Abdi Rupa Sang Garda Tengah
Dua Tepi Pantai Relawan Ampera
Karya Semesta : HERU
“Menjadi Relawan itu Impresi Seni Untuk Berbagi”. Ini bukan sekedar tentang menjadi relawan atau petugas ahli seperti cerita-cerita kebanyakan orang yang terjun ke lapangan garda terdepan yang berjuang kualahan bahkan sampai terjangkit virus karna aksinya dan bahkan ini bukan cerita tentang garda paling belakang para petugas pemakaman yang setiap minggunya menguburkan puluhan hingga ratusan banyak peti untuk dimakamkan, namun ini tentang cerita garda yang berada ditengah-tengah yaaah para relawan Covid-19 golongan mahasiswa dan masyarakat biasa dan yang terpenting cerita ini diangkat berdasarkan pengalaman pribadiku di masa pandemi.
Halo semuanya, perkenalkan namaku Heru berasal dari kampus Universitas Sriwijaya Indralaya Sumatra Selatan jurusan Ilmu Keperawatan yang sekarang sedang menempuh pendidikan akhir Profesi Ners di RSUP Kota Palembang. Banyak yang berkata menjadi petugas kesehatan ditengah pandemi sangat diuntungkan saat ini khususnya perawat dan dokter karena anggaran yang diturunkan pemerintah tidaklah sedikit untuk menangani pandemi merawat dan mengobati pasien Covid-19 belum lagi yang terbaru program pemercepatan vaksinasi ke 3 yaitu vaksinasi booster. Saya kerucutkan konteks bahasan kita yakni dalam dunia Keperawatan, disatu sisi memang cukup menguntungkan dengan banyaknya dibuka relawan co Covid-19 untuk perawat, namun tahukah teman-teman semua jika hanya yang memiliki STR (Surat Tanda Registrasi) sebagai tenaga kesehatanlah yang diRecruit oleh Pemkot (Pemerintah Kota) setempat dengan kata lain Nakes mendapatkan haknya (digaji) karna terdata sebagai relawan ahli dan dipuja sebagai pahlawan kemanusiaan.
Sampai disini terbesit dipikiranku kala itu, "Bukankah tidak perlu menjadi perawat untuk bisa bemanfaat?". Disinilah justru peran besar mahasiswa dan masyarakat biasa yang mau terjun langsung maupun tak langsung dapat berdampak hebat berdiri bergandengan atas dasar kemanusiaan untuk membantu masyarakat terdampak.
Sore itu dipertengahan bulan maret 2020 saya dan tim yang tergabung dalam Perhimpunan Mahasiswa Keperawatan Se-Indonesia (ILMIKI) bersepakat untuk mencoba bekerjasama dengan platform KitaBisa.com untuk menggalang dana bantuan untuk Nakes yang menjadi garda terdepan pemutus mata rantai pandemi Covid-19 yang masuk di Indonesia awal bulan maret 2020 lalu. Kami harus bekerja sangat keras karena masih sangat sedikit sekali para donatur dan masyarakat yang mau membantu karena sama-sama terdampak ekonominya diawal pandemi bahkan pertumbuhan ekonomi Indonesia terjun bebas dikuartal ketiga kala itu. Kesulitan secara pribadi yang saya hadapi tidak hanya mengkoordinir secara virtual mulai dari pendataan ke berbagai provinsi saja karna kebetulan organisasi kami berkelas nasional dan telah mendapatkan legalitas sebagai organisasi resmi yang bernama ILMIKI (Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia) kami tersebar kesemua provinsi yang ada di Indonesia, akarnya meresap kuat namun kami tidak terkenal sehingga cukup sulit mendapatkan banyak donatur dari berbagai perusahaan yang kami ajukan proposalnya.
Cerita yang akan saya ceritakan adalah selain kesibukan saya mendata Rumah Sakit mana yang perlu dibantu prihal keperluan dasar Alat Pelindung Diri (APD) diberbagai provinsi kebetulan saya juga salah satu pimpinan (Koordinator Wilayah) ILMIKI yang memegang 5 provinsi diarea sumatra bagian selatan yang dapat memudahkan saya berkoordinasi berskala nasional kedepannya. Ceritanya akan bertumpu dari sini, kesulitan terbesar mendata secara online adalah kesulitan dalam mendata angka-angka pasti diberbagai provinsi yang mana diantaranya angka kasus terbanyak karena angkanya terus berubah-ubah. Pemetaan berdasarkan kasus terbanyak inilah yang nantinya akan kami saring untuk bisa membuat skala prioritas bantuan yang akan kami salurkan. Ketegangan sempat terjadi beberapa kali dalam rapat antar anggota tim pasca mendata berbagai Rumah Sakit karena banyak rumah sakit rujukan covid sekalipun hanya menerapkan protokol kesehatan level 2 saja akibat keterbatasan APD yang mereka miliki sehingga anggota tim ILMIKI didaerah masing-masing ngotot untuk mendapatkan prioritas bantuan ini. Walaupun kami dalam satu satuan tim tidak menutup kemungkinan untuk saling serang argumen untuk mendapatkan prioritas bantuan berskala nasional ini, dan pada akhirnya kami bersepakat untuk merujuk pada pendataan resmi pemerintah mengenai zona merah dan orange untuk mendapatkan prioritas bantuan secepatnya terlebih dahulu.
Selain keruetan mengkoordinasikan secara virtual saya juga ikut turun kelapangan untuk memberikan bantuan paket hasil donasi yang dibuatkan menjadi berbagai paket box yang saya berikan secara langsung ke beberapa Rumah Sakit Pusat maupun daerah Rumah Sakit Rujukan Covid didekat kota saya. Sedalam itu peran garda tengah yang tidak ikut terlibat merawat langsung pasien maupun memakamkan jenazah, dari sini saya sejenak berfikir ternyata memang benar tidak perlu menjadi polisi untuk menangkap maling alias tidak perlu menunggu menjadi nakes dulu baru membantu, cukup turun atas dasar cinta kasih karena memanusiakan manusia adalah kemanusiaan. Banyak terbesit didalam untaian aksara dikepala, saya memang tidak digaji apalagi dikasih upah namun saya melihat senyuman dibalik wajah lelahnya para tenaga kesehatan sembari berkata "Lelah pasti, letih apalagi namun kita baru akan benar-benar kalah jika tidak melakukan apa-apa, terimakasih atas bantuannya dan terimakasih telah mau menjadi perpanjangan tangan masyarakat Indonesia".
Gumamku dalam hati senada pilu, lelahnya saya tidak seberapa dibandingkan dengan lelahnya tim yang saya pimpin untuk mengarungi data-fakta direalita kasus yang terus menukik tak melandai, andai tim tidak kompak bekerja sama maka apa jadinya strategi yang sudah dirancang sebelumnya, niat dan hasil yang baik diraih melalui proses yang baik pula terimakasih tim atas kerja keras gerak cepat tanggapnya yang hanya berkisar beberapa minggu saja untuk berhasil menyalurkan bantuan yang ada Good Job Team, I Proud of you Guys. Maaf jika kami hanya bisa memberi sertifikat apresiasi sebagai relawan kemanusiaan tak bisa memberi lebih, tak tanggung-tanggung kerja keras akhirnya tertuntaskan berkat orang-orang baik, kami berhasil mengumpulkan 900 juta rupiah lebih dari total donasi masyarakat umum dan para donatur yang telah membantu total 161 Rumah Sakit Rujukan Covid di 30 provinsi berhasil menerima 100.000 lebih APD berupa Baju Cover All, Vitamin C, Face Shild, Masker N95 dan Hands Gloves untuk membantu tenaga kesehatan dalam merawat pasien terdampak covid 19, terimakasih 137.000 lebih orang baik yang telah berdonasi di platform KitaBisa.com.
Tidak sampai disitu dampak pandemi Covid-19 diawal maret 2020 lalu banyak menyebabkan resesi dan perlemahan ekonomi Indonesia disemua sektor selain berdampak hebat bagi Relawan dan Nakes juga salah satu yang paling terdampak adalah masyarakat pelosok dan yayasan amal seperti panti asuhan yang perhatiannya sering terabaikan. Kali ini saya akan bercerita lanjutan pasca agenda bantuan ILMIKI x Kitabisa.com berskala nasional saya juga bergerak mengkoordinir dalam memberi bantuan didaerah kota tempat saya tinggal. Tiga Hari sebelum turun kelapangan, berdasarkan hasil pendataan intensif tim pemeta beberapa minggu sebelumnya yang berkoordinasi dengan sejumlah ketua lurah-lurah setempat didaerah pelosok pinggiran kota Sebrang Ulu Paling Timur Dari Kota Palembang Sumatra Selatan, kami mendapati banyak sekali masyarakat tedampak akibats pandemi Covid-19 ini bahkan terparahnya warga kesulitan hanya sekedar mengepulkan asap untuk memasak.
Singkat cerita pagi berlabuh tibalah saatnya kami terjun kelapangan, ditengah gaduhnya mentari pagi saya dan rekan-rekan yang tergabung dalam Volunteer ILMIKI (Perhimpunan Mahasiswa Keperawatan se-Indonesia) dalam Social Sharing Project siap menyalurkan bantuan berupa paket-paket sembako hasil dari penggalangan dana kampus Keperawatan Sekota Palembang dan juga penggalangan dana terbuka lainnya. Untuk meminimalisir penyebaran cluster covid baru kami membagikan paket sembako dengan cara dor to dor alias dari rumah kerumah dan untuk mengoptimalkan pendistribusinya kami membuat beberapa kelompok kecil diantaranya ada yang harus berjalan kaki cukup jauh mengantarkan ke pelosok rumah dengan lebar jalan hanya dua tapak kaki dan melewati jembatan tak ayal banyak yang terpeleset akibat jalanan licin pasca hujan, adapula tim yang harus membawa paket sembako menggunakan becak namun mogok ditengah perjalanan dan harus didorong guna sampai dengan selamat ditujuan, adapula tim yang harus tersesat dibeberapa persimpangan jalan akibat rute yang cukup rumit untuk dihapal. Memang skala bantuannya kecil hanya dapat membantu puluhan rumah saja di lima kelurahan pelosok pinggiran kota palembang namun bantuan kami sangat mendapatkan apresiasi dihati masyarakat dan ketua-ketua lurah setempat, fokus bantuan kami adalah masyarakat terdampak di daerah zona merah, zona oragange serta zona kuning diseputaran kota palembang.
Umpama ina menerka anila setelah membantu menyalurkan paket sembako dipinggiran pelosok kota keesokan paginya kami langsung bergerak menerabas dinginnya kirana embun pagi untuk menempuh perjalanan ke salah satu panti di sebrang ilir ujung barat kota palembang, lokasinya cukup jauh dari pusat kota karena masuk dalam kecamatan yang berbeda. Bagai aksara dekat aksa kami disambut baik oleh pihak pengurus panti karena kami sebagai relawan pertama yang datang membantu diawal pandemi, serangkaian agendapun kami jalankan sesuai dengan materi yang telah kami siapkan untuk menghibur dan memberikan pendidikan kesehatan kepada semua anak-anak panti asuhan. Antusiasme anak-anak panti melengkapi animo indah dalam setiap lantunan rangkaian agendanya, menghadirkan tawa ceria yang membuat hati kami luluh, bagaimana tidak usia anak-anak panti disini didominasi oleh anak menggemaskan seusia PraTK, TK sampai dengan SD, beberapa SMP serta SMA. Agenda diakhiri dengan sesi foto, baca doa bersama serta makan besar bersama. Pasca agenda berakhir sekalipun masih banyak anak-anak panti disini mendekati kami dan bercerita berbagai hal, saya pribadi didekati anak yang seusia PraTK yang menggemaskan, sebelum berfikir terlalu jauh saya mengira mungkin anak ini membuntuti saya karena saya sedang membuatkan makanan penutup :), tapi terlepas itu semua sungguh pencapaian hati yang indah karena didekati anak polos yang bahkan berbicarapun belum lancar sungguh kaku sekali sikapku jika berhadapan dengan anak super kecil itu.
Sebagai akhir kami siarkan agenda amal ini untuk diliput oleh beberapa media pers dengan niat menginspirasi organisi maupun volunteer lain untuk ikut menebarkan kebermanfaatan dan jangan takut pandemi, diawal pandemi banyak bantuan yang masih belum disalurkan oleh para relawan yang masih takut tertular akibat terjun langsung kelapangan mengingat kota palembang masuk zona merah bahkan informasi saat itu belum masif tentang penerapan prokes ketat, kami berpesan "selagi prokes (protokol kesehatan) dijalankan dan sesuai dengan ketentuan izin, peraturan yang berlaku yaaah tidak ada salahnya terjun langsung berbagi". Banyak yang bilang menjadi volunteer itu berat karena sulit membagi waktu dengan pekerjaan padahal menjadi relawan itu tidak harus meninggalkan kewajiban bekerja, "kan paket pengorbanannya beda, kalau mau meeting bisa dilakukan saat setelah jam kantor kalau mau jalan kepelosok ya tinggal ambil cuti". "Kita nggak akan paham sampai melihat sendiri kesulitan luar biasa yang mereka alami diawal pandemi". Pengalaman jadi relawan di palembang mengubah total hidup saya, dari situ saya memutuskan untuk menebar manfaat supaya berkat. "Saya jadi lebih memaknai hidup, menyayangi waktu, sadar kalau hidup bukan untuk diri sendiri. Kalau boleh jujur, justru saat menjadi volunteer, saya merasa mereka yang lebih banyak membantu saya memandang hidup ketimbang apa yang bisa saya berikan".
Semakin bermanfaat kamu maka semakin besar value hidupmu, seperti halnya Algoritma baru yang telah diterapkan oleh YouTube (platform terbesar berbagi kisah melalui video) yang sekarang merekomendasikan video berdasarkan asas manfaat atau disebut Retention. Retention adalah seberapa lama viewer menghabiskan waktunya dalam sebuah video jadi semakin berfaedah sebuah video bagi viewer nya artinya Retentionnya semakin bagus pula dan tidak hanya itu, ketika seorang viewer mendapatkan manfaat dari video tersebut tanpa perlu kita minta mereka akan memberikan apresiasi melalui "Like" karena itu adalah perwujudan sederhana suara hati yang jujur, seorang viewer akan melakukan "Subscribe" jika mereka percaya sang creator memiliki value yang bermanfaat bagi dirinya tanpa perlu kita minta-minta bahkan mereka akan membantu "Share" dan merekomendasikan pengetahuan, perasaan dan pengalaman yang mereka dapat supaya banyak orang-orang yang mereka kenal dan sayangi juga merasakan hal yang sama dengan yang mereka rasakan yang lagi-lagi tanpa perlu kita minta sekalipun. Sadarkah kalian algoritma Retention YouTube adalah sedikit refleksi dari algoritma tuhan yang bahkan tidak pernah direvisi dari dulu sampai dengan sekarang. Kesamaannya adalah dimana value seorang manusia ditentukan oleh seberapa besar kita bisa memberikan manfaat bagi orang lain. Bahkan mirip dengan cara kerja Retention dimana orang akan mendekat dan menikmati keberadaanmu jika kamu banyak memberikan manfaat kepada banyak orang, mirip dengan "Like" dimana orang yang mendapatkan manfaat dari setiap hal yang kamu kerjakan nuraninya akan tergugah memberikan apresiasi dari hal terkecil yaitu ucapan terimakasih, mirip dengan "Subscribe" dimana setiap orang yang mendapatkan manfaat dari dirimu selanjutnya memberikan rasa percaya kepadamu, mirip dengan "Share" dimana setiap orang yang mendapatkan manfaat dari keberadaanmu tanpa perlu dipinta mereka akan merekomendasikan dan mempromosikan dirimu kepada banyak orang lainnya. Ketika semua hal ini telah bekerja maka kamu sudah Qualified menjadi seorang person yang memiliki value yang selanjutnya algoritma tuhan akan mengambil alih sisanya untuk mempromosikan dirimu, karena saat seorang manusia memberikan manfaat meskipun dimulai dari lingkungan yang terkecil sekalipun algoritma ini akan tetap bekerja dan nyata.
Lalu muncul pertanyaan besar dalam hidup, "Kok jabatan tidak naik-naik yah?,, kenapa bisnis gagal terus yah?,, Kenapa hidup kok gini-gini aja? Padahal sudah kerja keras setiap hari", mungkin bukan masalah seberapa keras kita berjuang tapi bisa jadi itu sebuah notifikasi bahwa sudah saatnya kita introspeksi diri dengan mengupgrade ilmu atau skill kita. Bisa jadi karena value diri kita tidak banyak memberikan manfaat bagi orang-orang disekitar kita sehingga algoritma tuhan tidak bekerja untuk mempromosikan dirimu atau mungkin ada hal yang lebih mendasar lagi dibandingkan ilmu dan skill yakni bisa saja ada yang salah dengan niat hati kita, karena sebuah hati yang murni itu teramat sangat langka, semakin murni hatimu maka semakin tinggi pula value dirimu untuk menjalankan kepentingan-Nya, karena ketika seseorang sudah punya niat hati yang benar maka setiap hal yang dikerjakannya akan sesuai dengan visi ilahi yaitu menjadi saluran berkat dan kasih bagi banyak orang.
Saya yakin dan percaya menjadi baik itu baik dan masih berjuta-juta orang baik diluar sana. Namun jika kalian tidak menemukannya maka jadilah orang baik itu, sesederhana itu "Menjadi Baik itu Baik". Sejatinya apapun pekerjaan yang kamu lakukan, itulah ibadahmu yang sesungguhnya. Jadilah versi terbaik dirimu untuk menebar kebermanfaatan "Menjadi Relawan itu Impresi Seni Untuk Berbagi, dari Sebrang Ulu ke Sebrang Ilir Dua Tepi Pantai Sungai Ampera". Cerita Inspiratif Kerelawanan ini diberi judul Abdi Rupa Sang Garda Tengah Dua Tepi Pantai Relawan Ampera, Relawan Covid yang dianggap Tiada.