Read More >>"> Reality Record (5. Blurry Reality) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Reality Record
MENU
About Us  

"Sepertinya heboh sekali."

"Nolan..? Apa yang kamu lakukan disini?" tanyaku yang benar-benar kebingungan.

Nolan yang aku tahu akan memberikan jawaban dengan aura yang santai setiap saat. Dia tidak ingin membuat lawan bicaranya tertekan. Namun, kali ini wajahnya sangat serius. Ada sedikit kekesalan yang keluar darinya. Kekesalan tersebut tidak diarahkan kepadaku maupun Carter, melainkan kepada Agnes.

"Pertama-tama, Agnes, jika kamu ingin mati, kusarankan menggunakan pisau yang lebih kuat dan tajam. Tindakanmu itu benar-benar bodoh." Ucap Nolan dengan tegas.

Apa dia masuk karena mendengar teriakan Agnes? Namun, kenapa dia malah memanasi keadaan, bukan mendinginkannya? Atau jangan-jangan, dia memang juga diundang oleh Carter?

Nolan memberiku jawaban sebelum aku bertanya, "Tenang saja, Erno. Aku memang datang kesini untuk berbicara kepada Agnes juga. Aku juga sama sepertimu."

"Apa!?"

Dengan segera, aku mulai mengalihkan pandanganku agar jiwa-jiwa yang telah mati bisa terlihat. Aku mengarahkan pandanganku kea rah dada Nolan, dan benar, terdapat serpihan jiwa di dalamnya, sama seperti aku,Carter, dan juga Agnes.

"Nolan..jadi selama ini..kamu..."

Jadi, itulah kenapa waktu itu ekspresi Nolan berubah Ketika mengetahui kalau aku disuruh oleh Carter untuk menemui seseorang, dan dia bahkan mengatakan "semoga berhasil" kepadaku.

Setelah Nolan masuk, Agnes masih diam saja. Jujur saja, aku terkejut bahwa Agnes tidak langsung mengusir Nolan seperti aku yang langsung diusir olehnya. Dinilai dari reaksi Agnes, rupanya dia tidak mengetahui bahwa ada orang lain selain aku yang akan masuk ke dalam ruangan ini dan ikut diskusi.

Aku bisa merasakannya. Agnes sekarang tidak merasa marah Ketika Nolan masuk secara tiba-tiba. Entah kenapa, perasannya sekarang ini adalah kecewa dan kesedihan yang besar.

"Mungkin kalian kira aku sudah setahun menunggu jawaban dari Carter...tetapi tidak. Aku telah mencari-nya sejak aku lahir."

Agnes...

"Kalian tidak paham bagaimana rasanya dianggap gila oleh semua orang, termasuk orangtuaku. Heh, bahkan ibuku sendiri malu dengan keberadaanku hingga meninggalkanku. Ayahku juga sudah tidak memerdulikanku. Aku sudah tidak punya apa-apa lagi. Jika jawaban kalian bahwa orang itu tidak bisa ditemukan, maka...aku akan mengakhirinya. Disini dan sekarang juga."

Hentikan...

Aku bisa merasakan semuanya. Semua emosi yang diluapkan oleh Agnes. Tekanan di ruangan ini sekarang sangatlah besar karena perselisihan Agnes dan Carter. Keseriusan dari Nolan juga menambah tekanan di ruangan ini.

Namun, ada hal yang aku sadari sejak bertemu dengan Agnes pertama kali. Dia selalu mengeluarkan aura kesedihan. Perasaannya itu menggetarkan jiwa-jiwa yang berada di sekitarnya sehingga aku bisa merasakannya dengan jelas. Manusia akan selalu mengeluarkan berbagai macam emosi, jadi aku tidak heran jika seorang manusia mengeluarkan aura kesedihan. Akan tetapi, yang kusadari dari Agnes ini adalah...dia tidak pernah berhenti merasa sedih

Sekarang, kesedihannya terus bertambah detik demi detik setelah dia mendengar jawaban dari Carter. Lalu, dia makin sedih Ketika Nolan datang untuk ikut campur dan berkata bahwa tindakannya itu cukup bodoh.

Aku...bisa melihatnya dengan jelas.

Aku bisa melihat betapa jelasnya Agnes putus asa membuat orang-orang disekitarnya untuk menganggapnya serius.

Melihatnya seperti itu...membuatku sangat sakit.

Bisakah...kita membicarakannya dengan pelan-pelan?

Aku ingin menanamkan pemikiran itu ke semua orang disini. Kita tidak butuh suasana seperti ini. Aku tahu awalnya aku sempat marah karena perbuatan Agnes yang didasari oleh mimpi abu-abunya. Namun, dia tidak berbohong. Aku tidak tahu apa dia sakit jiwa atau tidak, tetapi perasaannya itu asli. Semakin banyak dia berbicara, semakin jelas aku merasakan emosinya yang meluap-luap. Oleh karena itu, tenanglah kalian semu—

"Tidak ada yang peduli jika kamu mati, Agnes."

"Nolan, kenapa..!"

Nolan, hentikan...itu tidak seperti kamu. Jika kamu terus membesarkan api ini, maka—

"Baiklah."

Seketika, Agnes memberi jarak antara pisau yang dipegangnya dengan lehernya untuk memberikan momentum yang cukup untuk menembus lehernya. Aku dengan tanggap menahan tangannya dan berusaha melepaskan pisau dari tangannya itu.

"Hentikan, Agnes!"

"Kau lepaskan tanganmu! Akan kubuktikan bahwa aku tidak main-main!"

Agnes berusaha melawan dengan sangat kuat. Aku menoleh ke arah Carter dan Nolan, dan tidak ada dari keduanya yang berniat menolongku agar Agnes menghentikan tindakannya. Mereka sudah benar-benar tidak peduli lagi.

Kalian sialan!! Umpatku dalam hati. Kenapa kedua orang ini sangat membenci Agnes? Apa yang sudah dilakukan oleh Agnes untuk mendapatkan kebencian ini?

"Lepaskan!!" teriak Agnes yang masih saja melawan.

"Kau tidak perlu sejauh itu untuk membuktikan keseriusanmu!"

"Apa yang kau tahu!? Hah!!?"

"Aku tidak tahu! Oleh karena itu, ayo kita bica—"

"Jika kamu tidak tahu apa-apa, kenapa kamu masih menahanku! Duduk, dan lihat saja!!"

Teriakan Agnes makin keras, hingga beberapa tetes air ludahnya jatuh ke mukaku. Tekadnya yang kuat untuk membuktikan keseriusannya itu sedikit membuatku malu. Hidupku sekarang ini memiliki tujuan yang simpel sekali. Aku tidak ingin mencari sesuatu yang tidak mungkin atau apalah itu. Walaupun aku memiliki kemampuan yang aneh ini, aku tidak ingin berharap yang lebih dari itu lagi.

Aku malu, karena aku tidak memiliki tekad sekuat dia. Aku menghabiskan sebagian besar waktu hidupku untuk mencari "perhatian" dalam bentuk apapun. Akan tetapi, aku tidak pernah berusaha sekeras dia. Aku juga ingin dianggap serius oleh orang-orang, tetapi aku tidak akan melakukannya sejauh ini.

Aku tahu akan hal itu. Aku tahu bahwa aku ini menyedihkan. Tetapi, setidaknya, aku ingin mendapatkan kepuasan itu sebelum aku mati.

Lalu, kenapa aku ingin menolong Agnes? Padahal, aku sangat tidak suka dengan sifatnya itu. Dia tidak menghargaiku sama sekali.

Aku ingin menolongnya...karena aku tahu cara menolongnya. Aku melihat Agnes sebagai diriku sendiri. Kita memiliki banyak kemiripan. Aku bisa menolongnya. Aku tahu solusi dari permasalahnnya itu.

Aku tidak mengerti masalah yang dia hadapi sekarang. Aku tidak tahu siapa "orang itu". Aku tidak peduli dengan "orang itu". Semua hal ini adalah hal yang konyol dan tidak perlu dipedulikan lagi.

Ada hanya satu jawaban yang bisa menjawab semua masalahmu, Agnes. Dan jawaban itulah yang menjadikan diriku sekarang ini. Jawaban itulah yang membuat aku terputus dengan semua ini.

Hanya ada satu jawaban yang kau tunggu selama ini, Agnes, dan aku tahu jawaban itu. Aku tahu cara untuk menolong hidupmu yang menyedihkan itu. Aku adalah pemegang obormu di jalan yang gelap ini. Aku adalah penyelamatmu.

"Menyerahlah, Agnes."

"Huh?"

Secara tidak sadar, aku membuka mata dengan lebar dan berbicara tegas dihadapan Agnes. Hal itu membuat Agnes sempat tertegun hingga tangannya sempat tidak melawan beberapa detik. Aku manfaatkan itu untuk segera melempar pisau yang dipegangnya itu dari tangannya.

"Itulah jawaban yang kau tunggu Agnes. Menyeralahlah. Kaburlah. Tinggalkan semuanya."

"..Apa...yang kamu maksud...?"

"Kita akhiri saja diskusinya," akhirnya Carter membuka mulutnya sebelum semua ini menjadi lebih buruk, "Selama setahun ini, aku telah mencari tahu tentang segalanya. Memang belum ada caranya, tetapi aku akan coba tetap mencarinya. Alasanku membawa Erno dan Nolan adalah untuk memberitahumu bahwa aku ini tidak sendirian. Sejujurnya, Nolan lebih banyak tahu tentang semua ini daripadaku dan bahkan dia pun tidak mengerti caranya. Erno yang belum mengerti tentang semua ini pun berusaha memroses perkataanku dengan logika, menandakan bahwa semua omonganku ini bukanlah omong kosong belaka. Di ruangan ini, hanya kamulah yang bersifat impulsive, Agnes."

Pukulan telak dari Carter. Dia tidak salah sama sekali. Agnes memang selalu bertindak tanpa berpikir, dan aku telah mengetahuinya sejak aku bertemu dengan Agnes untuk kedua kalinya.

Hancurnya mental Agnes yang sekarang ini mungkin penyebab dari sifatnya itu. Dia mungkin telah mengalami hal yang buruk selama ini, sehingga dia tidak bisa berpikir jernih.

Ketidakwarasan Agnes bahkan bisa dilihat dengan mata telanjang, tanpa penglihatan special yang dimiliki aku maupun Carter. Lalu kenapa, melihat semua ini, Carter dan Nolan masih menunjukan rasa kebencian kepada Agnes?

Setelah Carter berkata begitu, terdapat keheningan sementara yang kemudian dipecahkan oleh suara isakan. Suara tersebut tidak lain bersumber dari Agnes.

Suara isakannya itu cukup pelan, yang membuatku berpikir bahwa dia hanya menangis pelan, tetapi aku salah. Matanya terbuka lebar dan keluar air darinya yang sangat deras.

"Agnes..?"

Suara isakannya itu perlahan hilang, tubuhnya terdiam seakan-akan beku, kemudian dia terjatuh.

"Agnes!!"

Aku sempat menangkap tubuhnya yang terjatuh itu, dan kemudian aku baringkan tubuhnya diatas lantai. Dia masih bernafas dan matanya terbuka, tetapi...

Tubuhnya bergetar hebat, dan mulutnya terbuka lebar seakan-akan dia ingin berteriak tetapi kehabisan suara. Di saat yang bersamaan, aku juga merasakan emosinya yang keluar, tetapi aku tidak bisa menjelaskannya. Perasaannya sekarang ini tercampur baur hingga tidak bisa kukenali perasaan apa ini. Rasanya, emosi-emosinya itu mengikat satu sama lain, lalu mengubur semuanya ke dalam kegelapan yang sangat dalam.

Apakah ini...kegilaan?

Dia mengeluarkan emosi tersebut hingga tubuhnya berhenti bergetar. Namun, matanya juga ikut tertutup dan tidak bisa kubangunkan. Aku mencoba memanggilnya dan menggoyangkannya berkali-kali, tetapi dia tidak sadarkan diri.

Kali ini, Carter dan Nolan mulai merasa khawatir juga. Carter mencoba mengecek nadi Agnes, dan kemudian Nolan segera menggendongnya dan dia bawa ke UKS.

***

"Apa-apaan tadi itu, Nolan!!?"

Aku tidak bisa menahan diriku dari meneriaki Nolan. Dia tiba-tiba datang, lalu mengatakan bahwa tidak ada yang peduli jika Agnes mati. Mau dilihat bagaimanapun, perkataan itu sangatlah kejam.

Kami berdua berada di tempat parker sekolah, yang sebelumnya mengantarkan Carter yang akan membawa Agnes ke rumah sakit terdekat. Perawat sekolah kami tidak mengetahui penyebabnya dan merasa takut, sehingga berkata lebih baik membawanya ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Namun, aku sudah tahu penyebabnya, yaitu adalah tekanan mental yang berlebihan. Aku sangat merasakannya hingga tidak bisa diabaikan.

"Rasanya bukan seperti kamu saja! Apa-apaan itu!?"

"Carter menyuruhku."

"Huh?"

Suatu hal lagi yang belum kuketahui dan kumengerti. Pertemuan dengan Agnes memang sudah direncanakan, tetapi rupanya ada rencana yang belum kuketahui. Nolan menjawabku dengan pandangan yang lurus melihat mobil Carter yang keluar dari sekolah. Dia terlihat sangat yakin dan tegas dengan jawabannya, menunjukan bahwa dia tidak merasa bersalah sedikit pun.

"Carter tahu apa yang dilakukannya, dan seharusnya kamu sudah tahu akan hal itu."

"Tetapi..."

Mau dilihat bagaimanapun, cara mereka menghadapi Agnes bisa dibilang terlalu...

"Kamu sendiri tidak akan peduli dengan Agnes jika tidak melihat semua itu 'kan, Erno?"

"Itu..."

"Tidak bisa disangkal lagi, bukan?"

Nolan...poin apa yang kamu ingin buktikan? Batinku. Rasanya, dia mengatakan tersebut seakan-akan berkata "Jangan bersimpati kepada musuh karena mereka memperlihatkan sisi lemahnya", yang padahal Agnes hanyalah gadis biasa, aku bisa mempastikan hal itu. Dari semua perbuatan yang menjengkelkannya itu, dia sudah pantas menerima simpati atas kondisinya itu.

"Jangan salah paham, Erno," ucap Nolan, "Aku ini tidak pernah membenci siapapun, termasuk Agnes. Hal itu diperlukan agar bisa memberikan efek syok kepada Agnes. Kamu tidak tahu apa yang dia lakukan selama setahun ini kepada Carter."

"Apa..yang dia lakukan?"

"Aku salah jika mengatakan bahwa dampak buruk yang diterima oleh Carter adalah berasal dari perbuatan Agnes. Tetapi, tidak bisa disangkal juga kalau Agnes memberikan dampak buruk kepada Carter secara tidak langsung."

"Langsung saja, Nolan. Apa yang Agnes lakukan dan apa yang telah terjadi kepada Carter?"

Nolan diam sejenak, lalu menjawab, "Lebih baik kamu bertanya kepada Carter sendiri."

***

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Rinai Kesedihan
772      515     1     
Short Story
Suatu hal dapat terjadi tanpa bisa dikontrol, dikendalikan, ataupun dimohon untuk tidak benar-benar terjadi. Semuanya sudah dituliskan. Sudah disusun. Misalnya perihal kesedihan.
ATHALEA
1268      546     1     
Romance
Ini cerita tentang bagaimana Tuhan masih menyayangiku. Tentang pertahanan hidupku yang akan kubagikan denganmu. Tepatnya, tentang masa laluku.
Trasfigurasi Mayapada
165      119     1     
Romance
Sekata yang tersurat, bahagia pun pasti tersirat. Aku pada bilik rindu yang tersekat. Tetap sama, tetap pekat. Sekat itu membagi rinduku pada berbagai diagram drama empiris yang pernah mengisi ruang dalam memori otakku dulu. Siapa sangka, sepasang bahu yang awalnya tak pernah ada, kini datang untuk membuka tirai rinduku. Kedua telinganya mampu mendengar suara batinku yang penuh definisi pasrah pi...
Dari Sahabat Menjadi...
505      345     4     
Short Story
Sebuah cerita persahabatan dua orang yang akhirnya menjadi cinta❤
Edelweiss: The One That Stays
1626      705     1     
Mystery
Seperti mimpi buruk, Aura mendadak dihadapkan dengan kepala sekolah dan seorang detektif bodoh yang menginterogasinya sebagai saksi akan misteri kematian guru baru di sekolah mereka. Apa pasalnya? Gadis itu terekam berada di tempat kejadian perkara persis ketika guru itu tewas. Penyelidikan dimulai. Sesuai pernyataan Aura yang mengatakan adanya saksi baru, Reza Aldebra, mereka mencari keberada...
The Hidden Kindness
361      247     2     
Fan Fiction
Baru beberapa hari menjadi pustakawan di sebuah sekolah terkenal di pusat kota, Jungyeon sudah mendapat teror dari 'makhluk asing'. Banyak sekali misteri berbuntut panjang yang meneror sekolah itu ternyata sejak ada siswi yang meninggal secara serius. Bagaimana cara Jungyeon harus menghadapi semua hal yang mengganggu kerja di tempat barunya? Apakah ia harus resign atau bertahan?
The Triple A (Remake)
3813      1331     5     
Mystery
Tim SMART telah kembali. Dengan misteri dan kasus yang baru. Lebih menantang! Lebih menegangkan! Bersiaplah untuk misteri yang akan menggugah pikiranmu!
Kafa Almi Xavier (update>KarenaMu)
643      374     3     
Romance
Mengapa cinta bisa membuat seseorang kehilangan akal sehatnya padahal prosesnya sesederhana itu? Hanya berawal dari mata yang mulai terpikat, lalu berakhir pada hati yang perlahan terikat. °°°°##°°°° Berawal dari pesan berantai yang di kirim Syaqila ke seluruh dosen di kampusnya, hingga mengakibatkan hari-harinya menjadi lebih suram, karena seorang dosen tampan bernama Kafa Almi Xavier....
My Perfect Stranger
9174      3394     2     
Romance
Eleanor dan Cedric terpaksa menjalin hubungan kontrak selama dua bulan dikarenakan skandal aneh mengenai hubungan satu malam mereka di hari Valentine. Mereka mencurigai pelaku yang menyebarkan gosip itu adalah penguntit yang mengincar mereka semenjak masih remaja, meski mereka tidak memiliki hubungan apa pun sejak dulu. Sebelum insiden itu terjadi, Eleanor mengunjungi sebuah toko buku misteri...
Dissolve
414      269     2     
Romance
Could you tell me what am I to you?