selalu mendoakan ayah semoga ayah selalu diberikan kesehatan dan umur yang panjang “. Indah mengatakan itu sambil meneteskan air matanya. Ayahnya pun berkata : “ nak, memang seperti ini kasih sayang orang tua kepada anaknya. Nanti kalau kamu punya anak, kamu juga akan melakukan hal yang sama seperti ayah dan ibumu lakukan. Indah, tetap lakukan yang terbaik, dan jika kamu mengalami kesulitan, kamu harus terus berdoa mohon petunjuk dan jalan dari Tuhan. Ayah yakin hidupmu dimasa depan akan bahagia “. Mendengar kata ayahnya Indah pun semakin terharu dan sembari memeluk ayahnya.
Kini tiba kehidupan baru Indah yang akan dijalaninya bersama Adit suaminya. Indah pun tinggal di keluarga barunya. Adit memiliki saudara laki-laki, saudaranya itu bernama Eka. Eka pun sudah menikah, dan sudah memiliki seorang putra. Jadi indah tinggal bersama kedua mertua, kakak ipar laki-laki, ipar perempuan yang bernama ira dan anaknya bernama Adi. Mereka tinggal di satu rumah yang besar, bapak mertua indah adalah seorang guru dan memiliki bisnis rumahan di rumahnya. Disinilah keteguhan hati indah di uji.
Pada suatu pagi jarum jam dinding menujukkan pukul 6.00 pagi, terlihat Ira dan Ibu mertunya sedang berada didapur untuk menyiapkan sarapan pagi. Indah yang saat itu baru bangun segera keluar kamar karna mendengar suara berisik dari dapurnya. “ Ibu.. Kakak ipar selamat pagi, maaf Indah baru bangun. Semalam Indah tidak bisa tidur karena mungkin belum terbiasa dengan tempat baru bu.. “. Kata indah sambil mengusap-usap kedua matanya. Tiba-tiba indah dikagetkan dengan suara ira kakak iparnya itu. “ Indah. Kebiasaan kamu sebelum menikah tidak bisa kamu bawa setelah kamu menikah, jika dulu kamu terbiasa bangun siang, sekarang kamu harus belajar bangun lebih awal lagi. Ibu saja sudah terbiasa bangun pukul 04.00. kenapa kamu tidak bisa !! “. “maaf kak, .. “ kata indah. “ besok indah akan bangun lebih awal lagi, indah tidak akan bangun telat lagi kak”. Lanjut indah. Ibu mertua indah pun berkata : “ Ira, ini hal yang wajar untuk menantu baru, Indah masih menyesuaikan dengan lingkungan dan keluarga barunya. Kamu juga dulu baru menikah sama eka bangunnya jam 7. Jadi ini bukan masalah ini adalah hal yang wajar yang dialami oleh anak yang baru menikah”. Mendengar kata-kata ibu mertuanya, Ira pun tak terima kalau ibu mertuanya membela Indah seperti itu.
Keesokan harinya indahpun bangun pukul 04.00, indah langsung menuju dapur dan mencuci piring. Tak lama kemudian Ibu mertuanya datang. “indah, kamu sudah bangun duluan ternyata.. “ kata ibu mertua indah sambil tersenyum. “ iya ibu, indah akan belajar lebih rajin lagi bu “. Jawab indah sambil memandang mata ibu mertuanya yang sendu. Tidak lama kemudian Ira pun datang, dan Ira membuat kaget indah lagi dengan kata-katanya, “ ohh.. jadi menantu baru ibu sudah bangun, baguslah setidaknya dia sudah mulai ada perubahan, walaupun sikap manjanya masih terpancar dimatanya!!” kata Ira sinis. “ Ira, sudahlah jangan dibahas lagi, kita tidak perlu ribut-ribut disini. Sekarang kamu goreng aja ikan itu, biar ibu memotong sayur dengan Indah “. Kata ibu mertua indah memberi tugas kepada Ira. “ kenapa ibu menyuruhku menggoreng? Ibu kan punya menantu baru, suruh saja dia bu, apa dia bisa menggoreng dan memasak untuk kita disini? “ kata ira lagi. “ kenapa kamu membantah begini Ira, kemaren-kemaren kamu tidak apa-apa kalau ibu suruh, tapi kenapa sekarang susah?” kata ibu mertua indah. “ iya Bu, gak kenapa bu, biar Indah aja yang menggoreng ikannya, biar kakak sama ibu yang memotong sayurnya ya bu.. “. Kata indah dengan lembut. Setelah selesai memasak Indah masuk lagi ke kamarnya. Adit yang baru selesai mandi melihat wajah indah yang nampak sedih. Adit pun menanyakan kenapa Indah kelihatan sedih seperti itu, namun indah tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya mengatakan kalau dia rindu dengan kedua orangtuanya. Adit pun mencoba menghibur Indah, dan dia berjanji akan mengajak Indah main ke rumah orang tuanya. Indah sangat senang mendengar itu. Adit pun mengajak indah sarapan bersama dan Adit berangkat untuk kerja.
Waktupun menunjukkan pukul 13.00, saat ibu mertua dan Ira sedang beristirahat, Ira menghampiri ruang kerja ayah mertua dan kakak iparnya eka. “ ayah.. kak eka, bolehkan indah belajar melukis? Bagus sekali lukisan-lukisan ayah, dimana ayah akan menjualnya? “ tanya indah kepada ayah mertuanya. “ ohh Indah, sini Indah.. kamu serius ingin belajar melukis? Lukisan mana yang kamu suka? Ayah biasanya membawa lukisan-lukisan ini ke toko-toko buat mereka jual kembali. Ayah juga menerima pesanan dari orang-orang indah..mereka mau lukisan sesuai permintaan “. Jawab ayah mertua indah. “ oh jadi begitu ayah,, kalau ini kak eka yang melukis? “ tanya indah sambil memegang subuah lukisan. “ bagus sekali kak, lukisan kakak tidak kalah jauh sama punyanya ayah, sama-sama bagus”. Puji indah kepada kakak iparnya. Mereka pun asyik mengobrol sampai tidak terasa hari sudah sore. Tiba-tiba dari halaman rumah terdengar suara ribut lagi. Dan terdengar pula suara benda yang terjatuh. Indah keluar dan melihat dihalaman rumah ternyata indah melihat Ira sedang membersihkan halaman. Indah pun menghampiri dan berniat untuk membantu. Tapi diluar dugaan, Ira malah marah-marah dan berkata yang tidak enak dengan Indah. “ maafkan Indah kak, kalau ‘indah ada salah sama kakak.” Kata Indah sambil menangis. Ira pun semakin marah melihat sikap Indah seperti itu dan berkata : “ kamu itu harusnya sadar, kamu bukan anak mama lagi yang harus dimanja, kamu disini beda. Harusnya kamu sadar dan tau dengan semua pekerjaan disini. Sudah sore masih saja kamu bermalas-malasan seperti ini. Apa kamu tidak melihat begitu banyaknya tumpukkan sampah dihalaman !!!!!!!!!. “ terlihat muka marah Ira. Karena mendengar suara ribut dari luar semua keluargapun keluar kehalaman. Dan kebetulan Adit pada waktu itu sudah pulang dari kantor. “ Ada apa ini? Kenapa terjadi keributan? Apa yang sedang kalian ributkan? “ tanya Adit kebingungan. “ Tidak terjadi apa-apa Adit” jawab Indah. “ Kak Ira hanya menasehatiku saja”. Lanjut Indah. “ Ira.. ! kamu ini kenapa? Kenapa kamu berkata kasar begitu dengan Indah?. Teriak ibu mertua Indah. Indah dengan ketegarannya berkata lagi : “ Tidak Ibu, kak Ira gak bermaksud apa-apa sama indah, Indah yakin kak Ira menyayangi Indah dan peduli sama Indah makanya kakak berusaha menasehati dan membimbing Indah. Kak Ira membuat Indah belajar agar Indah bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Kalau saja Indah tidak melakukan kesalahan pasti kak Ira tidak akan semarah ini ibu, jadi Indahnya yang salah “. Mendengar pengakuan Indah itu Ira jadi tersentuh dan menyesal karena perlakuannya kepada Indah. Ira pun meminta maaf kepada Indah. Dan keesokan harinya tiada lagi pertengkaran diantara keluarga Indah. Mereka kini hidup harmonis walaupun tinggal di atap yang sama.