"Kak benar disinikan komplek perumahannya," Kata Dhika menyetir pelan melihat sekeliling perumahan yang mewah dan besar membuat matanya bukan susah berkedip melainkan tidak ingin berkedip.
"Ya benar, Perumahan seperti ini tidak mungkin tidak ada yang tahu," Balasnya.
"Kak Ardi, komplek Butterfly ya?" tanya Dhika.
"Daritadi tanya terus memang kau tidak baca?" Kata Ardi terpaksa menutup bukunya dan mengarah pada secarik kertas yang berada didepannya.
"Lihat kok kak. Tapi cuma dilihat doang," Kata Dhika enteng.
"Komplek Dragon fly," Jawab Ardi.
Ardi kembali membuka bukunya membaca helai demi helai halaman buku. Sedangkan Dhika sedang fokus memutar kepalanya melihat nama komplek Dragon fly yang disebutkan kakaknya.
"Owh ini kak." teriak Dhika senang melihat nama yang dicarinya.
Dhika dan Ardi memastikan komplek rumah yang akan disambanginya. Mereka berhenti tepat di depan gerbang besar yang tak kalah megahnya dengan rumah-rumah lainnya justru rumah di komplek ini lebih megah.
Ardi menyuruh Dhika untuk menghentikan mobilnya sebelum masuk ke dalam kompelk rumah yang di tuju.
"Kak kenapa kita turun?" kata Dhika menghampiri kakaknya yang sedang melihat ke arah secarik kertas dan nama yang terpampang besar diatas gerbang itu.
"Dragonfly kan ini?" Tanya Ardi masih bingung.
"Kak itu jelas-jelas tulisannya sama," ngotot Dhika dengan intonasi yang meninggi.
Kehadiran mereka berdua berdebat di depan pintu gerbang membuat para security dengan wajah sangar layaknya body-guadrsnya sangat menjanjikan, seolah kita tidak bisa sembarangan masuk ke dalam komplek itu. Badan gempal dan mata yang tajam terus memperhatikan gerak gerik mereka berdua.
"Iya memang sama, tapi...."
"Tapi-tapi apaan sih kak. Ayo masuk kak kita seperti orang yang akan berbuat kejahatan saja," gelisah Dhika melihat sekawanan para security.
"Nih lihat!" Ardi menunjukkan kertas yang berisikan alamat.
"Komplek Dra-gon-fly," Dhika mengeja 2 kata itu dan memastikan benar. "Iya benar kak. Tunggu apa lagi."
"Lihat yang benar. Disini ibu menulisnya DRAGON FLY dengan spasi sedangkan atas gerbang sana tertulis DRAGONFLY tanpa spasi," Jelas Ardi.
"Ya ampun kak, jangan gara-gara spasi kita bertengkar disini. Kakak jangan tambah dosa untuk adikmu seorang ini kak. Sama saja kak" tegas Dhika kesal. "Lihat saja rumah sebesar ini tidak mungkin Dragonfly pasti Dragon fly. Tidak mungkin capung pasti naga."
"Lebih baik kita tanya dulu," jawab Ardi.
Dhika merampas dengan kesal karena ulah kakak yang terlaku perfectionis tidak boleh salah sedikit. Dhika berjalan sendiri menghampiri pos security yang sudah menatapnya sedari awal menginjakkan kaki didepan pintu gerbang.
Tidak lama kemudian Dhika datang dengan wajah yang kusut karena kakaknya selalu benar.
"Bagaimana?" tanya Ardi.
"Betul kak ada Dragon fly ada juga Dragonfly tapi kalau Dragon fly itu ada di barat sedangkan ini di timur," ujar Dhika kesal.
"Ya sudah kita kesana."
Mereka berdua kembali kedalam mobil, Dhika menyetir mobil dengan wajah kusut dan pastinya kesal karena ulah nama yang dipermasalahkan hanya gara-gara Spasi. Parahnya lagi Dhika yang sudah bingung mencari alamat harus putar arah dan menempuh jarak cukup jauh karena dari ujung ke ujung.
Sesampainya disana Dhika semakin dibuat kesal dan dipastikan marah karena ia merasa dikerjai oleh para security dan alamat palsu itu. Wajahnya merah padam dan untuk anak indigo mungkin bisa melihat kepalanya bertanduk dan mengeluarkan asap dari pori-pori kulitnya. Ardi hanya tertawa kecil karena ulah adiknya yang lucu.
"Awas saja akan aku laporkan ke pengelola perumahan ini!" Ancam Dhika sesampainya ditempat semula. Dhika kesal karena harus putar arah kembali ke komplek semula karena tempat yang bernama Dragon Fly adalah taman bermain diperumahan itu.
"Pak, Bapak mau ngerjain saya ya. Kan tadi tanya kenapa bapak kasih saya alamat taman bermain," Dhika langsung turun dari mobil dengan kesal dan menghampiri pos security yang kompak berjaga.
"Pak, kan tadi bapak tanya saya "Memangnya nama Dragon-fly ada 2 ya pak disini?" Lalu saja jawab "Iya pak ada dua, ada yang Dragon fly ada yang Dragonfly. Kalau Dragonfly ada disini, perumahan ini sedangkan Dragon fly ada disana yaitu taman bermain. Lalu saya tanya lagi bapak "Pak mau ke yang mana?" Bapak lalu meminta kepada saya sebuah pulpen dan kertas. Lalu bapak menuliskan ka-ta Dragon fly. Ya saya sudah pasti tunjukkan kesana," jelas pak security dengan sangat rinci dan niat sabar.
"Lah Dhik kamu kan tadi ambil kertas alamat dari kakak, kamu tidak tunjukkan pada bapaknya." kata Ardi
Dhika merogoh kantongnya lalu menunjukkan alamat itu kepada Bapak security yang ada dihadapannya.
"Nah kalau ini betul disini. Jln Wings no 3. Ini Dragonfly. Owhh.. anda mau kerumahnya Bapak Daniswara" Tanya Pak Security.
"Ya pak," jawab Ardi, Dhika hanya diam dalam kekesalannya.
"Silahkan tinggalkan KTP aslinya dan akan saya kembalikan setelah bapak pulang dari komplek sini." kata pak Security.
"Untung saja Butterfly tidak dipisah jadi Butter fly," geleng Ardi.
Setelah mengikuti prosedur keamanan bertamu dari Pos security. Dhika lanjut menyetir menuju alamat yang tertulis di kertas dari ibunya. Dhika masih kesal dan terus bersungut-sungut sepanjang perjalanan tidak terima karena kejadian barusan yang menghabiskan waktu cukup lama.
"Pantas saja rumahnya mewah. Tembok saja pakai granit tidak seperti kita cukup pakai anyaman bambu saja cukup elegan dan bagus," kata Dhika yang mulai terhanyut indahnya kekayaan duniawi.
"Nih alamatnya," kata Ardi membuat Dhika menginjak rem dadakan karena fokus melihat rumah.
"Kak bilang sebelumnya jangan dadakan gitu!" kesal Dhika sembari memarkir mobilnya dipinggir jalan yang tidak jauh dari gerbang rumah alamt yang dicari mereka.
Ardi dan Dhika turun dari mobil yang bertype sedan lama. Dhika tidak henti-hentinya memutar kepala mengelilingi satu persatu ciptaan tangan manusia. Ardi cukup melihat rumah yang ingin ia sambanginya saja. Ardi membawa sebuah bingkisan dari orang tuanya yang ditunjukkan untuk keluarga Daniswara.
"Kak beneran rumahnya bagus sekali, bayar listriknya pasti mahal kak. Apalagi yang membersihkannya," kata Dhika.
"Hmmm," ujar Ardi singkat sembari membereskan bingkisan. "Ayo Dhik."
Bruuuggghhhh...
"Aduh..."
Dhika yang baru saja keluar dari mobil dan melangkahkan kaki ke pintu gerbang tidak sengaja bertubrukan dengan seorang wanita yang dilihatnya cukup aneh. Wanita tanpa polesan, kaos dengan celana tigaperempat dan juga sepatu cat mix dengan sandal dalam rumah. Dhika hanya mengangguk memiringkan bibirnya melihat wanita aneh didepannya, mungkin ini Trend fashion model jaman sekarang yang memang semakin majunya jaman semakin "unik" tak terkira.
"Heh... Kalau jalan pakai mata," kata Dhika berdiri yang ikut terjatuh karena bertubrukan. "Sial sekali hari ini."
"Dimana-mana jalan itu pakai kaki," katanya tidak terima.
"Sudah nabrak, bukannya minta maaf malah ngotot," Ujar Dhika juga tidak terima.
"Siapa yang duluan ngalangin jalan. Inikan depan rumahku," ujarnya lalu bergumam pelan "Bukan sih, rumah papahku."
"Sudahlah...." ujar Ardi menenangkan Dhika.
"Tidak bisa kak, Dasar anak kecil tidak tahu sopan santun," gumam Dhika namun suaranya masih terdengar jelas.
"Bangga bener umurnya lebih be...sar... dariku. Memangnya umurmu berapa?" Katanya menantang.
"20 Tahun dan kau itu sebagai yang lebih muda harus hormat."
"Hahahahahha...," wanita itu tertawa terpingkal-pingkal. "Ampun dah Umur cuma beda 2 bulan doang. Aku akui, aku memang lebih muda darimu."
Ardi hanya diam namun mendengar dan melihat apa yang sedang mereka lakukan. Bahkan Ardi juga ikut tertawa kecil sesekali melihat pertandingan mereka yang begitu seru. Ardi tidak melupakan kedatangannya kesini, tapi ia juga tidak mungkin membiarkan ataupun meninggalkan adiknya yang sedang bertengkar seru.
"ANANDAAAA..." teriak paman Ryo membuat mereka bertiga langsung melihat ke arah sura itu khususnya Ananda.
Ananda yang mendengarnya langsung berlari menjauh dengan wajah kesal. Orang yang memanggilnya tidak ingin kalah seperti Dhika. Ryo yang umurnya tidak jauh berbeda dengan Ananda mengejarnya. Namun tidak disangka oleh Ardi dan Dhika yang menyaksikan kehebohan mereka berdua. Ananda si gadis itu membuat takjub Ardi khususnya Dhika yang tidak mengetahui jika ada gadis tangguh seperti Ananda ketika Ryo sibuk mengejar dan menangkap, Ananda dengan asik melakukan aksi Parkour demi menghindari kejaran Ryo.
"Gadis itu sepertinya lahir di hutan kak," Ujar Dhika menggelengkan kepala.
"Apa bedanya dengan kamu yang lahir di rawa," Ungkap Ardi.
Kedatangan Ryo membelah pertikaian Dhika dan Ananda. Ardi akhirnya bisa menyelesaikan urusan yang harus diselesaikan, jika tidak ibunya akan mengancamnya dengan berbagai jurus, tidak tanggung-tanggung jika kesal akan keluar petisi dari sang kakek. Mereka memasuki pintu yang sama dengan Ananda dan Ryo. Mereka tidak menyangka akan mendapat kesan seperti ini untuk pertama kalinya bertamu. Mereka masuk ke rumah tujuan dan disambut oleh bibi yang membukakan pintu dengan ramah. Dhika mengela napas berat, seberat perjuangannya mencari alamat ini.