.
.
"Eh, Sorry Re" seseorang itu langsung mengambil komik yang jatuh dan memberikannya pada Rena.
"Kamu..."
"Beny, temen sekelas kamu" ujar siswa itu.
"Oh oke, aku duluan ya"
"Tunggu Re!"
"Ya"
"Kamu masih jaga i-Mart?" Rena cukup terkejut mendengar pertanyaan Beny, pasalnya tak banyak orang yang tahu dia bekerja part time di sana.
"Hah, tau darimana kalau aku kerja part time disitu?"
"Hehe, kan aku sering ke sana, tapi pas bukan kamu yang jaga. Biasanya pas Melly yang jaga."
"Ahh kamu kenal Melly?"
"Iya, kami dulu tetanggaan sebelum aku pindah. Dan aku mau nitip ini buat dia" ujar Beny lalu menyerahkam bingkisan berwarna ungu pada Rena.
Rena yang penasaran pun menerima bingkisan itu dan memeriksa isinya, "Eh, album BTS? Tahu darimana kalau dia suka BTS?"
"Kayaknya aku harus cerita sama kamu deh. Aku udah nggak bisa mendem ini sendiri Re. Sebenarnya aku itu suka sama Melly. Tapi dia ga pernah lihat aku" Beny menjelaskan dengan sendu. Tapi entah kenapa eskpresi Beny terlihat lucu di mata Rena.
"Kamu yakin suka sama Melly?"
"Maksud kamu?"
Rena refleks memindai penampilan Beny. Beny tergolong cowok yang rapi. Hanya saja gaya rambut berponi menutupi dahi membuat dia tampak cupu. Sepertinya bukan tipe Melly, pikir Rena.
"Kenapa Re?"
"Kayaknya berat sih Ben buat dapetin hati Melly."
"Nggak masalah. Kita sama kok Re. Kamu berjuang buat dapetin Rama, aku juga berjuang buat dapetin Melly"
"Ehh, darimana kamu tahu aku suka sama Rama?"
"Cuma orang bego' yang nggak tahu kalau kamu suka sama Rama."
"Ah, berarti Rama harusnya tahu dong kalau aku suka sama dia" batin Rena.
"Re..." Beny mencoba membuyarkan lamunan Rena.
Rena tersentak, "Eh iya gimana-gimana?"
"Ini nitip buat Melly," Beny kembali menyodorkan bingkisan yang dibawanya.
"Hmm, gimana ya?"
Bukannya Rena tidak mau membantu Beny. Hanya saja selama satu tahun mengenal Melly, Rena jadi paham jika Melly malas berurusan dengan hal-hal yang berbau merah jambu.
"Aku bakal kasih apapun yang kamu mau kalau kamu bantuin aku" tawar Beny.
"Masalahnya bukan itu Ben..."
"Aku bakal beliin semua volume komik Soul Land yang bakal rilis."
"What! Eh ga gitu..."
"Plus miniatur lilin tokohnya."
"Deal" what miniatur tokoh Soul Land? Mana bisa Rena menolak tawaran sebagus ini.
Buru-buru Rena mengambil bungkusan ungu itu, "Oke aku bawa dulu ya, nanti kalau ada kesempatan aku kasih ke Melly. Senang berbisnis dengan kamu hahaha."
Jangankan membelikan komik, membelikan yang lebih mahal untuk Rena pun Beny sanggup. Ia merupakan anak dari pengusaha game online Legengd of Kingdom, sebuah game yang memiliki pangsa besar di Asia Tenggara. Tak apa ia harus merogoh kocek lebih dalam, asal ia bisa mendapatkan hati Melly tersayang.
***
Hari ini sudah hari kamis, itu artinya hukuman skors Al sudah berakhir. Ia tidak menyangka satu minggu diskors, membuat ia rindu suasana sekolah. Mengejutkan memang, terlebih ia termasuk golongan siswa bandel yang sering membolos.
Sebelum memasuki kelas, Al dipanggil ke ruang kepala sekolah. Jika siswa lain mungkin agak segan jika dipanggil ke ruangan itu, tidak begitu untuk dirinya. Bahkan jika ada penghargaan kunjungan terbanyak ke ruang kepala sekolah, pasti dia lah pemenangnya.
"Al, Om harap ini terakhir kalinya kamu membuat ulah."
"Ya."
"Oh iya, saya meminta maaf ke kamu, ternyata kemarin yang membuat gara-gara duluan itu kakak kelas kamu. Setelah kamu diskors, Beny menjelaskan semuanya. Dan anak-anak yang menyerangmu juga sudah dapat hukuman."
Al mengangkat sebelah sudut bibirnya, "Kalau Al yang ngomong, mana kalian percaya."
"Tapi tindakan merokok di sekolah itu benar-benar tidak bisa ditolerir."
"Saya paham."
"Oh iya, kamu tahu kan kamu menduduki peringkat terbawah paralel sekolah. Jadi Om memutuskan untuk memberi kamu tuthor sebaya."
"Tuthor? Kenapa tiba-tiba?"
"Nggak ada yang tiba-tiba, ini sudah dirembug dengan matang oleh wali kelas dan papa kamu" jelas Pak Rian.
"Apa?" Al mengerutkan dahinya. "Terus siapa? Siapa rencananya yang akan jadi tuthor Al?"
"Oh, tenang saja, kamu pasti kenal. Dia teman sekelas kamu... Rena Sanjaya."
JDEERRRR!!!
"Hah? Cewek aneh itu?" Al tidak paham lagi dengan jalan pikiran kepala sekolah yang sekaligus om-nya ini.
"Hm" Pak Rian mengangguk.
"Om, serius itu nggak perlu. Al bisa sendiri tanpa bantuan orang lain"
"Ini sudah keputusan mutlak dari sekolah. Jadi, untuk ke depannya sampai akhir semester 1 nanti, setiap ada kerja kelompok kamu akan satu kelompok dengan Rena. Dia itu peringkat 3 paralel sekolah, Om yakin dia bisa bantu kamu buat naik peringkat."
"Tapi kenapa harus dia? Kenapa bukan yang peringkat satu atau dua?"
Masuk akal juga pertanyaan Al.
"Bahtiar yang paralel satu lagi ada persiapan olimpiade matematika. Rama yang paralel dua sibuk ngurus DBL. Nah pilihannya tinggal Rena, apalagi dia sekelas sama kamu. Pasti nanti akan lebih mudah."
Al masih menyimak penjelasan kepala sekolah.
"Tapi sayang... kemarin pas bicara sama Rena, dia menolak."
"Huh syukurlah" Al menghembuskan napas lega.
"Makanya, kamu sendiri yang harus bujuk dia."
"What!" perkataan kepala sekolah membuat bola mata Al rasanya ingin keluar saja.
.
.
Al berjalan menuju kelas dengan raut sebal di wajahnya. Setelah kehabisan argumentasi untuk membantah kalimat kepala sekolah, mau tidak mau ia menurut begitu saja. Sial, membujuk seorang perempuan pasti sangat merepotkan.
Saat sampai di kelas ia pun duduk di kursi paling belakang di pojok kanan. Sebelum duduk, dia sempat menatap dalam Rena. Rena yang merasa ditatap buru-buru mengalihkan pandangannya dari Al.
"Aku punya firasat buruk" kata Rena dalam hati.
Rena yang duduk di tengah merasa ada yang menatapnya. Entahlah dia merasa yang menatapnya itu adalah Al. Bahkan ketika istirahat, di kantin, dan pelajaran terakhir pun Rena masih merasakan tatapan tajam itu.
Karena hari ini Rena piket, akhirnya ia pulang terakhir. Sekolah sudah mulai sepi sebab waktu telah menunjukkan pukul 5 sore. Jika ada yang bertanya kenapa piketnya sangat sore, kebetulan SMA Citra Buana menganut sistem fullday school. Hari Senin-Jumat jam pelajaran akan selesai pukul 4 sore. Sedangkan hari Sabtu adalah hari olahraga dan ekstrakurikuler.
Dengan hati yang dongkol Rena berjalan keluar dari kelas. Ia masih sebal karena dirinya harus piket sendirian. Sebenarnya yang bertugas piket ada 5 orang, termasuk Karina dan Al. Namun karena sampai selesai piket mereka tidak hadir, terpaksa Rena yang mengerjakan semuanya.
"Ishhh... Ku aduin ke Bu Ari baru tahu rasa kalian" gumam Rena.
Rena meneruskan perjalanan di tengah koridor yang sepi. Entah kenapa dia merasa suasana sore ini lebih seram daripada sore-sore sebelumnya. Dia merasa jika dia sedang diperhatikan oleh seseorang. Sesekali ia menoleh ke belakang untuk memastikan ada orang atau tidak.
Sesaat dia melihat ada sekelebat bayangan orang. Dia mengeratkan tas yang digendongnya dan mempercepat langkahnya. Namun tiba-tiba, braakkk! Rena menoleh ke belakang dan mendapati standing banner di depan kelas X IPA 2 jatuh.
Dia pun menghembuskan napas lega. Dia pikir apa. Namun saat kembali menoleh ke depan. Tiba-tiba ia menabrak sesuatu. Refleks Rena berteriak.
"Kyaaaaaa" yang ditabrak segera membekap mulut Rena.
"Hmmpphh hmmppphhh"
Rena terbelalak karena yang saat ini sedang membekap mulutnya adalah Al, si Dark Prince!
"Bisa nggak, nggak usah teriak?" tanya Al.
"Hmmph hmmphh" Rena mengangguk di tengah bekapan tangan Al.
Setelah Al melepaskan bekapannya, Rena mengambil napas banyak-banyak. "Apa-apaan sih, nggak lucu tahu!" Rena memasang wajah cemberut, tapi entah kenapa itu terlihat lucu di mata Al.
"Ja-jadi kamu yang ngikutin aku? Kenapa? Ada apa? Kamu marah sama aku? Kamu mikir aku yang ngaduin kamu ke kepsek? Ku kasih tahu, bukan aku yang ngadu, jadi aku nggak ada urusan sama kamu!" imbuh Rena.
"Udah ngomongnya?"
"Eh? "
"Lo denger baik-baik, nggak ada siaran ulang. Gue mau lo nyetujuin apa yang diminta kepsek."
Rena membolakan matanya, "Hah, m-maksudnya buat jadi tuthor kamu?"
"Iyalah apalagi."
"Nggak, aku nggak bisa."
"Kenapa?"
"Ya aku nggak bisa!" tegas Rena.
"Gue bisa bayar lo."
"Aku nggak butuh duit!"
"Gue bisa ngasih apapun yang lo minta."
Deg...
Rena membelalakkan matanya, perkataan Al barusan terngiang di kepalanya. Ah Rena jadi berpikir untuk meminta mobil mahal, rumah mewah beserta isinya, atau bahkan jalan-jalan ke luar angkasa. Merasa pikirannya mulai ngelantur, ia menggelengkan kepalanya dan menatap Al kembali dengan sengit.
"Udah lah Al, mending kamu cari tuthor lain aja. Aku duluan." Rena melenggang pergi begitu saja.
"Kalau lo berubah pikiran, besok temuin gue di atap sekolah!" teriak Al sebelum Rena benar-benar menghilang dari pandangannya.
***
Hari telah berganti namun kekalutan hati Rena kian menjadi-jadi. Dia sebenarnya bingung kenapa harus dirinya yang menjadi tuthor sebaya Al. Satu-satunya orang yang ingin dihindarinya adalah Al, tapi tampaknya takdir senang sekali mempermainkannya. Saking kalutnya, Rena tidak sadar jika di kantin ada seseorang yang hampir bertabrakan dengannya.
"Re awas!" Melly langsung menarik Rena supaya tidak tersiram kuah panas.
"Eh sorry-sorry" Rena yang sudah sadar pun mengucapkan maaf pada orang yang hampir bertabrakan dengannya.
"Kamu kenapa sih Re, dari kemarin kelihatan lesu" Melly bertanya tepat setelah mereka mendapatkan tempat duduk.
"Kacau Mel kacauuuuu."
"Apaan si ih" Melly jadi gemas sendiri melihat Rena.
"Huh! Kemarin kepala sekolah minta aku buat jadi tuthor sebayanya Al" Rena menceritakannya juga pada Melly.
"What tuthor sebayanya Al?" dari nada pertanyaannya, tentu saja Melly terkejut.
"Ehhhh ssssssttttt jangan kenceng-kenceng dong" Rena menengok ke kanan dan ke kiri berharap tidak ada yang mendengar ucapan Melly.
"Eh maap-maap. Terus terus gimana? Kamu mau?"
"Nggak lah gila apa."
"Haha, terus kepala sekola marah sama kamu. Makanya kamu bingung?"
"Bukan, ituuu... Si Al minta sendiri ke aku. Kata dia kalau aku mau jadi tuthor dia, dia mau ngasih apa aja yang aku minta."
"Wuiihhh serius?" raut wajah Melly berubah jadi cerah.
"Huum."
"Aku ada ide."
"Nggak, nggak mau! Terakhir kali kamu nyaranin aku buat lelang baju dia. Yang sekarang juga pasti nggak kalah aneh."
"Enggaaaa, gini-gini..." Melly mencondongkan tubuhnya ke arah Rena. "Gimana kalau kamu minta Al buat bantuin kamu deketin Rama."
"Kan aneh! Ogah!" tolak Rena.
"Eh dengerin dulu. Kamu pasti pernah denger kan rumor kalau Al sama Rama itu pas SMP sahabatan. Nah, saatnya kamu ngebuktiin rumor itu. Lagipula Al itu kan cowok, barangkali dia bisa ngasih saran kamu gimana cara deketin Rama dari perspektif cowok" saran Melly.
Bukannya mendapat pencerahan, Rena malah semakin pusing mendengar saran Melly. "Arrgghhhh kenapa sih hidup aku gini banget."
Belum sempat Melly menanggapi ucapan Rena, suasana kantin yang semula damai berubah menjadi tegang.
"So-sorry Der, gue nggak sengaja."
Ternyata Beny yang sedang berjalan mencari tempat duduk tidak sengaja menumpahkan kuah bakso panas ke punggung tangan Derry. Derry menatap Beny dengan tatapan membunuhnya.
Semua orang berpikir Derry akan membalas Beny. Karena ya Derry terkenal sebagai sosok yang emosinya meledak-ledak. Dan benar saja, Derry terlihat bersiap untuk berdiri. Namun Rama yang berada di samping Derry langsung menahannya.
"Udah lah makan aja, abis ini kita harus latihan" lalu Rama memberi kode kepada Beny supaya cepet pergi.
Derry kembali sibuk memakan makan siangnya. Sedangkan semua orang menghembuskan napas lega. Bukannya apa, jika terjadi kegaduhan di kantin tentu itu akan sangat menganggu acara makan siang mereka.
Kantin pun kembali tenang dan terlihat sebuah pesan masuk ke WA Rama. "Oh ya gue dipanggil Pak Rendy, kalau kalian udah selesai langsung ke lapangan," Rama berdiri dan bersiap pergi setelah membaca pesan dari Pak Rendy.
"Oke Ram" sahut Derry.
Kepergian Rama juga tak luput dari pandangan Rena. "Re, tadi yang numpahin kuah panas ke Derry itu Beny kan?" bisik Melly.
"Huum, oh iya aku hampir lupa. Itu Beny nitip sesuatu buat kamu. Ada di loker sih, bentar aku ambilin" jawab Rena.
"Eh apaan?"
"Bentar-bentar" Rena pun berlari menuju lokernya. Hanya berselang 3 menit, dan Rena telah kembali ke hadapan Melly.
"Tadaaaaaa" Rena mengangkat bingkisan berwarna ungu.
"Apaan tuh?" tanya Melly
"Buka-buka..."
Melly yang penasaran segera membuka bingkisan itu, dan benar saja mulutnya menganga melihat isinya. "Album BTS?" tanya Melly tidak percaya.
"Cieeee, kok kamu nggak cerita ke aku sih kalau Beny tuh udah lama suka sama kamu."
"Ihhh nggak penting ah. Kamu balikin aja deh ke dia."
"Parah kamu Mel, nggak boleh nolak rezeki tahu. Kamu kan pengen banget punya album BE nya BTS" kata Rena.
"Kalau aku nerima ini, Beny pasti mikir aku ngasih harapan ke dia. Aku nggak mau ah."
"Astaga, itu tuh hadiah biasa, dia nggak ada maksud apa-apa."
"Masa'? Kok kamu mihak Beny sih, kamu dapet apa dari Beny?" tanya Melly penasaran.
"Komik Soul Land sama miniaturnya, ehhh" karena asik mengobrol sambil makan, tidak terasa lidah Rena terpeleset.
"Kaaannn Renaaa ihhh, jadi kamu ngejual aku cuma buat komik sama miniatur donghua doang. Parah kamu!"
"Bu-bukan gitu.. si Beny ngasih hadiah pertemanan, dia ngasih kamu album BTS, terus dia ngasih aku komik hehe."
"Nggak! Kamu pasti sekongkol kan sama Beny? Aku nggak mau tahu pokoknya kamu balikin ini ke dia!"
Rena panik, segera ia mencari sesuatu untuk bisa menjadi pengalih pembicaraan antara dirinya dan Melly. Sesaat setelah mengedarkan pandangan, ia menemukan apa yang ia cari.
"Sssttt, diem-diem. Lihat-lihat Derry nyamperin si Beny tuh."
Tiba-tiba atensi semua orang di dalam kantin tertuju pada Derry. Sepertinya akan terjadi hal menarik sebentar lagi.
Dari belakang dengan jarak satu meter Derry melempar bola basket tepat ke kepala Beny, duukkk! Semua orang terdiam kaku melihatnya, tak terkecuali Rena dan Melly.
"Duh sorry gue nggak sengaja" kata Derry yang berada di depan Beny dan sudah kembali memegang bolanya.
"I-iya Der, nggak apa-apa" sahut Beny.
Dukk! Sekali lagi Derry melempar bola basket itu ke kepala Beny. "Itu gue bener-bener nggak sengaja" ujarnya dengan ekspresi yang dibuat-buat.
"O-oke."
Tak ada yang berani menghentikan Derry. Orang-orang di kantin itu masih sayang dengan diri sendiri. Sebab berurusan dengan Derry sama saja dengan cari mati.
Derry bersiap melempar bola itu lagi ke arah Beny. Untung saja tepat sebelum Derry melempar bolanya, seseorang berjalan mendekati Beny dan membuka suara.
"Heran, ada ya orang yang hobi gangguin orang lain."
Bersambung....
Hayoooo siapa tuhhh yang tiba-tiba dateng? Penasaran? Tekan next yaaa hehe