04. KARENA HATI INI!
Segumpal Daging itu terus menyiksaku.
Seakan memutuskan urat nadi hidupku.
Semakin dalam luka itu semakin tak karuan.
Selama itu pula, aku mengumpulkan racun.
Karenanya aku merasa bersalah.
Karena dia, aku menangis.
Karenanya aku merasa sakit.
Karena dia, aku tak bisa memaafkan diriku.
Sinar yang telah sirna.
Poin yang kini berubah menjadi pion.
Ramah yang menjadi marah.
Tuhan pun kini seakan seperti hantu.
Mataku menangis melihat wujudnya.
Telingaku bergeming mendengar suaranya.
Mulutku terkunci dihadapannya.
Wajahku bersembunyi karena keberadaannya.
Aku menundukkan kepala bertanya kepada-Nya.
Aku menengadahkan tangan meminta jawaban-Nya.
Aku terduduk mendengar pernyataan-Nya.
Aku terdiam dan tertunduk setelah mengetahui maksud-Nya.