Loading...
Logo TinLit
Read Story - Reality Record
MENU
About Us  

"Aku tidak menyangka bahwa bocah yang barusan mimpi basah ini berusaha menghiburku."

"Diamlah dan main, dasar bayi."

Kami mengolok satu sama lain lewat voice call sembari bermain Cursed Mage. Walaupun dia adalah guruku, dia kuperlakukan sama seperti teman dekatku dan juga sebaliknya. Bahkan dia juga tidak peduli apakah aku sudah mengerjakan tugas atau belum, dan sepertinya dia juga sudah tidak peduli tugasnya sebagai seorang guru.

Aku masih terpikir oleh kejadian tadi siang, dimana Carter tiba-tiba menangis. Dalam bayanganku, Carter adalah lelaki dengan mental yang kuat. Oleh karena itulah, melihatnya meneteskan air mata secara tiba-tiba membuatku khawatir. Eh, maksudku sedikit khawatir.

"Tidak perlu khawatir. Waktu itu mataku kemasukan sesuatu hingga membuatku menangis."

"Diam."

Ini sudah ke-empat kalinya dia menyangkal seperti ini. Alasan terkonyolnya adalah dia menangis karena dia sedang pingin mengeluarkan air mata. Rasanya pingin aku tusuk matanya dengan pisau.

Apapun alasannya, aku hanya ingin menghiburnya. Walaupun aku tidak tahu banyak dengan kehidupan pribadinya, tetapi dia pasti memiliki kehidupan yang berat. Kalau dia sampai menangis begitu, sudah tugasku sebagai teman untuk menghiburnya.

Di Cursed Mage, Carter juga menggunakan karakter Battlemage. Perbedaannya dengan milikku adalah, karakter milik Carter lebih focus kepada damage output. Kami berdua memiliki kombinasi yang bagus jika bertarung bersama.

Kami berdua hanya melawan boss-boss level menengah keatas untuk membantu player-player lainnya. Jadi, kami menghabiskan malam ini hanya menunggu player lain, mengalahkan boss, menunggu player lain lagi, dan seterusnya berulang. Kami tidak bisa melakukan hal yang lebih menarik seperti Guild War, karena memang belum pada jadwalnya.

Walaupun mata dan tanganku terfokuskan untuk bermain, tetapi pikiranku tidak sepenuhnya focus karena aku sedang memikirkan sesuatu mengenai kejadian tadi siang. Salah satunya adalah, apakah dari banyak kemungkinan penyebab Carter menangis, adalah aku sendiri?

Sebetulnya hal tersebut tidak mungkin, karena jika aku berbuat salah, maka Carter akan langsung membicarakannya. Aku hanya overthinking karena aku takut kalau penyebabnya adalah aku sendiri.

Di saat kami sedang melawan boss, tiba-tiba Carter berkata, "Tidak apa-apa, Erno. Aku baik-baik saja."

Perkataannya tersebut, membuatku dapat tersenyum tipis karena lega.

Orang yang santai dan tidak bisa menjaga mulutnya seperti Carter, jika dia berbicara serius, maka dia benar-benar serius. Selain itu, karena sifatnya yang tidak pandai berbohong, aku bisa tahu kapan dia berbicara dengan benar dan serius.

Terkadang, aku masih membayangkan sifat Carter yang sebenarnya —jati diri sebenarnya. Ini mungkin aneh, tapi aku merasa dia masih menyembunyikan jati dirinya. Jangan salah paham, aku cukup nyaman dengan Carter yang sekarang. Walaupun perkataannya yang kasar, dia adalah orang yang cukup baik.

Saat awal memasuki tahun keduaku di SMA, Carter pernah bertanya kepadaku, "Kenapa kamu menyerah?"

Dia merujuk pada keputusanku untuk keluar dari klub basket dan modern dance. Aku dengan santai menjawab bahwa aku tidak cocok dengan aktivitas klub-klub tersebut. Aku juga pernah membaca beberapa artikel bahwa ada beberapa orang yang mengagumi anak yang normal tetapi pandai, dan juga anak yang misterius. Jadi, walaupun aku tidak memasuki klub-klub popular, aku bisa menjadi popular dengan cara tidak berusaha menjadi popular.

Percakapan tersebut sangatlah biasa. Setelah kujawab, percakapan waktu itu berlanjut dengan biasa. Yang sedikit aneh adalah, setelah kuberi jawaban seperti itu, aku merasakan adanya aura kekecewaan, walaupun tipis. Saat merasakannya, kuanggap bahwa hal itu adalah kekecewaan Carter yang tidak bisa melihat hal menarik atau memalukan dari aku yang mencoba populer —yang cocok sekali dengan sifatnya yang suka mengejekku. Namun, setelah melihat bahwa seorang Carter bisa meneteskan air mata, aku rasa bahwa ada sisi Carter yang belum kuketahui —yang dia sembunyikan.

Apapun itu, aku harap suatu saat nanti, dia bisa terbuka kepadaku. Untuk sekarang...kami berdua hanya bermain, menikmati waktu kami.

"..."

Ketika memikirkan hal ini, aku tidak bisa berhenti tersenyum. Jika melihat diriku bertahun-tahun yang lalu, rasanya sudah banyak yang berubah. Laptopku sekarang ini bagaikan tempat bermain baruku, menggantikan taman dekat rumah yang biasanya selalu aku kunjungi.

Ketika aku mengingat taman tersebut, aku juga mengingat seseorang yang biasanya menemani aku disitu.

Aria...

Namun, setiap kali mengingatnya, aku selalu merasa sedih dan marah di saat yang sama. Aku tidak merindukannya, tetapi aku malah ingin melupakan dirinya.

"Kenapa kamu diam saja, Erno? Apa kamu ingin tidur? Dasar bayi."

Tidak lupa juga Carter yang akan selalu trash talk kapanpun dia menemukan kesempatan untuk melakukannya.

"Jadi, sekarang apa?" tanyaku mengabaikan ejekannya. Tentu saja aku merujuk pada pertemuanku dengan Agnes. Setelah bertemu dengannya, apa yang harus kulakukan?

Carter menjawab, "Terserah kamu."

"Maksudmu?"

"Aku hanya butuh kamu bertemu dengan Agnes. Besok, aku dan dia akan membahas tentang masalahnya. Tentu saja kamu pasti bingung dengan kondisinya. Oleh karena itulah, kamu tidak harus ikut."

"Lalu, kenapa kamu menyuruhku untuk bertemu Agnes sejak awal?"

Carter terdiam sejenak, lalu menjawab, "Aku hanya tidak ingin sendirian."

"Sendirian? Apa kamu bayi?" tentu saja aku tidak akan melewatkan kesempatan untuk mengejek Carter.

Carter tidak memecah keseriusannya, lalu melanjutkan, "Aku yakin kamu pernah berpikiran bahwa dunia ini menakutkan, bukan? Terlalu banyak rahasia yang disimpannya. Cahaya-cahaya yang hanya kita yang bisa melihatnya adalah Sebagian kecil dari rahasia tersebut. Aku selalu ingin mengabaikannya dan hidup normal. Namun, kasus Agnes ini cukup unik. Setidaknya, aku ingin kamu menjadi saksinya."

"..."

Aku tidak bisa berkata apa-apa. Ini adalah sisi baru Carter yang barusan kuketahui. Dari dalam, sebenarnya Carter sama saja seperti aku, yaitu merasa ketakutan. Lalu, apa yang harus kulakukan?

Sepemahamanku, maksud dari Carter ialah, dia hanya ingin teman. Dia tidak ingin aku untuk terlibat secara langsung besok. Berbicara dengan Agnes saja sudah cukup, untuk membangun koneksi. Tetapi...

"Besok aku akan ikut. Aku ingin memahami situasinya. Walaupun besok aku tidak bisa membantu, mungkin kedepannya aku akan bisa."

Itulah jawabanku.

Seperti berjalan ke dalam gua yang sangat gelap. Setidaknya, aku ingin menemani Carter untuk menyalakan api di dalamnya.

Kami berdua melanjutkan bermain. Kali ini, kami sepakat untuk melawan satu boss lagi. Setelah mengumpulkan beberapa pemain lainnya, kami masuk ke portal dan menunggu loading screen selesai.

"Baiklah, ayo kita selesaikan ini dan segera tidur."

Aku bersemangat untuk menyelesaikan ini dengan cepat lalu tidur. Jika tidak, maka aku akan tidur kurang dari dua jam dan tidak akan bertahan hidup untuk sekolah.

Tepat saat loading screen akan selesai, tiba-tiba Carter bertanya kepadaku, "Erno...Kenapa kamu menyerah?"

***

Pagi hari aku dibangunkan oleh bunyi alarm yang sangat keras. Tidak biasanya aku menggunakan alarm untuk bangun pagi, tapi hari ini adalah pengecualian. Aku mengorbankan jam tidurku demi bermain bersama Carter. Walaupun aku lebih sering bermain sendirian, bermain bersama Carter tidak buruk juga. Itu karena kami berdua akan selalu mengumpat satu sama lain jika melakukan kesalahan.

Aku membuka tirai dan membiarkan cahaya matahari masuk. Kemudian, aku akan membersihkan diri, memakai seragam, memakan sarapan, kemudian berangkat. Aku pikir, tidur 2 jam tidak buruk juga selama mood-ku bagus-bagus saja. Itulah yang aku pikir hingga mood-ku hancur berantakan melihat gantungan baju yang kubuat telah rusak. Tidak rusak parah sih, Cuma salah satu pakunya ada yang terlepas.

"Padahal aku telah susah payah membuatnya..."

Karena itu, sweter putihku terjatuh. Untungnya, lantai kamarku masih terbilang cukup bersih sehingga sweterku tidak terlalu kotor. Aku pikir, sweterku ini tidak perlu dicuci karena masih jarang aku pakai.

Untuk sementara, aku melipat sweterku dan meletakkannya diatas Kasur. Mungkin aku akan memperbaiki gantungan bajuku hari minggu saja. Aku masih terlalu malas untuk meminta yang baru kepada orangtuaku.

Keluar dari kamar, aku segera menuju kamar mandi. Kemudian, langsung bergegas memakai seragamku lalu menuju meja makan.

Seperti biasa, aku memakan sarapan sendirian. Kedua orangtuaku entah kenapa selalu meninggalkan rumah sangat pagi sekali hingga aku jarang sekali menemui mereka berdua. Aku tidak tahu kemana mereka pergi. Masih sangat sulit dipercaya jika mereka masih giat bekerja jika dilihat dari sifat mereka sekarang.

Aku tidak memiliki hubungan yang cukup erat terhadap kedua orangtuaku. Mereka jarang menemui dan bahkan berbicara kepadaku. Karena itulah, aku jadi kurang memperdulikan mereka berdua. Ibuku yang menyediakan sarapan setiap pagi dan juga makan malam sudah cukup bagiku, walaupun aku sering memakannya sendirian.

Hal itu dulu sering membuatku stress. Aku sampai sekarang masih bertanya-tanya, kenapa mereka berdua seperti ini? Ekspresinya mereka yang sangat datar dan juga mereka yang jarang berbicara itu membuatku sering kali kesepian. Apakah aku yang salah, ataukah ada hal lain yang menyebabkannya?

Aku sering sekali ingin mengetahui tentang mereka berdua, tetapi menyerah di tengah jalan. Berusaha memahami emosi mereka berdua itu bagaikan membedakan bintang-bintang di langit yang cahaya sudah redup. Mungkin orang yang sudah ahli bisa membedakannya, tetapi aku hanyalah anak kecil waktu itu. Walaupun begitu, aku masih kesulitan apa yang mereka rasakan setiap saat. Dari semua emosi yang kurasakan dari orang-orang, mereka berdua lah yang rasanya paling hampa.

Aku sendiri sampai bingung, apakah kemampuanku ini yang dapat membaca emosi orang lain berasal dari kerja kerasku selama ini yang berusaha membaca emosi kedua orangtuaku, ataukah dari kemampuan supernatural yang kudapatkan?

"Setidaknya, aku masih bisa makan." Itulah jawabanku terhadap setiap pertanyaan mengenai kedua orangtuaku sendiri.

***

Author's note :

Kali ini jauh lebih pendek. Top kek.

Chapter selanjutnya adalah konfrontasi dengan Agnes.

Next update : 25/10/2020

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Diary Ingin Cerita
3466      1656     558     
Fantasy
Nilam mengalami amnesia saat menjalani diklat pencinta alam. Begitu kondisi fisiknya pulih, memorinya pun kembali membaik. Namun, saat menemukan buku harian, Nilam menyadari masih ada sebagian ingatannya yang belum kembali. Tentang seorang lelaki spesial yang dia tidak ketahui siapa. Nilam pun mulai menelusuri petunjuk dari dalam buku harian, dan bertanya pada teman-teman terdekat untuk mendap...
My Last Moment
1428      803     29     
Short Story
Will Nicole know what her parents' biggest lie to her is?
Surat Kaleng Thalea
4397      1247     2     
Romance
Manusia tidak dapat menuai Cinta sampai Dia merasakan perpisahan yang menyedihkan, dan yang mampu membuka pikirannya, merasakan kesabaran yang pahit dan kesulitan yang menyedihkan. -Kahlil Gibran-
Premium
Cinta si Kembar Ganteng
12343      1215     0     
Romance
Teuku Rafky Kurniawan belum ingin menikah di usia 27 tahun. Ika Rizkya Keumala memaksa segera melamarnya karena teman-teman sudah menikah. Keumala pun punya sebuah nazar bersama teman-temannya untuk menikah di usia 27 tahun. Nazar itu terucap begitu saja saat awal masuk kuliah di Fakultas Ekonomi. Rafky belum terpikirkan menikah karena sedang mengejar karir sebagai pengusaha sukses, dan sudah men...
Zo'r : The Scientist
20647      3542     38     
Science Fiction
I will be inactive for some months due to the school's passing exams. [WILL BE REVISIONED] Zo'r The Series Book 2 Book 1 - Zo'r : The Teenagers Bumi selamat, tetapi separuhnya telah hancur berantakan. Zo'r yang kini hanya ber-6 kembali kehidupan lama mereka, tetapi sesuatu kembali terjadi. Terror-terror mulai berdatangan kepada mereka, mengganggu kehidupan mereka, sehingga Iustum harus ik...
1000 Origami Bangau
391      268     3     
Short Story
Origami bangau melambangkan cinta dan kesetiaan, karna bangau hanya memiliki satu pasangan seumur hidupnya. Tapi, jika semua itu hanyalah angan-angan belaka, aku harus bagaimana ??
HARMONI : Antara Padam, Sulut dan Terang
1312      611     5     
Romance
HARMONI adalah Padam, yang seketika jadikan gelap sebuah ruangan. Meski semula terang benderang. HARMONI adalah Sulut, yang memberikan harapan akan datangnya sinar tuk cerahkan ruang yang gelap. HARMONI adalah Terang, yang menjadikan ruang yang tersembunyi menampakkan segala isinya. Dan HARMONI yang sesungguhnya adalah masa di mana ketiga bagian dari Padam, Sulut dan Terang saling bertuk...
Senja Belum Berlalu
4151      1459     5     
Romance
Kehidupan seorang yang bernama Nita, yang dikatakan penyandang difabel tidak juga, namun untuk dikatakan sempurna, dia memang tidak sempurna. Nita yang akhirnya mampu mengendalikan dirinya, sayangnya ia tak mampu mengendalikan nasibnya, sejatinya nasib bisa diubah. Dan takdir yang ia terima sejatinya juga bisa diubah, namun sayangnya Nita tidak berupaya keras meminta untuk diubah. Ia menyesal...
WEIRD MATE
1595      769     10     
Romance
Syifa dan Rezeqi dipertemukan dalam kejadian konyol yang tak terduga. Sedari awal Rezeqi membenci Syifa, begitupun sebaliknya. Namun suatu waktu, Syifa menarik ikrarnya, karena tingkah konyolnya mulai menunjukkan perasaannya. Ada rahasia yang tersimpan rapat di antara mereka. Mulai dari pengidap Post Traumatic Stress Disorder (PTSD), pengguna narkoba yang tidak diacuhkan sampai kebencian aneh pa...
Nona Tak Terlihat
1746      1111     5     
Short Story
Ada seorang gadis yang selalu sendiri, tak ada teman disampingnya. Keberadaannya tak pernah dihiraukan oleh sekitar. Ia terus menyembunyikan diri dalam keramaian. Usahanya berkali-kali mendekati temannya namun sebanyak itu pula ia gagal. Kesepian dan ksedihan selalu menyelimuti hari-harinya. Nona tak terlihat, itulah sebutan yang melekat untuknya. Dan tak ada satupun yang memahami keinginan dan k...