Aku menyerah dengan semua mimpi pernikahan yang selama ini aku dambakan. Menikah di usia 23 tahun, menemukan pendamping tampan dan setia serta memiliki kebahagiaan yang sangat luar biasa, nyatanya tidak mampu untuk diwujudkan. Terkadang aku sangat takut dengan mimpiku sendiri. Lelah sekali aku mencari kesana kemari tapi tidak kunjung bertemu dengan dia yang pasti. Berbagai upaya kulakukan agar aku lekas menikah, tapi nyatanya nihil. Sekarang hanya tinggal keputus-asa an yang tersisa. Oh.. tunggu aku masih punya satu jodoh yang pasti akan datang, yaitu kematian. Mungkin inilah jodohku nantinya.
Ketakutan terhadap mimpi ini berawal ketika Tuhan mengambil ibuku dengan sangat cepat dan mendadak. Semesta bahkan tidak menanyakan kesiapan ku untuk kehilangan satu-satunya wanita yang paing berharga yang kumiliki. Bahkan disaat terakhirnya, semesta tidak mengizinkan aku untuk mendampinginya. Entah karma apa yang ingin semesta berikan padaku. Aku bahkan tidak tau bagaimana rasanya bangun dan bangkit selepas kepergian nya. Tidak ada lagi mimpi, tidak ada lagi kebahagiaan, tidak ada lagi harapan dan alasan untuk aku bertahan hidup. Berulang kali aku berucap kepada Tuhan untuk mengambil nyawaku juga, tapi sepertinya pendosa sepertiku belum diperlukan di akhirat. Semua mimpi indah yang sering aku ceritakan kepada ibuku sudah hilang dan mungkin bahkan tidak akan pernah terwujud kedepannya. Jika semesta mengizinkan pun untuk apa ?! ibuku bahkan sudah tiada. Tidak ada lagi hal menarik di dunia ini. Aku bahkan meragukan sebuah pernikahan yang "katanya" mendatangkan kebahagiaan seperti yang selama ini aku bayangkan. Kufikir hal yang paling membahagiakan adalah melihat senyuman ibu, jika aku ingin menikah pun karena ingin melihat senyum ibuku agar bisa terus terukir, lantas jika sekarang ibuku sudah tiada untuk apa aku harus menikah ?! Aku bahkan tidak tau apakah laki-laki yang nantinya menikahiku adalah laki-laki yang direstui oleh ibuku.
Menjadi anak pertama perempuan ternyata seberat ini, ditambah tidak memiliki seorang ibu. Banyak mimpi dan cita yang sengaja harus dikubur dalam-dalam. Dulu aku sangat berangan bisa bekerja merantau dengan posisi jabatan yang tinggi dan menjadi wanita karir yang sukses. Nyatanya aku harus tetap berada di rumah merawat ayah dan adikku. Tidak ada lagi angan-angan wanita karir sukses yang selama ini kuceritakan kepada mendiang ibuku. Ketika teman-teman seusiaku memiliki karir yang bagus, membina rumah tangga yang harmonis, aku bahkan sampai saat ini masih berusaha mengais rupiah supaya bisa mengisi perut. Aku iri dengan mereka ?? tentu !! mengapa aku yang mengalami musibah ini ? mengapa harus aku seorang gadis yang bahkan tidak memiliki apa-apa untuk dibanggakan. Mengapa harus aku yang bahkan jarang untuk mendapatkan kebahagiaan. Aku gagal hampir dalam semua hal, kehilangan ibu, kehilangan kesempatan bekerja di tempat yang bagus, kesulitan ekonomi bahkan kesulitan mendapatkan pasangan. HAHA lucu !! semua nasib buruk sedang menyukaiku sekarang. Kelebihanku hanya sedikit pintar, tapi lihatlah bahkan kepintaranku tidak mampu membawaku menjadi wanita karir yang sukses. Lantas sebutkan satu saja alasan mengapa aku harus bertahan hidup ??!!
Setiap malam aku hanya bisa menangis sendiri, menyesal mengapa ibuku meninggalkan ku secepat ini, rasanya pundakku tak sanggup menerima semua kenyataan ini. Tapi anehnya Tuhan masih memberikan kesempatan ku untuk hidup. Harus apa aku dengan hidupku sekarang ?
"ayo semangat"
"sabar ya"
"sudah takdirnya begitu"
ya begitulah kira-kira kalimat yang sering aku dengar dari mulut orang. Mereka lupa untuk menanyakan apakah aku kuat ? apakah aku bahagia ? aku terus saja dituntut untuk membahagiakan orang lain tanpa mereka perduli apakah batinku juga perlu untuk dibahagiakan. Bukankah cukup jelas bahwa satu-satunya orang yang sangat mengerti dan meyayangiku melebihi apapun hanyalah ibuku ? Lantas, apakah masih ada secercah kebahagiaan untuk gadis payah sepertiku ? Kufikir dengan memiliki pasangan akan membuat hidupku sedikit saja lebih bahagia, tapi nyatanya malah sebaliknya, beberapa kali aku mengenal laki-laki, berulang kali pula aku patah dan sakit hati. Lalu kebahagiaan seperti apa yang akan semesta berikan ? lelah sekali berjalan tanpa arah seperti ini. Jika kalian menanyakan kenapa aku masih bertahan, adalah karena ayah dan adikku. Jika aku menyerah dengan hidup, lantas bagaimana mereka melewati hari tanpa aku ? bukankah mereka juga sama sakit nya seperti aku ? Kadang aku ingin satu hari saja tidur istirahat dan ketika aku bangun, dunia ku berubah baik-baik saja seperti sebelumnya. Tapi nyatanya duniaku akan terus seperti ini, gelap, sepi dan sedih. Belum lagi kemungkinan ayahku jika akan menikah lagi nantinya. Sungguh.. akan seperti apa duniaku nantinya. Yang kufikirkan adalah kebahagiaan dan kesehatan mental adikku. Karena jujur aku tidak yakin akan ada perempuan yang mampu menyayangi adikku seperti mendiang ibuku. Membayangkannya saja sudah cukup membuatku pusing dan sedih.
Keputusasa an terus saja datang setiap harinya seakan memberikan perintah untuk aku menyerah. Tetapi ketika melihat betapa lelah nya wajah ayahku, membuatku tersadar bahwa beliau lah yang paling menderita disini. Bagaimana tidak, dia kehilangan wanita yang semenjak SMA dia perjuangkan mati-matian sampai akhirnya bisa menikahi ibuku. Setia menemani beliau dalam keadaan tersulit sekalipun. Jatuh bangun mereka lalui bersama. Dan tiba-tiba harus ditinggalkan begitu cepat membuatnya seperti kehilangan gairah hidup. Tidak ada lagi senyum dan tawa yang terlihat sekarang, badannya semakin kurus dan sering sakit. Sering berdiam diri dan menyendiri di pojok rumah. Pagi hingga petang bertemu matahari di sawah tak jarang membuat kulitnya semakin menghitam. Ayahku yang dulu gagah dan berisi sekarang sangat hitam dan kurus. Sedih melihatnya seperti ini, satu-satunya kekuatan yang dia miliki hanyalah aku dan adikku. Jika aku menyerah bagaimana dengan hidupnya nantinya ? bukankah dia sudah kehilangan setengah dari dirinya ? lantas apa aku tega meninggalkannya dalam kondisi seperti itu. Itulah hal yang membuatku berfikir untuk mencoba mensyukuri garis takdir hidup yang kumiliki. Berbeda dengan kehidupan orang lain bukan berarti hidup kita tidak berharga bukan ? ternyata aktualisasi sabar dan syukur tidak semudah yang diucapkan.
Saat ini mungkin aku masih bisa ikhlas tapi beberapa hari kemudian rasa egoku muncul kembali. Selalu saja membandingkan hidup yang kupunya dengan kehidupan orang lain. Merasa bahwa hidupku adalah hidup yang paling menyedihkan di dunia ini, sedangkan diluar sana masih banyak orang yang hidupnya dibawah ku tapi rasa syukurnya melebihi diriku. Ada anak yang bahkan kehilangan kedua orang tua nya sekaligus menjadi tulang punggung keluarga. Tapi mereka tidak menyerah begitu saja dengan kehidupan yang mereka punya. Pundak mereka masih saja tegak dan kakinya masih sangat kokoh. Lantas mengapa aku yang masih mempunyai ayah harus putus asa menjalani kehidupanku. Aku masih ingin melihat adikku menikmati bangku kuliah dan menjadi orang sukses. Itulah sebabnya Tuhan masih membiarkan aku hidup sampe sekarang karena Tuhan masih ingin melihatku berjuang untuk mengangkat ekonomi keluarga ku, membungkam mulut jahat orang-orang yang merendahkan keluarga kami. Entah kapan Tuhan memberikan aku kesempatan untuk mewujudkannyam, setidaknya aku yakin dulu bahwa akan ada cerah setelah mendung yang panjang.
Setelah hampr 1 tahun kepergian ibuku, aku mulai menata hidup. Aku yakin hidupku tidak akan sama seperti sedia kala, akan tetapi setidaknya aku harus bangkit dan menata sisa hidup yang ada. Aku mulai mencari pekerjaan kembali, meskipun pekerjaan ku tidak jauh lebih baik dari sebelumnya, akan tetapi kurasa ini cukup membantu perekonomian ayahku untuk makan kami sehari-hari. Aku tidak bisa meninggalkan ayah dan adikku sendirian, sehingga aku harus mencari pekerjaan yang jaraknya dekat dengan rumah, tentunya dengan gaji yang tidak seberapa bahkan dibawah UMR. Setidaknya melihat ayahku damai karena aku yang berada dekat disisinya sudah cukup membuatku lega. Sebenarnya banyak kesempatan berkarir yang jauh lebih bagus di luar kota, tetapi ku urungkan melihat ayah dan adikku yang harus sendirian. Siapalah nanti yang menjaga mereka ketika sakit, siapa yang akan peduli dengan kondisi perut mereka, apakah mereka sudah makan, apakah mereka sehat, dan kekhawatiran ku lainnya. Inilah yang pada akhirnya keputusan yang aku buat dan aku harus siap dengan segala hinaan (kembali) dari tetangga dan banyak orang lainnya.
Hidup kembali dengan banyak hinaan bukanlah hal yang baru bagiku dan keluargaku, sudah menjadi makanan sehari-hari bagi kami. Tetapi aku dan keluargaku memilih untuk tidak terlalu memperdulikan itu semua dan tetap fokus dalam menjalani kehidupan kami. Fokus bagaimana kami mulai menata hidup kembali dan tentunya fokus untuk berbahagia meskipun dengan sedikit uang yang kami punya. Kunci utama kami tetap bertahan dengan segala masalah dan ujian yang ada adalah selalu mengingat Sang Pencipta, entah sesulit apapun masalah kami, kami yakin bahwa ini tidak lepas dari skenario Sang Pencipta. Entah sekuat apa pundakku sampai Sang Pencipta memberikan ini kepadaku. Tapi aku bersyukur ternyata Tuhan sesayang itu padaku sampai menitipkan ujian yang begitu luar biasa ini. Lebih tepatnya aku sudah mulai berdamai dengan kondisiku, meskipun kadang kali aku merasa insecure dan merasa tidak pantas untuk siapa-siapa, tetapi dimata ayahku, aku adalah anak perempuan nya yang sangat cantik dan luar biasa. Jika ayahku saja begitu bersyukur karena keberadaanku, lantas mengapa aku merasa rendah dan tidak pantas untuk siapa-siapa. Jika takdirkupun nantinya harus berjodoh dengan kematian, aku ingin menyusul ibuku dalam keadaan yang baik dan sudah berdamai dengan kehidupanku.
Ternyata se-damai ini hidup tanpa ada ambisi, se-damai ini ternyata ketika sudah ikhlas dengan segala garis takdir yang telah Tuhan tetapkan. Sudah tidak ada ke-iri dengkian dengan kehidupan orang lain, karena setiap manusia memang sudah mempunyai garis takdirnya sendiri. Ada yang ditakdirkan memiliki keluarga kaya, lengkap dan harmonis serta begitu sebaliknya. Yah.. semua sudah ditakar sesuai dengan porsinya masing-masing. Aku bangga pada diriku sendiri untuk memilih bertahan dan tidak menyerah begitu saja pada keadaan.
"terimakasih atas segala perjuangan kesakitan untuk hari ini, kamu hebat"
itu adalah kata-kata yang selalu aku ucapkan ketika hendak tidur. Rasanya sangat indah jika aku bisa menghargai perjuangan diriku setiap harinya. Atas rasa lelah, tangis, sedih dan sakit yang sudah aku rasakan selama ini, aku masih bisa menegakkan kaki entah sesulit apapun itu.
Daaann.. inilah aku sekarang, sudah mulai bisa berdamai dengan diri sendiri. Tidak ada lagi keputus asa an, semuanya sudah aku ikhlaskan dan dunia tetap berjalan sebagaimana mestinya, mungkin dunia ku tidak bisa kembali lagi menjadi sebahagia dulu, tapi setidaknya aku masih punya kekuatan untuk tetap hidup dan bertahan. Mulai untuk berbaur dan bersosialisasi kembali dengan banyak orang, mulai untuk bisa membuka diri dan menerima keadaan. Ternyata ketika kita memperluas jalur sosialisasi, banyak hal postifi dari kisah orang lain yang bisa kita ambil sehingga menjadikan kita pribadi yang jauh lebih bersyukur.
"ternyata aku tidak sendiri"
itulah kurang lebih kata-kata yang sering aku ucapkan ketika mendengar kisah perjalanan hidup orang lain. Beban yang mereka pikul ternyata sama beratnya denganku, bahkan melebihi diriku. Tapi anehnya topeng mereka begitu tebal, senyum dan tawa tidak pernah lepas dari wajah mereka, selalu memberikan suasana yang positif dan menyenangkan untuk orang disekitarnya. Kadang aku berfikir, bagaimana mungkin mereka bisa sebahagia itu di depan banyak orang sedangkan beban yang meraka rasakan sangat besar. Dari situ aku mulai untuk belajar menjadi manusia yang lebih kuat, mulai menegakkan bahu untuk mengukir senyum kembali dan memberikan tawa serta kebahagiaan untuk banyak orang. Melihat orang disekeliling kita bahagia ternyata mampu memberikan energi yang positif juga untuk diri kita. Saling berbagi tawa dan kebahagiaan dengan banyak orang, berbagi kisah perjuangan hidup, baik suka maupun duka. Hal itulah yang ternyata mampu membuka fikiran ku dan mulai menerima segala pahit dan getir hidup yang kujalani. Memang benar kata orang, terlalu stress dan memendam masalah sendiri bukan satu-satunya solusi yang terbaik. Saling berbagi kisah dan pengalaman hidup dengan banyak orang ternyata menjadi salah satu pilihan yang baik untuk membuka pikiran. Tentunya harus dengan orang yang tepat agar tidak menambah beban pikiran. Karena tidak semua orang bisa kita jadikan tempat untuk bertukar cerita. Sebagian dari mereka hanya penasaran saja bukan karena mereka simpati atau berniat untuk menolong. Itulah sebabnya ketika kita berada di bawah kita bisa tau mana teman yang benar-benar tulus kepada kita.
.
.
.
Teman-teman yang mungkin saat ini lagi berjuang dengan nasib yang kurang lebih sama denganku, ini memang sulit dan mungkin sangat sulit untuk bangkit kembali. Tapi ingat, Tuhan tidak sembarangan memberikan ujian istimewa ini, jika Tuhan memilih kita, itu artinya kita memang spesial dan Tuhan percaya kepada kita. Setiap cobaan yang datang, yakinlah pada suatu saat nanti akan ada hal indah yang mananti kita. Hal indah yang mungkin tidak bisa kita bayangkan sebelumnya. Ingat.. Tuhan itu sangat baik, tidak mungkin Tuhan membiarkan kita menderita terlalu lama dengan beban berat yang bahkan tidak mampu untuk kita pikul sendiri. Percaya pada Tuhan bahwa semuanya akan berakhir dengan indah. Meskipun aku belum menemukan keindahan dihidupku setelah mendung yang panjang, akan tetapi aku yakin bahwa pasti akan ada hal indah yang terjadi pada hidupku nantinya.