Pukul setengah sebelas malam. Namun aula milik salah satu pondok pesantren yang terletak di Kota Semarang itu masih ramai oleh para santri putri yang sedang membaca Al-Quran. Beberapa tampak serius menghafal ataupun muroja'ah. Beberapa yang lainnya tampaknya lebih memilih untuk membaca.
Mereka menyebutnya jam belajar. Dimulai pukul sepuluh malam hingga pukul sebelas malam. Di mana para santir tahfidz diharuskan untuk tadarus, menghafal, ataupun muroja'ah pada jam tersebut. Tanpa diperbolehkan membawa ponsel ataupun makanan. Hanya boleh membawa Al-Quran dan minuman.
Awal ditetapkannua jam belajar, terasa sangat berat bagi Kiya. Namun, seiring berjalannya waktu, ia justru menikmatinya. Bahkan akhir-akhir ini ia selalu berangkat lebih awal. Terlebih madin* kelasnya selalu berakhir lebih awal dibandingkan kelas lain.
Saat sedang khusyuk membaca Quran-nya, Kiya mendadak menggebrak pelan mejanya. Entah mengapa, tiba-tiba ia teringat akan hal yang akhir-akhir ini agak mengganggu. Perihal teman-temannya. Yah, ada sedikit masalah dengan mereka.
Nina salah satunya. Gadis yang dulu begitu dekat dengannya itu, entah mengapa kini berubah menjadi begitu dingin. Agaknya ia tak senang jika Kiya dekat dengan teman-teman yang lain. Beberapa waktu yang lalu, Nina bahkan sempat meng-unfollow akun instagram Lila tanpa alasan. Meski akhirnya ia meminta maaf, akan tetapi Lila menduga jika ada hubungannya dengan pertemanan antara Kiya dan Nina. Menurutnya, Nina tidak suka jika Kiya berteman terlalu dekat dengan Lila. Dan karena hal itu, Kiya menjadi agak segan dengan Nina.
Bukannya Kiya jahat. Ia hanya tak suka dikontrol begitu. Toh, berteman kan tidak harus hanya dnegan satu orang saja. Di kamar yang kini ia tempati, ada sekitar tiga puluh santri putri. Jadi, tak mungkin kan jika kiya hanya berteman dengan Nina. Lagipula, ia juga tidak terlalu suka bermain circle-circle-an seperti anak muda jaman sekarang. Kalau ia merasa nyaman dengan seseorang, ya berarti ia akan berteman dengannya. Tapi, bukan berarti ia tak akan berteman dengan yang lainnya.
Adinda misalkan. Cewek bongsor itu sangat suka bercanda. Makanya, Kiya suka sekali bermain-main dengannya. Namun, ketika membahas urusan organisasi, Kiya akan meminta saran pada Yumna. Atau ketika waktu luang, dan ingin murojaah, Kiya akan meminta bantuan Wina. Dan saat Lila memiliki tugas seni yang cukup memberatkan, Kiya dengan senang hati akan membantunya. Kalau begitu, salahkah? Kiya rasa tidak. Jadi, kalaupun Nina memang marah karena Kiya menjadi lebih jarang bersamanya, tak masalah. Toh, Kiya hanya ingin berteman dengan baik tanpa pandang bulu.
Sayangnya, hal itu tetap saja kadang muncul mengganggu Kiya. Maka kemudian Kiya hanya bisa beristighfar. Ia kemudian akan mengingat kata-kata sang kakak yang menyuruhnya untuk fokus pada tujuan saja, tanpa harus mempedulikan yang lain. Selama itu tidak benar-benar mengusik dirinya, Kiya tidak akan berulah kok. Itu prinsipnya.
Kiya menggeleng pelan, kemudian kembali sibuk membaca ayat-ayat Qurannya. Pokoknya ia tak boleh kehilangan fokus. Bisa jadi ini hanyalah tipu daya setan untuk membuatnya kehilangan fokus dalam belajar.
Tidak! Tidak boleh. Ia sudah bersusah payah sampai sejauh ini. Enak saja setan mau mengganggunya. Memang minta ditimpuk itu setan.