Seoul
Untuk: Shim Chang Min
Selamat ulang tahun!
Jun Su bangun sangat pagi hari ini. Ia segera bersiap-siap untuk pergi. Jun Su yang biasanya tidak mempedulikan penampilannya kini menatap dirinya ke cermin dan memastikan penampilannya sudah rapi.
Dari: Shim Chang Min
Terimakasih! Maaf kalau aku sedikit terlambat, kau harus tau betapa sulitnya keluar dari rumah ini.
Jun Su tersenyum sayu menatap layar ponselnya. Membayangkan Chang Min yang harus berhadapan dengan orang tuanya membuatnya merasa kasihan.
Jun Su menatap Ha Eun yang tersenyum malu di ruang tengah. Gadis itu mengenakan dress dan terlihat manis.
‘Ini buruk…’ Jun Su terpaku di tempatnya, membuat Nyonya Kim salah sangka.
“Oh, lihat, Jun Su begitu terpesona dengan Ha Eun!” Nyonya Kim terkekeh pelan sementara Ha Eun terlihat sedikit terkejut dengan komentar itu. Jun Su bisa melihat pipi Ha Eun yang sedikit merona.
“Jun Su, kau terlihat rapi sekali hari ini.” Nyonya Kim memandang Jun Su dari ujung rambut hingga kakinya. “Apa kau sudah siap pergi dengan Ha Eun?”
“Pergi?” Jun Su terbelalak.
“Ya, bukankah Eomma sudah bilang Ha Eun akan kemari lagi hari ini? Ajaklah Ha Eun jalan-jalan.” Nyonya Kim tersenyum senang.
“Maaf, hari ini aku sudah ada janji. Temanku ulang tahun.” Jun Su menatap ibunya yang terlihat terkejut. Wajar saja, Jun Su hampir tidak pernah menolak permintaan Nyonya Kim.
“Pagi-pagi begini? Siapa? Batalkan saja.” Nyonya Kim tersenyum lebar. Menganggap remeh janji Jun Su.
“Aku sudah berjanji padanya sejak lama, jadi-”
“Kalau begitu, apa aku boleh ikut?” Ha Eun memotong kalimat Jun Su dan tersenyum ramah.
Jun Su hanya terdiam kaget, sementara Nyonya Kim sudah mengiyakan dengan semangat.
“Maaf, aku tidak enak untuk mengajak teman yang tidak diundang.” Jun Su memaksakan senyumnya, berusaha menolak dengan sopan.
“Apa? Ini bukan pesta ulang tahun anak kecil ‘kan? Mengajak pacar ke pesta ulang tahun teman adalah hal yang biasa.” Nyonya Kim tertawa kecil. “Ikutlah dengan Jun Su.” Nyonya Kim berbalik memandang Ha Eun yang mengangguk patuh.
“Tapi, aku benar-benar tidak enak.” Jun Su menatap Ha Eun dan menggelengkan sedikit kepalanya, berusaha membuat gadis itu mengerti dan mengalah.
“Oh,” Ha Eun terlihat mengerti kodenya. “bagaimana kalau aku menunggu di sini dan membiarkan Jun Su pergi. Pestanya tidak akan lama bukan?” Ha Eun tersenyum lebar pada Jun Su.
Jun Su menghela nafasnya dalam diam. Ia tidak menyangka gadis di hadapannya ini cukup agresif. “Pestanya hingga malam. Mungkin aku tidak akan pulang malam ini. Aku berniat untuk menginap.” kali ini nada suara Jun Su berubah serius, tidak seperti Jun Su yang biasanya. Nyonya Kim dan Ha Eun sedikit terkejut dengan itu.
“Jun Su, sepertinya akan lebih baik untuk menghabiskan waktu dengan Ha Eun sebanyak mungkin selagi kau masih di Korea.” nada Nyonya Kim melembut, ia menatap Jun Su dengan senyum lebar, belum menyerah untuk meyakinkan putra bungsunya, “Jadi, batalkan saja pesta ulang tahunnya, Eomma yakin temanmu akan mengerti.”
Jun Su hanya diam. Ia sudah lama tidak merasa marah... sangat lama... Ia tidak bisa mencegah untuk sangat marah dengan ini. Mengingat Chang Min yang harus menerima omelan orang tuanya agar dapat bersama dengannya, mengingat dirinya yang tidak bisa memberi hadiah lain selain waktunya untuk Chang Min, mengingat seberapa Chang Min harus bersabar karena ibunya terus menjodohkan Jun Su dengan gadis-gadis itu... Jun Su benar-benar merasa dadanya sesak.
“Aku,” Jun Su menatap kosong ke arah pintu rumahnya yang terbuka. Ia ingin keluar... ia ingin pergi dan menemui Chang Min. Sudah hampir seminggu ia tidak bertemu Chang Min, dan ia tidak bisa menunggu lebih lama lagi. “Aku sudah punya pacar.”
Seketika, Nyonya Kim dan Ha Eun memandang kaget sosok Jun Su. Tuan Kim yang sedari tadi hanya diam di sofa ruang tengah pun ikut menatap Jun Su dengan kaget, tidak lagi membaca koran di tangannya.
“Benarkah?” Nyonya Kim tidak bisa menutupi rasa senangnya, dan Ha Eun hanya bisa diam dengan rasa kecewanya.
“Kenapa kau tidak bilang? Kenapa tidak pernah mengajaknya kemari?” Nyonya Kim menatap Jun Su dengan mata yang berbinar.
“Pacarku, seorang laki-laki.” Jun Su merasa jantungnya berdebar kencang. Ia mengatakannya. Ia sudah mengatakannya...
Ruangan itu kembali hening. Kali ini keheningan itu berlangsung lebih lama...
Chang Min memasuki salah satu ruang makan tertutup yang sudah ia sewa. Jun Su sudah duduk diam di sana. Pandangan laki-laki itu terlihat kosong.
“Apa kau menunggu lama?” Chang Min menutup pintu dan pemuda itu tersadar dari lamunannya. Jun Su tersenyum padanya dan menggeleng dengan senyuman manis.
Chang Min tidak bisa menahan dirinya untuk mencium kening pemuda itu.
“Selamat ulang tahun.” Jun Su menatapnya dan berkata lembut.
Jun Ho berusaha menenangkan ibunya, sementara Ri In dan Tuan Kim hanya diam. Jun Ho melirik jam di dinding. Hari sudah mulai larut, tapi Jun Su belum juga pulang.
“Kau lelah? Mau kuantar pulang dulu?” Jun Ho menatap Ri In. Dengan senyum lembutnya, gadis itu menggelengkan kepala.
Kamar bernuansa kayu yang hangat menjadi tempat pilihan Chang Min untuk bermalam dengan Jun Su hari ini. Chang Min tahu benar model kamar seperti ini adalah kesukaan Jun Su. Meski pun ini hari ulang tahunnya, ia tetap ingin memanjakan pacarnya itu.
Jun Su hanya diam dan merasakan kehangatan lengan Chang Min sebagai sandarannya, sementara sebelah tangan Chang Min yang lain memegangi buku yang ia baca. Berada di pelukan Chang Min adalah tempat ternyaman di dunia ini. Baru seminggu Jun Su tidak merasakan kehangatan Chang Min, namun ia sudah sangat merindukannya.
Sudah hampir pukul dua belas malam. Waktu terasa berlalu sangat cepat saat Jun Su bersama laki-laki ini. Jun Su bahkan bisa melupakan kejadiaan pagi tadi hanya dengan melihat senyum pemuda itu.
Sudah lewat jam dua belas malam. Jun Ho bersandar di ambang pintu rumahnya dan menatap ke arah jalanan yang sepi.
Ke mana Jun Su? Apa yang terjadi dengan adiknya itu? Ponselnya bahkan tidak aktif...
Hari ulang tahun Chang Min sudah berakhir. Kejadian tadi pagi kembali mengganggu pikiran Jun Su, membuatnya terus menatap Chang Min yang terlihat fokus pada bukunya.
Menyadari tatapan Jun Su, Chang Min mengelus rambut pemuda itu dan tersenyum lembut.
“Sudah lewat jam dua belas, apa aku bisa mengambil ponselku?”
Chang Min memanyunkan bibirnya, “Sudah lewat jam dua belas?” Chang Min menghembuskan nafas panjangnya, “Ya, ambilah.”
Jun Su merangkak di ranjang besar itu dan berusaha menggapai ponselnya di laci. Chang Min selalu menyita ponselnya dan mematikan benda itu selama hari ulang tahunnya.
“Ada apa?” Chang Min menyadari tatapan cemas Jun Su yang memandang layar ponselnya.
Jun Su menghela nafasnya. Ada sangat banyak panggilan tak terjawab dari Jun Ho dan ibunya.
“Aku, memberitahu ibuku tentang hubungan kita hari ini.”
Jun Ho mengetuk kamar dengan nomor 1215 di hadapannya. Pintu kamar itu segera, menampilkan wajah adiknya yang tersenyum kecil meski wajahnya sedikit tertunduk.
“Maaf sudah membuatmu keluar malam-malam.” Jun Su bersuara kecil.
Jun Ho tersenyum meskipun Jun Su masih belum memandang wajahnya, “Tidak masalah.”
Pandangan Jun Ho segera beralih pada sosok laki-laki muda yang tidak kalah tinggi darinya.
Jun Ho hanya terdiam, semua cerita Jun Su benar-benar mengejutkannya; tentang bagaimana mereka bertemu, dan bagaimana mereka… menjadi sepasang kekasih.
“Apa kau bahagia?” Jun Ho menatap mata Jun Su dalam-dalam. Begitu banyak pertanyaan yang ingin ia sampaikan pada adiknya itu, tetapi hanya itu yang akhirnya mampu Jun Ho ucapkan.
Jun Su hanya tersenyum kecil dan mengangguk, akhirnya menatap mata kakaknya itu.
Jun Ho melihat ketulusan di mata itu, jauh berbeda dengan mata sayu yang selalu dilihatnya sejak kecil, “Kalau begitu, aku akan berusaha membuat Eomma mengerti. Kau tidak perlu memikirkan Appa, aku rasa dia menerima pilihanmu.” Jun Ho menepuk pelan pundak Jun Su.
“Terimakasih. Maaf, aku selalu merepotkanmu sejak dulu.” Jun Su kembali berbicara dengan wajah yang sedikit tertunduk.
Jun Ho menggeleng pelan, “Aku juga minta maaf. Aku tidak bisa membantumu selama ini. Aku tidak mengerti keadaanmu.” nada menyesal terdengar jelas pada suara Jun Ho. “Apa aku bisa bicara empat mata dengan Chang Min?”
Chang Min hanya bisa menatap Jun Ho dalam diam setelah pria di hadapannya itu menceritakan masa kecil Jun Su yang tidak Chang Min duga. Jun Su tidak pernah menceritakan hal itu padanya.
“Sejak kecil, aku hanya diam dan melihat semua yang terjadi tanpa bisa berbuat banyak. Aku merasa gagal menjadi seorang kakak.” Jun Ho tersenyum pahit. Bahkan jika ia bisa mengulang waktu, Jun Ho tidak yakin ia bisa berbuat sesuatu untuk membuat Jun Su bahagia. “Jika Jun Su bahagia bersamamu, maka aku benar-benar berterimakasih.”
Chang Min melebarkan matanya. Senyum Jun Ho terlihat tulus.
“Tolong buat dia bahagia. Aku akan bicara pada orang tuaku agar mereka merestui hubunganmu dan Jun Su. Setidaknya, aku hanya ingin membantu Jun Su untuk mendapatkan kebahagiaannya.”
“Ada dua kamar di sini, atau aku bisa membukakan satu kamar lagi untukmu.” Chang Min merasa tidak enak pada Jun Ho yang harus pulang subuh-subuh.
“Tidak perlu. Istriku menunggu di rumah.” Jun Ho tersenyum lebar dan berpamitan.
Melihat Jun Ho yang sudah hilang di balik lift hotel itu, Chang Min kembali tersenyum lega. Ia tidak menyangka akan mendapat sambutan baik dari Jun Ho. Sekarang, yang ia khawatirkan hanyalah Nyonya Kim.