Read More >>"> To You The One I Love
Loading...
Logo TinLit
Read Story - To You The One I Love
MENU
About Us  

Angin berhembus perlahan menerbangkan beberapa helaian rambutku yang berantakan. Aku merapatkan jaketku kedinginan. Sungguh angin malam memang tidak baik untuk kesehatanku. Aku melemparkan pandangan ke langit bertabur bintang. "Akhirnya esok hari itu tiba "gumamku. Pikiranku melayang layang seperti menyusuri ruang kenangan. Ada kau di sana. Dan seperti sebuah air bah, ingatan bersamamu mengalir deras saat aku membuka pintu kenangan itu.

Berseragam putih abu kala itu kau mengungkapkannya padaku. Pipimu bersemu merah tersipu ketika kau bilang kau menyukaiku. Aku terkejut. Dalam pikiranku bahkan ku berteriak "Sungguh? " Aku tak menyangka sama sekali. Entah sebuah kebetulan ataukah memang takdir yang sudah menuliskannya. 

"Aku juga menyukaimu. " aku membalas pelan malu-malu. Wajahku terasa panas seperti direbus. Padahal hanya tiga kata. Tapi kenapa memberitahukannya padamu membuatku seperti meriang begini? Badanku panas dingin. Aku mencuri pandang penasaran dengan ekspresimu. Kau tersenyum. Wajahmu masih memerah. Bahkan bertambah merah. Lucu sekali, membuatku ingin terus memandangnya. 

"Jangan melihatku! " Kau menutup wajahku dengan tanganmu. "Kenapa? kau lucu. " ucapku terus terang. "Aku suka " tambahku jujur. Kau membuang muka saat mendengarku. Ketika aku tanya mengapa kau bilang malu. Aku tertawa. Sebenarnya aku juga malu, tapi aku tidak bilang padamu.

"Em jadi apakah kita sekarang pa...pacaran?" Kau bertanya lagi pelan pelan memandangku. Ditanya begitu aku tidak bisa mencegah rasa panas menjalar ke wajahku. Aku mengangguk pelan setuju.

"Terimakasih. " katamu. Kau mengulurkan tangan yang langsung kusambut dengan semangat. Kau tertawa begitu juga aku. Hari itu, 22 Agustus kucatat sebagai hari yang paling menyenangkan dalam hidupku.

Bersamamu aku mengalami berbagai emosi yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Bagaimana jantungku berdegub kencang saat melihatmu tersenyum. Atau bagaimana bahagianya saat kau memandangku lembut. "Nana," begitulah setiap kali kau memanggilku. Suaramu yang berat dan dalam selalu sukses membuatku panas dingin. Disisimu aku bisa membayangkan masa depan gemerlap yang telah menanti.

"Nana" panggilmu kala kau dan aku merayakan hari jadi kita di tahun ke tiga. Aku tidak menjawab hanya memandangmu penuh kasih. "Apakah kau bahagia denganku? " tanyamu. Aku terpekur merasa aneh dengan pertanyaan yang kau lontarkan.

"Pernahkah aku tidak bahagia bersamamu? " aku balik bertanya. Kau hanya mendesah. Wajahmu terlihat begitu gelisah. Entah apa yang kau pikirkan.

"Kenapa? " aku menggenggam tanganmu. "Apa ada masalah? " Kau menggeleng namun wajahmu masih saja terlihat gelisah. Kau seperti ingin mengatakan sesuatu namun juga ada yang membuatmu tak bisa mengatakannya.

"Kenapa? Kalau kau tetap diam bagaiman bisa aku membantumu? " aku sedikit menaikan nada bicaraku. Kau menggigit bibir bawahmu seperti berpikir keras. 

"Nana, " panggilmu. Matamu memandang lurus mataku. "Mari akhiri hubungan ini. " pintanya. Permintaanmu bagai sebuah sambaran petir di hari cerah. Aku membatu. Otakku berpikir keras mencari alasan yang membuatmu mencampakkanku. Tidak. Aku tidak bisa menemukannya.

"Ke..kenapa? " suaraku tercekat, sepenuh tenaga kutahan tangisku. "Kau sudah tak mencintaiku lagi? " Kau memalingkan wajah. "Kurasa ini yang terbaik untuk kita. Selamat tinggal Nana." Tanpa membiarkanku menjawab kau meninggalkanku. Begitu dingin. Sakit. Sesuatu di dalam dadaku ngilu, nyeri. Aku sesak. Mataku panas. Tanpa dapat sanggup kucegah air mata mengalir deras. Pupus sudah. Cerita kau dan aku. Hilang sudah semua masa depan yang telah kubayangkan.

Aku tersenyum kecut. Tampaknya aku sudah terlalu lama bernostalgia. Terlarut dalam kenanganmu hanya akan membuatmu sedih bukan. "Hei, apakah di sana kau juga bahagia? " tanyaku. Aku kembali termenung, tampaknya kenangan masa lalu masih belum bisa untuk benar benar kutinggalkan.

Berpisah denganmu adalah neraka bagiku. Aku benar benar kehilangan semangat hidup. Apalagi setelahnya kau benar benar menghilang. Butuh waktu tahunan untuk mengobati luka yang kau tinggalkan. Saat itulah aku mengetahui alasanmu mencampakkanku.

Entah takdir mana yang mengikatmu dan aku. Aku kembali bertemu denganmu saat aku tengah menyelesaikan studi profesiku. Keadaanmu saat itu jauh dari kata baik. Mereka bilang hidupmu tak lama lagi.

"Kenapa kau tidak memberitahuku? " satu pertanyaan kutujukan padamu. Jawabmu. "Maaf aku tidak ingin menyusahkanmu. " Aku menggigit bibir bawahku menahan segala gemuruh. "Aku hanya ingin kau bahagia. Tapi kalau hanya denganku kau hanya akan menangis. " 

"Dasar bodoh! Aku bahagia hanya dengan di sisimu. " seruku. Air mataku mengalir. "Siapa kau menentukan kebahagianku. Ini hidupku. Akulah yang menentukan pilihan. " 

"Sekarang kau tidak berhak menolak. Aku akan berada di sisimu sampai kapanpun. " tegasku. Kau memandangku. Pandanganmu jauh berbeda. Matamu sayu. Seolah kau tak lagi memiliki keinginan untuk memperjuangkan hidupmu. "Lakukan sesukamu. " itulah jawabanmu. Tentu saja akan kulakukan semauku.

Aku tidak peduli apapun yang terjadi padamu. Fakta kalau aku mencintaimu bukanlah sebuah kebohongan. Meskipun kini kau hanya tinggal tulang berbalut kulit. Meski kini tak ada lagi pandangan lembutmu. Tak masalah buatku. Sudah kubilang aku mencintaimu. Hanya itu. Iya hanya itu saja alasanku untuk tetap di sisimu.

Aku menghapus setitik air mata yang sudah muncul di pelupuk mataku. Aku tahu kesedihan itu pasti akan datang setiap kali aku mengingat momen terakhirmu dan aku. Tapi rasanya tak lengkap jika kilas balik ini tidak kuselesaikan hingga akhirnya. Aku pun kembali menikmati kepingan terakhir kenangan masa laluku bersamamu.

"Apakah kau bahagia denganku? " lagi. Kau mengajukan pertanyaan yang sama. Aku memandangmu tajam. Terakhir kali kau bertanya, sepihak kau memutuskanku. Kau seperti tahu jalan pikiranku lalu menyahut. "Aku tidak bermaksud memutuskanmu lagi. Sungguh. "

"Bukankah aku sudah pernah bilang pernahkah aku tidak bahagia bersamamu? Jawaban itu masih sama dulu maupun sekarang. " Kau tersenyum. Senyuman paling menyenangkan.

"Aku juga bahagia bersamamu. " itu katamu. Aku membelai wajahmu. Kau menggenggam tanganku erat.

"Yang kuinginkan kau terus bahagia. Nana..."

"Ya, "

"Teruslah bahagia. Meskipun nanti aku tidak lagi di sisimu, kau harus tetap mencari kebahagianmu. Kau tidak perlu memikirkanku lagi. " kau terengah engah mengucapkan kalimat itu. Aku menempelkan jari telunjuk ke bibir  memberitahumu jangan banyak bicara. Tapi kau tidak peduli. Kau terus saja berceloteh.

"Nana maukah kau berjanji tidak mengingatku lagi dan mencari kebahagiaan lain? Berjanjilah jangan menangis jika aku pergi. "

"Apa yang kau katakan? " tanyaku.

"Berjanjilah."

"Ituu. "

"Berjanjilah. "

"Baiklah aku janji. " jawabku. Kau mengulurkan jari kelingkingmu seolah ingin mengikat janji yang telah kuucapkan. Aku melakukan hal yang sama. Kau tersenyum lagi. 

"Aku lelah, biarkan aku istirahat. " katamu. Aku mengangguk. Saat itu aku sama sekali tidak menyangka kalau dirimu tidak akan pernah lagi membuka mata. Kau benar benar meninggalkanku. Kali ini untuk selamanya.

Aaah. Selesai sudah kisah nostalgiaku bersamamu. Akhir kisahmu dan aku memang tidak seindah dongeng. Tapi semua hari yang kulewati denganmu, semua kenangan tentangmu. Semua itu adalah harta berharga bagiku.

"Hei," panggilku.

"Besok aku akan menikah. Lelaki yang akan kunikahi tidak kalah baik dirimu, jadi jangan khawatir. Aku pasti bahagia. Seperti permintaanmu aku akan bahagia. "

Aku mengguratkan sebuah senyuman. Untukmu orang yang pernah kucintai dan akan selalu kucintai. Aku akan mempersembahkan kepadamu hidup bahagiaku. Dan pastikan dirimu juga berbahagia  di sana. 

 

Tags: romance school

How do you feel about this chapter?

0 0 2 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • Yuni20

    Hidup memang bukan dongeng ataupun sinetron jaman sekarang :D Ceritanya bagus!! aku menanti cerita lainnya ya :)

Similar Tags
Give Up? No!
404      264     0     
Short Story
you were given this life because you were strong enough to live it.
Catatan 19 September
22763      2708     6     
Romance
Apa kamu tahu bagaimana definisi siapa mencintai siapa yang sebenarnya? Aku mencintai kamu dan kamu mencintai dia. Kira-kira seperti itulah singkatnya. Aku ingin bercerita sedikit kepadamu tentang bagaimana kita dulu, baiklah, ku harap kamu tetap mau mendengarkan cerita ini sampai akhir tanpa ada bagian yang tertinggal sedikit pun. Teruntuk kamu sosok 19 September ketahuilah bahwa dir...
What If I Die Tomorrow?
348      212     2     
Short Story
Aku tak suka hidup di dunia ini. Semua penuh basa-basi. Mereka selalu menganggap aku kasat mata, merasa aku adalah hal termenakutkan di semesta ini yang harus dijauhi. Rasa tertekan itu, sungguh membuatku ingin cepat-cepat mati. Hingga suatu hari, bayangan hitam dan kemunculan seorang pria tak dikenal yang bisa masuk begitu saja ke apartemenku membuatku pingsan, mengetahui bahwa dia adalah han...
Dunia Sasha
4170      1669     1     
Romance
Fase baru kehidupan dimulai ketika Raisa Kamila sepenuhnya lepas dari seragam putih abu-abu di usianya yang ke-17 tahun. Fase baru mempertemukannya pada sosok Aran Dinata, Cinta Pertama yang manis dan Keisha Amanda Westring, gadis hedonisme pengidap gangguan kepribadian antisosial yang kerap kali berniat menghancurkan hidupnya. Takdir tak pernah salah menempatkan pemerannya. Ketiganya memiliki ...
Maroon Ribbon
450      314     1     
Short Story
Ribbon. Not as beautiful as it looks. The ribbon were tied so tight by scars and tears till it can\'t breathe. It walking towards the street to never ending circle.
Yang Terindah Itu Kamu
6810      2864     44     
Romance
Cinta pertama Aditya Samuel jatuh pada Ranti Adinda. Gadis yang dia kenal saat usia belasan. Semua suka duka dan gundah gulana hati Aditya saat merasakan cinta dikemas dengan manis di sini. Berbagai kesempatan juga menjadi momen yang tak terlupakan bagi Aditya. Aditya pikir cinta monyet itu akan mati seiring berjalannya waktu. Sayangnya Aditya salah, dia malah jatuh semakin dalam dan tak bisa mel...
Dearest Friend Nirluka
218      181     0     
Mystery
Kasus bullying di masa lalu yang disembunyikan oleh Akademi menyebabkan seorang siswi bernama Nirluka menghilang dari peradaban, menyeret Manik serta Abigail yang kini harus berhadapan dengan seluruh masa lalu Nirluka. Bersama, mereka harus melewati musim panas yang tak berkesudahan di Akademi dengan mengalahkan seluruh sisa-sisa kehidupan milik Nirluka. Menghadapi untaian tanya yang bahkan ol...
LARA
7049      1794     3     
Romance
Kau membuat ku sembuh dari luka, semata-mata hanya untuk membuat ku lebih terluka lagi. Cover by @radicaelly (on wattpad) copyright 2018 all rights reserved.
Cinta Dalam Diam
687      445     1     
Short Story
Kututup buku bersampul ungu itu dan meletakkannya kembali dalam barisan buku-buku lain yang semua isinya adalah tentang dia. Iya dia, mungkin sebagian orang berpendapat bahwa mengagumi seseorang itu wajar. Ya sangat wajar, apa lagi jika orang tersebut bisa memotivasi kita untuk lebih baik.
GLACIER 1: The Fire of Massacre
181      148     1     
Fantasy
[Fantasy - Tragedy - Action] Suku Glacier adalah suku yang seluruhnya adalah perempuan. Suku damai pengikut Dewi Arghi. Suku dengan kekuatan penyegel. Nila, anak perempuan dari Suku Glacier bertemu dengan Kaie, anak laki-laki dari Suku Daun di tengah serangan siluman. Kaie mengantarkannya pulang. Namun sayangnya, Nila menjatuhkan diri sambil menangis. Suku Glacier, terbakar ....