Btw, thank's a lot, Moira nyampe 1K++ viewers. Yay!!!
.
.
.
“…”
.
.
.
Satu hari di musim dingin. Tiba-tiba seluruh daratan Xavier dikejutkan dengan kematian Nyonya Besar, nenek dari Diana. Kami semua berangkat secepat mungkin, ini kali pertama aku dan Diana keluar dari istana. Aku khawatir mungkin Diana akan menangis kencang bahkan sampai pingsan nantinya. Nyonya Besar sangat dekat dengan Diana, beliaulah yang membesarkan Diana. Pasti berita ini sangat mengejutkannya.
Tapi kenyataannya, Diana tidak bergeming sama sekali, saat aku memimpin pemakaman Nyonya Besar, kulihat Diana hanya memandangi peti mati Nyonya Besar sambil memegang tubuh ibunya. Tatapannya sama persis seperti yang pernah aku lihat ketika ia memandangi foto mendiang orang tuaku. Sang Ratu tidak menangis sama sekali, tapi entah bagaimana, ada keyakinan tidak masuk akal yang bisa kujabarkan untuk menjawab tatapan asingnya itu.
Diana menghabiskan waktunya sepanjang hari di dalam kamar. Setelah meminta Alpha dan Michael untuk meliburkan semua kegiatan di Kerajaan Xavier demi mengenang Nyonya Besar, aku masuk ke dalam kamar Diana di mansion Keluarga Levada. Ini pertama kalinya aku masuk ke dalam kamar Sang Ratu dulu.
“Kau melewatkan makan siangmu,” ucapku.
Diana tidak bergeming, ia melihat sekilas kemudian kembali memandangi jendela kamarnya. Aku melihat-lihat kamarnya. Banyak lukisan Diana yang ditempel di dinding kamarnya, satu-satunya hobi Diana yang kutahu, tapi selama ia di istana, aku tidak pernah melihatnya melukis. Lukisan ini seperti menjelaskan bagaimana sifat Diana, walaupun ia tidak bisa bersosialisasi dengan baik sama sepertiku, tapi Keluarga Levada membesarkan Diana menjadi perempuan yang ceria dan penuh kasih sayang. Tentu saja sebelum ia jatuh dari tangga. Diana yang sekarang melihatku bukan seperti Diana yang dulu.
Ia melihatku—
“Sedang apa kau di sini?” tanyanya datar.
Aku mulai mengenal Diana yang ini sedikit banyak tentang perilakunya, tapi yang pasti Diana yang sekarang sedang menahan sesuatu. Aku juga pernah kehilangan, dan tidak ada yang bisa sekuat itu merelakan kepergian seseorang yang disayang. Sekarang Diana sedang menahan itu semua, kenapa tidak kau luapkan saja sekarang?
“Saat kau bangun setelah terjatuh dari tangga, berhari-hari kau mengurung diri di kamarmu, setelah itu kau mulai berani berteriak ke arahku.”
“Apa yang ingin kau katakan?!”
“Kau juga memukulku saat aku memintamu menggantikan pengurus istana. Kau juga marah saat insiden pot itu.”
Diana berjalan ke arahku, matanya mengkilat tajam. Ia sepertinya mulai marah padaku, “Kalau kau cuma ingin mengomeliku, pergi sekarang, aku sedang tidak dalam suasana ingin meladeni atau melihatmu.”
Tidak. Aku tidak ingin meninggalkanmu, kau harus meluapkan emosimu itu, Diana.
“Sekarang sifat burukmu itu menghilang. Kenapa? Karena Nyonya Levada…”
Diana melayangkan tangannya dan mengarahkan padaku, dengan mudah aku menangkapnya dan menarik Diana hingga lebih dekat denganku. Air matanya mulai menumpuk di pelupuk matanya, kenapa kau menahan semua ini sendirian?
“Kau juga berteriak saat aku memarahimu karena mengacaukan acara yang dibuat Cecilia. Kau kesal karena aku membahas tentang mendiang orang tuaku. Kenapa? Kau sekarang kesal karena tahu rasanya?”
“Iya!!! Ini pertama kalinya aku merasa kehilangan!!! Lalu apa masalahmu?!! Kau senang karena sekarang aku juga bernasib sama sepertimu?!! Hah!!!”
Diana meluapkan emosinya itu padaku. Benar, lakukanlah itu Diana. Aku benci melihatmu bersedih, tapi aku lebih membenci dirimu yang menahan semua emosimu itu sendirian. Ada aku di sini, Diana. Aku tidak akan kemana-mana, ada aku yang bersedia memberikan segalanya untukmu, ada aku yang dengan sukarela memberikanmu pelukan hangat dan tempat persembunyian paling baik di dunia.
Sang Ratu menangis dalam pelukanku,
“Kau tidak perlu menahannya, jadilah seperti biasanya. Rasa sesak itu harus kau keluarkan!”
**
Seminggu kemudian, aku dan Diana sudah kembali dari mansion Keluarga Levada. Kulihat Diana sudah lebih baik keadaannya, dia sudah mulai memarahiku lagi. Itu lebih baik daripada harus melihatnya memendam perasaannya sendirian. Tapi.
“Kau sendiri kenapa ikut berpura-pura?” tanyaku. Kami berhenti di depan gerbang istana, kami sempat beradu mulut karena beberapa hari lalu aku tinggal di Keluarga Levada, dan Diana merasa tindakanku itu perlu dipertanyakan.
Kenapa? Aku ini suaminya. Jika Diana menganggap perilakuku selama ini hanya kebohongan, lantas kenapa ia tidak menghentikannya? Kenapa Diana bertingkah seolah hubungan kami memang berjalan baik-baik saja?
Bagiku hubungan kami baik-baik saja, menurutmu bagaimana, Sang Ratu?
“Iya juga ya, yang Keluarga Levada tahu jika hubungan kita baik-baik saja, tapi jika mereka tahu hubungan kita kacau begini, tebak siapa yang akan paling bersedih?” jawab Diana.
Apa? Jadi selama ini Diana tidak menyadari perasaanku padanya? Aku—
“Ini mungkin sedikit terlambat, tapi aku minta maaf karena masuk dalam kehidupanmu, sekarang kita berdua harus menanggung akibatnya. Aku tahu perasaanmu tidak pernah ada untukku, dan sepertinya aku terlalu gegabah mencintaimu. Aku akan hidup seolah kau tak menyadarinya, dan akan membantumu secara profesional.”
Hawa panas yang mendidih muncul di suatu tempat di sekitar dadaku. Rasanya sesak, tapi selebihnya memuakkan dan tidak nyaman. Argumen ini terhenti ketika Alpha muncul dan menghampiri kami. Setelah Diana berubah, aku menyadari sepenuhnya jika kehadiranku benar-benar tidak berarti baginya. Semua perubahan yang dibuatnya padaku, tidak tampak sama sekali di mata Sang Ratu.
Alpha melaporkan pekerjaan di Daerah Perbatasan yang sudah selesai. Selagi Diana berkabung, Alpha yang mengganti pekerjaannya. Selain itu juga, Alpha kini menjadi tangan kananku sepenuhnya. Diam-diam ia bertemu dengan Thomas dan membicarakan informasi-informasi baru mengenai Tuan Daniel.
“Tuan Daniel dan Tuan Franz memang merencanakan kudeta, pada awalnya.”
“Awalnya?”
“Iya, Yang Mulia. Setelah gagal menjadikan Nona Cecilia sebagai ratu, Tuan Daniel mendekati Tuan Thomas dan Tuan Franz. Tapi sepertinya, hanya Tuan Franz yang bisa diajak kerja sama karena Tuan Daniel bisa menutupi lokasi prostitusi itu. Kemudian, setelah saya berbicara dengan Tuan Thomas, penutupan tempat prostitusi dan keluarnya Tuan Franz justru membuat mereka mengincar Yang Mulia Ratu.”
“Apa?!”
“Itu masih kecurigaan Tuan Thomas, menurut mata-mata yang dimilikinya, akhir-akhir ini Tuan Daniel sering mencari informasi tentang Keluarga Levada juga tentang Yang Mulia Ratu lewat bantuan Tuan Franz.”
Aku menghela napas yang sepertinya percuma saja. Aneh sekali jika Tuan Daniel dan Franz mengincar Diana, perempuan itu tidak pernah tahu tentang masalah ini, kenapa mereka mengincar Diana? Sang Ratu tidak—
“Apa mereka berpikir jika semua yang terjadi pada mereka karena ulah Sang Ratu?” tanyaku.
Alpha tidak bergeming, ia sama saja denganku yang tidak tahu pasti kemana anak panah Tuan Daniel akan ditembakkan.
“Kita harus memastikan siapa target yang dipilih oleh mereka.”
“Bagaimana caranya? Tuan Daniel sudah jarang berada di sekitar istana, Tuan Franz tentu saja ia bersembunyi di suatu tempat.”
“Kita buat mereka benar-benar mengincar Sang Ratu.”
**
Ada satu hal yang kutemukan dari sosok Diana yang baru. Dia mudah sekali terpancing emosinya. Saat aku memarahinya karena menghancurkan acara yang dibuat Cecilia dulu, saat aku berpura-pura mencurigainya sampai sepatu yang dipakainya rusak, juga saat aku memancing emosinya ketika mendiang Nyonya Besar meninggal. Diana bukan lagi sosok yang akan menahan diri atau berlari pergi ketika aku menggertaknya, sekarang ia melawan. Kadang hal itu sangat menyenangkan, kadang pula hal itu memberikan gambaran jika aku memang menghilang di hati kecilnya.
Setiap perempuan itu kesal, Diana selalu mengurung diri di kamarnya dan enggan keluar kamar berjam-jam lamanya, dan perilakunya yang seperti itu memberiku sebuah ide yang cukup gila, tapi Alpha menolaknya.
“Memancing amarah Yang Mulia Ratu, bagaimana jika Yang Mulia Ratu pergi dari istana ini?”
“Sang Ratu tidak akan pergi begitu saja.”
“Tapi Yang Mulia, jika Anda melukai perasaannya seperti itu, pasti Yang Mulia Ratu akan merasa...”
Aku melirik ke arah Alpha. Sesungguhnya aku pun tidak yakin dengan rencana ini, kondisi hubunganku dengan Diana jaraknya semakin jauh sekali. Aku percaya Diana tidak akan pergi dari istana, tapi kemungkinan besar aku benar-benar akan terhapus di hatinya. Mungkin Diana akan terus melangkah menjauhiku dan sepenuhnya membenciku.
Aku juga takut akan hal itu, tapi ini satu-satunya rencana yang bisa aku lakukan. Keluarga Barton akan percaya jika aku dan Diana bertengkar hebat, mereka akan berpikir jika keselamatan Diana akan sedikit memberikan celah bagi mereka untuk mencelakainya. Di satu sisi, Diana akan aman di kamarnya sementara aku sendiri yang memancing Keluarga Barton keluar dari persembunyiannya.
“Aku tahu, Diana akan sangat membenciku. Tapi dengan membuat kegaduhan besar di istana, Keluarga Barton akan berpikir jika mereka memiliki celah untuk mencelakai Diana.”
“Saya tetap tidak yakin jika Yang Mulia Ratu akan baik-baik saja, bagaimana jika kita kehilangan Yang Mulia Ratu?”
“Aku juga takut kehilangan Diana, tapi aku harus tetap percaya diri untuk melindunginya. Bahkan jika sampai membuat Diana membenciku sekalipun, aku harus tetap percaya diri.”
Karena rasanya akan sangat asing jika aku kehilangan Diana untuk selama-lamanya. Itu bagai mimpi buruk yang sepertinya akan terus berulang sepanjang hidupku. Mimpi yang tidak akan pernah selesai.
Tanpa sadar langkahku sampai di sekitar danau istana. Tak lama dari itu aku mendengar suara sesuatu yang tercebur ke dalam danau. Aku pun mendekati suara itu.
“Yang Mulia Ratu.” Alpha tiba-tiba memanggil Diana, aku ikut mengarahkan mataku tepat ke arah di mana Alpha memanggil Sang Ratu.
Benar saja, ada Diana yang berjalan keluar dari danau kemudian menghampiri Cecilia dan menamparnya.
“Ini saatnya.”
“Yang Mulia, tapi—“
Aku tidak mendengar lagi apa yang dikatakan Alpha, jika harus membuat kegaduhan besar, maka Cecilia adalah orang paling cocok untuk memberikan kabar ini pada Keluarga Barton.
Aku menahan lengan Diana yang akan mendarat di wajah Cecilia untuk kedua kalinya, matanya yang menatap tajam ke arahku jelas sekali memberi gambaran bagaimana amarah perempuan ini. Apapun yang telah dilakukan Keluarga Barton padamu Diana, biarkan aku yang membalas mereka sampai mereka sendiri kelelahan untuk hidup.
“Sudah cukup, Diana!”
“Jangan ikut campur! Pergi sana!”
“Aku tidak suka tindakanmu yang kasar itu!”
“Kenapa?! Kaget melihatku jadi seperti ini?!”
“Aku memberimu pekerjaan supaya kau tidak mengacau di istana ini, tapi sepertinya aku salah menilaimu, Diana!”
Diana akhirnya bisa melepaskan genggaman tanganku, ia memukulku asal, tapi amarahnya tidak reda sama sekali. Ada rasa perih yang menusuk tubuhku, tapi inilah caraku membuatnya selamat dari segala hal buruk yang mengarah padanya.
“Ambil lagi saja pekerjaanku!!! Memangnya aku senang bekerja bersamamu!!!”
Diana lalu pergi dengan dibantu Alpha, melihat mereka berdua menjauh, rasanya aku seperti ksatria brengsek yang menjaganya dari belakang. Itu lebih baik untuk Diana, meski sama sekali tidak baik untuk kondisiku.
“Lucas, Diana tadi—“
“Bawa semua pelayan dan ksatria dari istana selir,” kataku.
“Lucas!” Cecilia memegang lenganku, aku menghempaskannya. Lalu berjalan meninggalkannya.
“Lucas! Maafkan aku! Aku tahu aku salah tapi aku mohon—“
Aku mencengkram wajahnya, mata Cecilia memperlihatkan ketakutannya yang kentara. “Kau tahu apa yang akan terjadi padaku jika Keluarga Levada tahu Diana mengadu semua ini pada mereka?! Hubunganku dengan Keluarga Levada akan hancur, Diana tidak akan kembali ke istana setelah ia selesai menjenguk makam neneknya minggu depan.”
Kemudian aku melepaskan Cecilia dengan kasar.
“Hubunganku dengan Diana sudah begitu buruk, dan kau semakin memperburuknya. Hanya satu hal kecil yang kuambil darimu, sekali lagi kau mengganggu Diana dan hubunganku, akan kupastikan kau tidak akan bisa melihat seluruh Keluarga Barton.”
**
Diana tertidur lelap malam itu. Aku menunggunya karena takut ia terkena demam. Aku sudah mencurigai ada hal aneh padanya, Diana seperti benar-benar muncul sebagai sosok yang tidak dikenal siapapun. Apalagi saat ia berada di laguna, setahuku Diana selalu menjauhi tempat-tempat berair, tapi ia berendam di laguna saat musim panas waktu itu, ia juga masuk ke sungai saat kami di Daerah Perbatasan. Diana seperti kehilangan ketakutannya pada air.
“Kali ini saya benar-benar tidak setuju dengan rencana Anda tadi pagi. Yang Mulia Ratu, bukan, Diana sama sekali tidak bisa berenang. Ia pernah hanyut di sungai saat masih kecil.”
Aku tahu yang sedang berbicara dari belakang tubuhku bukan tangan kananku, sepertinya Alpha mulai bersikap seperti teman masa kecil Diana.
“Tapi Diana baik-baik saja, bukan?” tanyaku.
“Diana hampir celaka.”
Aku melihat Alpha yang ada di belakangku, “Aku tidak tahu kau seberani ini masuk ke dalam kamar istriku.”
“Karena saya tahu Yang Mulia akan ada di sini malam ini.”
Aku menyunggingkan seringaiku. “Apakah kau tidak percaya pada teman masa kecilmu ini?”
“Karena saya lebih mengenal Diana jauh sebelum Anda.”
“Apakah kau yakin Diana yang ini benar-benar kau kenali?”
Alpha tidak menjawab, aku melangkah lebih dekat padanya. “Kali ini aku yang lebih mengenal istriku sendiri, dan aku percaya padanya, aku selalu percaya pada Diana.”
“Sikap Anda kali ini tidak bisa saya maafkan. Apa ancaman saya tidak digubris oleh Anda. Bahkan jika saya hanya seorang ksatria, saya bisa membawa Yang Mulia Ratu keluar dari istana. Saya tidak ingin orang yang saya sayangi terluka di sini.”
“Apa kau juga menganggap main-main ucapanku? Apa aku akan diam saja jika Diana terluka? Aku akan membunuh siapapun yang mengusik ketenangan Sang Ratu.”
“Besok saya akan berlatih untuk rencana nanti. Saya harap Anda mau menemani saya berlatih. Saya permisi.”
“Tentu saja, persiapkan saja darahmu. Jangan sampai kau kehabisan darah sebelum membunuh para pembelot itu.”
Alpha lalu keluar dari kamar Diana. Seringai yang sejak tadi aku pamerkan padanya pun hilang seperti sosok Alpha yang menghilang dari pintu itu. Sikapnya itu membuatku muak. Jika bukan karena Diana, jika Alpha memang salah satu dari pembelot itu, aku sudah menebas lehernya hari ini juga. Harusnya ia bersyukur karena aku selalu menahan diri dengan sikapnya itu. Apa dia benar-benar berencana merebut hati Diana yang sudah kehilangan sosokku di dalamnya?
Aku sudah tidak sanggup lagi menahannya. Akan kuberi pelajaran paling berharga bagi teman masa kecilnya Diana itu.
Salam Hangat,
SR
ig: @cintikus
@sylviayenny thank youuuu :)
Comment on chapter #1