Pukul 17.00 WIB.
Jalanan ibukota ramai akan lalu-lalang insan yang telah selesai mengais rezeki. Mereka berbondong-bondong ingin segera sampai rumah. Berjumpa keluarga. Melepas penat.
Gadis cantik bibir ranum ini selalu mengalah dengan penumpang lain saat busway ke arah rumah datang. Enggan segera sampai rumah. Pasalnya, tak ada yang menyambutnya saat tiba di rumah. Membuatnya sering lembur. Hanya saja hari ini ia ingin pulang cepat. Toh statusnya bukan lagi pegawai kantor Jleon.
Aisy Malaika. Namanya. Ia mengabaikan busway ke arah rumahnya berlalu. Tanggan mungilnya meraih benda lima inci di saku celana. Mencari kontak nama sang sobat satu-satunya.
Gue tungggu di kafe seperti biasanya. oke!
Setelah kirim pesan ia berjalan ke arah kafe D'Jaje. Lokasinya tak jauh dari kantor Jleon. Hanya butuh 5-10 menit sampai. Dari pada naik angkot keluar cost maka lebih baik jalan kaki. Ngirit. Hehehe.
Sampai di kafe ia mengedarkan pandangan. Lalu menjatuhkan pantatnya di meja nomor enam. Dan memesan minuman berasa kesukaannya. Milkshake Chocolate.
"Terima kasih" ucap Ais saat waiter mengatar pesanannya.
Menit demi menit berlalu. Detik terus berjalan. Hingga pengunjung nyaris penuh sang sobat belum kunjung datang. Ais menompang dagu. Mengingat saat di bangku kuliah. Ia sering ke tempat ini hanya numpang wi-fian untuk mengerjakan tugas. Lumayan, cukup pesan satu minuman bisa wi-fian seharian. Ia tersenyum mengingat kenangan itu.
"Happy anniversary 3th years career" ucap sobatnya Riki Adnata.
Hari ini tepat tiga tahun Ais bekerja di Jleon. Suka duka bekerja di sana telah ia rasakan. Kepergian Sang mama membulatkan tekatnya untuk berhenti bekerja.
"Hahaha. Thank you bro"
"Serius lu mau berhenti?"
"Serius Ki. Akhir bulan kemarin udah gue serahin. Tinggal di aprov pak bos. Hari ini pengganti gue juga udah mulai masuk. Serah terima kerjaan dulu dan ngajarin dia. Setelah paham. Gue tinggal"
"Kasihan di tinggal pas lagi sayang-sayangnya"
"Hahaha. Dasar sok dramantis"
"Anyway. Lu jadi lanjut kuliah di UK?"
"Jadi. Eh pesen minuman or makan gih. Hari ini gue bayarin. Sok silakan makan sampe kenyang"
"Asyeek. Demen gue kalo modelan gini"
Lalu Riki melihat menu. Dan memesan makanan kesukaannya.
"Dasar dah jadi dokter juga masih aja suka gratisan"
"Makanan gratis lebih nikmat daripada bayar sendiri. Hahah"
"Gak ada obatnya"
" Eh cuy, elu napa kagak lanjut s3 di sini aja? Karir dah oke loh. Apa gak sayang?"
"Gak Ki. Gue dapet jejak si HTS kuliah dan kerja di sana"
"Jir. Masih aja inget si HTS"
"Hahaha. Walo hanya tatapan sekilas tapi sangat berkesan Ki. Gue aja masih inget senyumannya. Ya ampun manis banget"
"Udah nikah kali. Jangan ngarep lebih ntar sakit hati"
"Ck. Elu mah rese. Dukung atu Ki. Semangatin gitu. Bukan jatuhin gini.
"Bukannya gak dukung Ai. Tapi bayangin aja? udah tujuh tahun loh. Mungkin dah punya anak dua"
"Ah sial mood gue jadi jelek"
"Hahaha. Sorry Ai. Sorry. Gue selalu dukung elu kok. Tapi kalo lanjut kuliah hanya karena dia gue gak setuju. Lurusin lagi niatmu"
"Iye ustad Iye. Astaga. Isya dah lewat masih aja khultum"
"Hahaha. Biar Elu lurus sedikit"
"Emang selama ini gak lurus?"
"Enggak, agak geser dikit"
Mereka pun tertawa dan menikmati makanannya.
***
Kilatan awak media berlomba-lomba mengambil gambar untuk menjadi bahan berita. Si kuli tinta tak pernah meninggalkan momentum penting baik di kalangan pebisnis kemuka, pejabat negara, hingga selebritis tanah air.
Seperti halnya malam ini. Mereka sangat senang saat di undang oleh salah satu perusahan ternama untuk menghadiri hari jadinya . Namun yang paling menarik hati si kuli tinta ialah sang putra mahkota royal family Leonando.
Jafis Leonando akan hadir di acara ini. Yang digandrungi kaum hawa. Apalagi saat tahu bahwa ia belum ada pujaan hati. Semakin gencar bersaing untuk memilikinya. Tapi sayangnya ia tak memberi kesempatan untuk mereka.
Mobil alphar hitam parkir depan lobby. Joni Jason sang sekertaris handal sekaligus sahabatnya membukakan pintu. Saat Jafis keluar langsung di sambut kilatan awak media. Membuat ia risi.
“Ya ampun ganteng banget"
“Astaga jantungku"
“Aku meleleh mas”
“Halalin aku mas Jafis"
Dan masih banyak bisik-bisik yang membuatnya jijik. Ia mendengus.
“Selamat datang tuan Jafis” sambut pemilik acara Rudi Admaja sambil mengulurkan tangan.
“Terima kasih. Semoga semakin berjaya kedepannya" balas Jafis menjabat tangan Rudi.
“Aamiin. Oh iya ini anak saya tuan" Rudi tersenyum. Jafis menyeringai. Ia paham maksud Rudi.
“Vina tuan" sambil mengulurkan tangan.
“Kau pasti tau aku, bukan?” retorik Jafis mengabaikan uluran tangan Vina.
Vina hanya tersenyum malu dan menurunkan tangannya.
“Hohoho . Baiklah tuan selamat menikmati hidangannya. Saya permisi dulu. Menyambut tamu lain" ucap Rudi memendam kesal dengan sikap Jafis.
Jafis hanya mengangguk dan menggeser posisinya ke sebelah kiri. Ia mendengus.
“Hah. Merepotkan” keluhnya lalu berjalan menuju tempat minum.
Bisik-bisik para tamu ia abaikan. Jafis memijat pelipisnya. Penat. Rapat alot dengan klien. Laporan anak perusahan sedikit masalah. Laporan HRD meminta persetujuan atas pengunduran diri pegawai terbaik sepanjang tiga tahun terakhir. Cerdas. Cekatan. Tegas. Teliti. Displin. Ada rasa tak rela ditinggal pegawai sesempurna itu.
Padahal ia punya rencana bulan depan ingin mengutus si pegawai teladan ke anak perusahan untuk menyelesaikan masalah.
Jafis menggoyang-goyangkan gelasnya. Ia tersenyum saat ingat si pegawai teladan menyanggah pendapatnya.
Maaf pak ini kurang tepat.
Ck. Apaan sih pak harusnya bukan begini.
Dan Jafis sangat hafal saat dirinya tak bisa memecahkan masalah. Maka si pegawai teladan itu akan memancancarkan kebahagian.
“Sedang apa ya dia" gumam Jafis sambil menyesap minuman.
***