Setelah kedatangan si tukang bully tadi, Putri menjadi tidak fokus dan tidak bersemangat selama mengikuti pelajaran di sekolah. Meskipun gurunya sedang menjelaskan mata pelajaran di depan kelas, ia sama sekali tidak bergairah untuk mendengarkan sang guru yang sedang mengoceh panjang lebar itu.
Ditambah nanti sore ia harus masuk ekstra vokal karena memang jadwal ekstrakurikuler vokalnya diadakan setiap hari senin sore. Ingin rasanya ia membolos di hari pertama, tapi ia merasa tidak enak.
Ingin masuk, tapi ia takut tidak akan fokus karena perkataan kakak kelasnya tadi yang terus menerus menghantui pikirannya. Dan ia pada akhirnya hanya bisa melamun sampai jam pelajaran berakhir.
Hingga pelajaran terakhir di siang hari pun tiba. Dan mata pelajaran terakhirnya hari itu adalah seni musik. Hari itu, gurunya yang juga pelatih grup vokal dan band di sekolahnya langsung memberikan tugas untuk membuat satu tim yang berisi 4-5 orang untuk tugas penilaian pertama mereka. Penilaian tugas menyanyi secara berkelompok.
Pikiran Putri semakin bercabang. Ia tahu pasti teman-temannya tidak akan ada yang mau untuk satu kelompok bersamanya. Namun ternyata pikirannya salah.
Gurunya saat ini malah mengatakan akan mengetes satu per satu teknik vokal mereka dengan menyuruh mereka bernyanyi dan maju satu per satu ke depan kelas.
Meskipun Putri sudah sering bernyanyi, tetap saja ia gugup jika harus bernyanyi dadakan di depan teman-temannya. Sampai ketika ia ditunjuk untuk bernyanyi di depan kelas, ia hanya bisa mematung.
"Kenapa diam saja? Kamu tidak perlu takut atau grogi, ibu hanya ingin tahu teknik vokalmu seperti teman-temanmu yang sudah maju lebih dulu tadi."
Putri hanya bisa menghela napas perlahan, lalu memandang ke arah kepala teman-temannya agar tidak grogi, dan mulai menyanyikan sebuah lagu. Lagu dari Bunga Citra Lestari yang berjudul Aku Tak Mau Sendiri.
Suasana di dalam kelas begitu hening, dan bahkan gurunya belum menyuruhnya berhenti sebelum Putri menyelesaikan reff pertamanya.
"Oke cukup. Suaramu bagus, ibu rasa kamu bisa menjadi BCL kedua nanti."
Gurunya bertepuk tangan dan diikuti oleh teman-temannya yang juga ikut bertepuk tangan setelah Putri selesai bernyanyi. Dan Putri hanya bisa menunduk karena malu.
"Khusus yang mau bergabung atau ingin memilih Putri di dalam tim kalian, kalian bisa pakai lagu BCL yang tadi saja."
Putri berjalan kembali ke tempat duduknya ketika gurunya sudah menyuruhnya untuk kembali ke bangkunya, dan setelah itu ada beberapa dari temannya yang langsung menawarkan diri untuk membentuk tim bersamanya.
Setelah semua teman-temannya maju, gurunya kini mengumumkan beberapa anak yang memang memiliki suara yang bagus hingga lumayan agar menjadi pemimpin dalam setiap tim untuk tugas yang akan mereka kerjakan.
"Sekarang akan ibu umumkan tiga orang terbaik yang akan menjadi ketua dalam tim vokal untuk penilaian pertama nanti. Pertama, Rika. Suaramu benar-benar bagus. Sepertinya kamu sangat cocok untuk menjadi the next vokalis extravaganza band di sekolah nanti."
Sekadar info, extravaganza band adalah nama grup band sekolah Putri yang sudah cukup terkenal di kotanya karena mereka hampir selalu menang dalam setiap acara perlombaan yang mereka ikuti, hingga bahkan ke tingkat nasional.
"Lalu yang kedua Erik. Suaramu juga lumayan bagus meskipun agak sedikit berat. Bisa dilatih lagi untuk vibrasinya. Kemudian Putri. Hampir sama dengan suara Rika, tetapi sepertinya kamu kurang percaya diri ketika tadi kamu bernyanyi. Padahal teknik vibrasimu sudah bagus. Oke, itu tadi adalah tiga terbaik di kelas ini. Ingat, setiap tim hanya berisi 4-5 anak."
Kelas menjadi ricuh karena mereka ingin bergabung di dalam tim Rika, Erik, dan juga Putri. Gurunya bahkan tidak mempermasalahkan hal tersebut, karena bel pulang sekolah juga telah berbunyi.
"Sebelum pulang, ibu mau memberikan pengumuman sebentar. Ekstra vokal akan dimulai nanti jam dua di ruang musik yang terletak di lantai dua. Kalau ada yang berminat untuk ikut, bisa langsung datang saja.
Sang guru menyuruh ketua kelas untuk memimpin doa sebelum pulang, dan setelah gurunya keluar, kelas menjadi ricuh kembali karena ada beberapa dari mereka yang masih belum mendapatkan tim.
💌
"Dek, kok baru pulang?"
Putri langsung tersentak kaget karena di belakangnya sudah ada lelaki yang beberapa hari ini menjadi sering muncul di dalam kehidupannya.
Padahal sekolah pukul 4 sore sudah terlihat sepi, dan Putri tidak menyadari jika ada segerombolan anak SMA dan satu anak SMP yang masih berseragam lengkap sedang duduk santai di sebuah warung yang terletak tepat di samping kiri gerbang sekolahnya.
Maklum saja, Putri sejak tadi hanya melamun setelah selesai mengikuti ekstrakurikuler vokal pertamanya. Ditambah guru seni musik yang merangkap guru vokalnya juga itu kembali menyuruhnya untuk bernyanyi sebuah lagu yang berjudul Bunda, membuat Putri masih terngiang-ngiang dengan pujian yang dilontarkan dari gurunya selama mengikuti ekstra tadi.
"Ojo mbok weden-wedeni tho Suf, kaget kuwi lho bocahe." (Jangan ditakut-takutin gitu dong Suf, anaknya jadi kaget gitu)
"Biarin aja lah mas Bagas, orang mas Yusufnya emang mau pedekate. Wingi wae takon nomer hapene ning aku. Untung aku duwe konco adek kelas sing kenal ndekne." (Kemarin aja dia tanya nomor hp nya ke aku. Untung aku punya temen adek kelas yang kenal dia)
"Wealah, arep pedekate tho Yu? Nek ngono ndang di gas Suf!" (Oalah, mau pedekate toh, Wahyu? Kalo gitu cepetan di gas, Yusuf!)
Putri merasa malu karena lagi-lagi ada banyak gerombolan lelaki tampan yang tengah menatap ke arahnya. Ia sama sekali tidak menjawab pertanyaan Yusuf tadi, dan langsung menaiki sepedanya agar ia bisa segera pergi dari sekolahnya.
Miris sekali karena aksinya untuk kabur harus gagal karena bagian belakang sepedanya dipegangi oleh Yusuf, membuatnya hanya bisa mendengus kesal karena jengkel.
"Kamu kenapa suka banget kabur sih? Terus juga kenapa sms ku gak dibales?"
"Aku gak punya pulsa."
"Oh, yaudah nanti aku beliin."
"Heh? Apaan sih! Gak usah! Duh, lepasin dong sepedaku, aku mau pulang."
"Kamu kenapa takut sama aku sih dek? Tampangku serem?"
'Takut kena serangan jantung kalo aku natap kamu. Ini mukaku gak berubah merah kan ya? Aku gak mau malu-maluin diri sendiri. Mana itu temen-temennya ganteng-ganteng semua lagi. Heh! Gak! Gak! Aku mikir apaan sih!'
"Engㅡgak kok. Cuma risih aja sama mereka yang disana."
"Oh, temen-temenku? Mereka gak gigit kok dek. Mereka baik semua. Itu juga ada si Wahyu kakak kelasmu."
"Ya tapi kan aku gak kenal."
"Mau kuajak kenalan sama mereka gak?"
Putri hanya menggeleng sambil berusaha untuk kabur kembali, namun miris, aksinya lagi-lagi harus gagal karena tangan kekar Yusuf malah memegangi stang sepedanya.
'Mau nangis aja rasanya aku. Mana udah sore lagi ini. Pasti ibu udah nungguin aku di rumah mbah.'
"Gas terus! Gas!"
Yusuf memberi kode dengan meletakkan telunjuk di atas bibirnya, menyuruh mereka semua untuk tetap diam karena ia sadar raut wajah Putri sudah terlihat tidak bersahabat.
"Yaudah, pulang gih dek. Udah sore. Ibu sama adekmu pasti udah nungguin."
'Kok dia bisa tau isi pikiranku?'
"Oㅡoke."
"Sampai jumpa besok."
Putri hanya bisa menelan salivanya karena Yusuf tengah tersenyum dengan senyuman yang membuat hatinya seketika porak poranda. Dengan cepat ia segera mengayuh sepedanya yang sudah dilepaskan oleh Yusuf sejak tadi, dan ia pulang ke rumah dengan kecepatan tinggi.
💌
"Kok baru pulang? Udah ibu tungguin dari tadi."
"Ada ekstrakurikuler tadi."
Tanpa ada pembicaraan lagi, Putri segera bersiap-siap untuk pulang ke rumah.
"Dek, pulsanya udah masuk belum?"
Putri hanya bisa mengumpat di dalam hati karena ternyata Yusuf benar-benar membelikannya pulsa. Mau tak mau ia harus membalas pesan tersebut, dan ia akan segera mengganti uangnya ketika ia bertemu dengan lelaki itu lagi.
Putri tidak enak karena diberi pulsa gratis seperti itu, padahal ia belum terlalu mengenal Yusuf, dan bahkan ia sendiri bukan siapa-siapanya lelaki tersebut.
"Udah."
"Singkat banget balesanmu dek."
"Hmm. Besok uang pulsanya aku ganti."
"Gak usah diganti. Aku ikhlas kok. Oh iya, weekend nanti jadi mau nemenin mas ke Timezone gak?"
"Tadi pake 'aku', sekarang 'mas'. Gimana sih. Gak, lagian gak akan dibolehin juga."
"Hahaha. Kalo gitu mas manggil diri sendiri pake mas aja biar kamu gak bingung. Yaudah, gapapa. Kamu jangan tidur malem". Sampe besok."
Putri menaruh ponselnya di atas meja tanpa berniat untuk membalasnya lagi. Ia merasa canggung, grogi, dan rasanya begitu campur aduk.
💌
@Madesyokee, ditungguu
Comment on chapter 1 ㅡ Accidental