Apa kamu percaya cinta pada pandangan pertama ? Apa kamu yakin itu cinta ? Atau itu hanya sebatas suka ? Menurutku itu hanyalah suka, cinta pada pandangan pertama itu hanyalah sebuah mitos karena cinta terbentuk tidak secara tiba-tiba tapi membutuhkan waktu dan beberapa rasa yang saling melengkapi dan saling berhubungan satu rasa dengan rasa lainnya.
Kamu tau proses terbentuknya sebuah bintang ? Bintang terbentuk karena sekumpulan debu kosmis yang membentuk gaya gravitasi sehingga mereka saling mengikat dan menjadi bentuk padat maka terbentuklah sebuah bintang.
Terbentuknya cinta hampir sama dengan proses terbentuknya bintang yaitu sama-sama membutuhkan waktu dan tidak terbentuk secara tiba-tiba. Cinta terbentuk karena adanya beberapa rasa yang saling berkumpul entah itu rasa suka, rasa penasaran, rasa kagum, rasa peduli dan beberasa rasa lainnya. Mereka saling menyatu dan saling melengkapi dan dengan berjalannya waktu maka terbentuklah satu rasa yang begitu luar biasa yang disebut dengan rasa cinta.
Artha menulis deretan aksara itu di lembar ketiga booknote baru miliknya menjelang tidur. Dengan menyilangkan kedua kakinya di atas kasur dan disimpan lah booknote itu diantara kedua kakinya, ia kembali membaca apa yang telah ia tulis. Untaian kata demi kata yang ia tulis adalah ungkapan dari apa yang sedang ia rasakan. Artha akan merasa lega jika apa yang ada dibenaknya ia buahkan dalam sebuah tulisan, baginya itu bak wahyu yang telah tuhan turunkan kepadanya.
Artha mulai tidak paham dengan keadaan hatinya. Ia merasa jika dirinya sedang merasakan rasa penasaran yang begitu berlebihan. Apakah Artha sedang jatuh hati ? tidak, Artha tidak percaya adanya cinta pada pandangan pertama, baginya mungkin rasa yang sedang ia rasakan adalah rasa ketertarikan sesaat yang akan datang dan pergi dengan sendirinya.
Hari ini adalah hari senin, entah kenapa semua orang sepertinya tidak suka dengan hari senin, hari senin adalah hari yang paling tidak ditunggu-tunggu oleh semua orang termasuk Artha.
Berbeda dengan hari senin sebelumnya, hari senin saat ini Artha begitu bersemangat. Yah, ada seorang perempuan yang membuatnya penasaran dan ingin sekali ia bertemu lagi dengannya dan tentu saja Artha sudah berjanji pada dirinya sendiri ia akan mencari informasi tentang perempuan itu dan orang pertama yang akan ia tanyakan adalah Arman. Artha yakin Arman melihat perempuan itu ketika mereka hendak pulang bersama sehingga dia pasti mengerti siapa perempuan yang Artha maksud.
Pukul 07.20 Artha sudah tiba dikantor, baru beberapa orang yang sudah terlihat di meja kerja mereka. Artha bergegas menuju meja kerjanya dan mulai menyalakan komputer. Arman belum datang ternyata. Baru kali ini seumur hidupnya Artha menunggu kedatangan seorang pria. Arman menjadi pria yang paling ia tunggu hari ini. Beberapa pertanyaan sudah Ia siapkan untuk mengobati rasa penasarannya. Rasanya memori di kepalanya sudah penuh dengan pertanyaan-pertanyaan tentang perempuan itu.
Tidak lama kemudian Arman datang dan menuju meja kerjanya. Sesaat setelah dia duduk di kursi kerjanya Artha dengan segera menghampirinya. Tanpa berpikir Artha langsung melontarkan pertanyaan kepadanya.
"Man liat cewe yang di pos security ga ? Waktu hari jum'at." Tanya Artha pada Arman dengan suara berbisik.
"oh ... Iya lihat, kenapa naksir ?" jawab Arman.
"Gak apa-apa cuman nanya aja sih, kenal ga man ? Dia bagian apa ya ?" Artha kembali memberikan pertanyaan dengan cepat menyela jawaban Arman.
"Haha ... Cuman nanya aja kok detail banget sih tha, gak tau kalo namanya, dia di administrasi. Kalo naksir bilang aja tha" jawab Arman dengan tertawa dan mulai mengeraskan suaranya.
"Bukan gitu man, baru liat sih soalnya penasaran aja" jawab Artha kembali berbisik dengan rasa sedikit khawatir jika teman-temannya mendengar karena Arman sedikit mengeraskan suaranya. Pikirnya di dalam ruangan besar yang hanya ada beberapa orang dengan suasana yang hening suara sekecil apapun pasti akan terdengar.
"Santai tha nanti biar kita cari tau ya, lo tinggal diem aja" Arman menjawab dengan senyum yang meledek dan menepuk bahu Artha.
Ketika Arman mengatakan itu ada rasa senang dalam diri Artha seperti muncul sebuah harapan, tapi tetap saja jawaban yang Arman berikan belum bisa mengobati rasa penasarannya kepada perempuan itu.
"Oke, makasih man ditunggu ya infonya" ujar Artha dengan meninggalkan meja kerja Arman.
*****
Seperti biasa setelah selesai makan siang Artha, Tian, Arman dan wira nongkrong di pos security untuk sekedar mengobrol dan merokok sambil menunggu jam istirahat kantor selesai.
"Tha itu bukan ? Tanya arman pada Artha dengan tergesa.
" hah, apaan man ?" jawab Artha dengan mengerutkan alis tanda kebingungan.
"Itu loh tha, cewe itu bukan?" Arman kembali bertanya dengan menunjuk seorang wanita memberitahu.
"Oh iya man" jawab Artha dengan senyum malu karena Arman memberitahunya dengan sedikit berteriak padahal posisi Artha tepat berada didepannya.
Seketika Tian dan Wira yang dari tadi sedang bermain game mengalihkan fokus mereka, mereka seketika secara bersamaan memandang Artha dan mulai memberikan beberapa pertanyaan.
"Cewe yang mana tha ? Tanya tian.
"Serius tha ?" Tanya wira melengkapi pertanyaan Tian.
Belum sempat Artha menjawab, mereka sudah kembali memberikan pertanyaan kepadanya dengan cepat dan bersemangat.
"Wah parah, sejak kapan lo naksir cewe itu?" Tian kembali bertanya
"Mantap tarik broh gas lah" ujar Wira dengan penuh semangat.
Padahal ketika Artha bertanya pada Arman pagi itu Artha sengaja bertanya dengan berbisik agar tidak ada orang lain yang tahu biar Arman saja, tapi saat ini sudah terlanjur jika Tian dan Wira sudah tahu kalo Artha sedang naksir pada seorang perempuan di kantor ini. Itu tidak menjadi masalah buat Artha karena mereka adalah teman baiknya.
Sejak saat itu setiap hari setelah selesai makan siang Artha selalu menunggu perempuan itu di pos security karena Artha tahu jika dia sering makan diluar kantor, otomatis ketika dia kembali ke kantor dia pasti akan melewati pos security. Walaupun hanya sekedar melihatnya dari jauh rasanya itu menjadi kebahagian tersendiri buat Artha seperti ada rasa baru yang muncul di hatinya tapi entah rasa apa ia belum mengetahuinya.
Hampir setiap hari Artha melihatnya menumbuhkan rasa penasaran yang begitu luar biasa dan entah ada rasa apalagi di hatinya ini yang membuatnya bersemangat untuk mengenalnya lebih dekat lagi.
Egonya masih belum mau mengalah, Artha masih malu-malu untuk menanyakan tentangnya. Padahal sebenarnya ia ingin segera mengenalnya, ingin segera tahu siapa namanya bukan sekedar melihat dan memperhatikannya dari jauh.
"Jika kamu berpikir aku menyukainya karena dia cantik itu salah, aku menyukainya bukan karena dia cantik, tapi dia cantik karena aku menyukainya" ujar Artha di dalam hati.