2 TAHUN KEMUDIAN
Senja di ujung kota itu melukiskan sinar oranye, begitu indah membuat setiap mata yang memandangnya jadi terpanah. Sungguh begitu sempurnanya ciptaan Tuhan, sehingga tidak ada satu pun seniman yang dapat meniru indahnya lukisan-Nya. Zakky berjalan menyusuri taman kota, pandangannya kosong, ia terlihat bingung bagaimana caranya agar ia bisa menutupi semuanya kepada Azra, tentang siapa dirinya yang sebenarnya? Zakky khawatir karena keinginannya untuk memiliki Azra malah menjadi celah untuknya membuka semua rahasia yang ia simpan selama ini "Ya Allah apa yang harus aku lakukan? Aku bingung harus bagaimana lagi? Apakah aku sanggung menutupi rahasia ini sampai tante dan om menjelaskannya sendiri kepada Azra."
"Rahasia apa kak?"
Zakky kaget melihat ternyata sudah ada Azra disisinya. Wajahnya seketika menjadi pucat, ia terdiam tak mampu mengeluarkan satu katapun.
"Rahasia apa kak Zakky?" ulang Azra.
Zakky masih terdiam, ia benar-benar bingung harus jawab apa. "Ra..."
"Kak Zakky jelaskan ke Azra, rahasia apa yang kak Zakky, Umi dan Abi ketahui? Sampai Azra nggak boleh mengetahui hal itu?"
"Bukan apa-apa kok Ra....," ujar Zakky berbohong.
"Bukan apa-apa gimana? Kalau tidak penting pasti Kak Zakky tidak perlu repot-repot nyembunyiin semuanya ke Azra. Kak Zakky tolong, Bersumpahlah untuk tidak berbohong!!! Jelaskan semuanya ke Azra. Azra mohon kak." Isak Azra.
"Maaf Ra, kakak nggak bisa jelasin semuanya ke Azra. Tolong jangan paksa kakak untuk mengkhianati amanah om dan tante," pinta Zakky.
"Okay kalau kakak nggak mau kasih tau Azra, Azra akan tanya sendiri ke Umi dan Abi. Apa yang sebenarnya kalian sembunyikan dari Azra," tantang Azra seraya pergi meninggalkan Zakky.
Kaki Zakky lemas, ia terduduk lemah. "Apa yang harus aku lakukan?" Sementara Azra telah menjauh dari pandangannya. Zakky berlari mengejarnya. "Azra!!!" Pekiknya. Azra mempercepat langkahnya tanpa mempedulikan Zakky yang berteriak memanggil namanya. Zakky berlari mengejarkan, saat dirinya sudah mulai menggapai Azra ia tarik tangan Azra. "Maafkan kakak Ra.... Maafkan kakak" isaknya. "Jangan pergi meninggalkan kakak. Kakak mohon.... Kakak tak sanggup kehilangan Azra. Karena kakak mencintai Azra. Iya aku mencintaimu Azra. Bukan sebagai sepupumu tapi aku mencintaimu sebagai seorang perempuan."
Azra melepaskan lengannya dari tangan Zakky "Astaghfirullahal 'adzim..... Maksud kakak apa? Kakak sudah gila? Hahhh!!! Kakak itu sepupu Azra, Ayah kakak dan Abi Azra saudara kandung kak. Adat keluarga kita menentang itu, mana mungkin kita menikah. Mana boleh kakak mencintaiku sebagai seorang wanita!!!" bentak Azra.
"Maafkan kakak Ra kakak menyembunyikan semuanya dari Azra, malam nanti kakak akan jelaskan semuanya ke Azra. Sekarang Azra pulang, istirahat, tenangka pikiran Azra. Ayo! Kakak antar pulang!" pinta Zakky.
"Nggak. Azra bisa pulang sendiri. Sekarang tinggalin Azra, biarkan Azra berpikir dengan tenang," pinta Azra.
Pikiran Azra kalang kabut "Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang mereka sembunyikan dari Azra? Dan mengapa kak Zakky mencintaiku? Kenapa harus kak Zakky...." Azra terduduk lemas.
"Saat aku sudah mulai melupakan rasa itu, mengapa kak Zakky malah mengungkapkannya. Mengapa aku harus tahu bahwa kak Zakky juga menyukaiku.... Mengapa kak Zakky harus jadi sepupuku.... Mengapa semua ini sangat rumit...." Azra terisak tanpa mempedulikan orang yang berjalan lalu lalang di sekelilingnya.
Azmi yang sejak tadi melihat kejadian itu mendekat ke arah Azra. "Azra..." panggilnya.
Azra menoleh ke arahnya seraya menghapuskan air matanya. "Eh Azmi," jawabnya.
"Kamu kenapa Ra?" tanya Azmi pura-pura tidak tahu.
"Aku nggak apa-apa. Biasa... kamu kan tahu aku paling nggak bisa menghadapi asap. Tuh lihat banyak asap dari penjual bakso bakar itu," ujar Azra berbohong seraya menunjuk ke arah penjual bakso bakar.
"Oalah... nih lap pake tissue," pinta Azmi.
"Oh, iya aku minta maaf ya atas kecanggungan kita selama ini, nggak seharusnya aku begitu, padahal sudah 2 tahun kita bertetangga tapi tak pernah sekalipun aku menegurmu" ujar Azra meminta maaf.
"Iya Ra. Aku juga minta maaf. Ra.... Sebenarnya ada yang ingin aku sampaikan padamu," tutur Azmi.
Azra hanya menoleh ke arah Azmi tanpa mengucapkan sepatah katapun.
"Hmmm.... Nanti aja deh. Malam ahad ini Umi dan Abimu ada di rumah?" tanya Azmi.
"Umi selalu di rumah, kalau Abi biasanya libur kalo malam ahad. Kenapa?" tanya Azra.
"Nggak apa-apa kok, aku mau silaturahim saja," tutur Azmi.
"Oh iya sudah sore aku pulang ya. Assalaamu'alaikum," pamit Azra.
"Wa'alaikumussalaam." Dalam hatinya bergumam "calon bidadari syurgaku."
***
Seperti janji yang telah dibuat malam itu Zakky datang ke rumah Azra untuk menjelaskan semuanya. Sebelumnya Zakky telah meminta izin Uminya Azra dan menjelaskan semua kejadian yang telah terjadi. Umi Azra meminta agar dirinya saja yang menjelaskan semuanya, Zakky cukup datang untuk memenuhi janjinya kepada Azra.
Zakky duduk di sofa rumah itu namun pikirannya ntah dimana. Ia benar-benar gugup dan takut melihat reaksi Azra setelah mengetahui semua ini, namun Bundanya selalu memberikan support kepadanya. "Tidak apa-apa Zak, jangan terlalu khawatir. Azra sudah dewasa pasti dia bisa mengatasi semuanya. Biar bagaimanapun dia harus tahu kebenaran ini," ujar Bunda.
"Tapi Bun...."
"Udah. Yakinlah Azra pasti kuat! Percaya deh sama Bunda."
"Bunda yakin Azra nggak akan ninggalin kita semua saat dia tahu kenyataan ini. Bunda yakin Azra tidak akan mencari kebenaran tentang dirinya?"
"Sudah.... Sudah.... Jangan terlalu dipikirkan dulu, nanti pasti ada solusinya. Okay!!!"
"Assalaamu'alaikum tante," sapa Azra.
"Wa'alaikumussalaam, shalihahnya tante," jawabnya seraya mencium pipi keponakannya itu. "Umi, Abi mana sayang?" tanya nya.
"Masih di kamar kayaknya tante. Azra panggilin ya!" tawarnya.
"Nggak apa-apa kita tunggu aja."
"Baik tante."
Umi dan Abi turun dengan membawa satu koper merah besar yang yang sudah usang. Azra pernah melihat benda itu di dalam gudang namun Azra tidak pernah penasaran apa yang ada di dalamnya, tapi malam ini ntah mengapa Azra sangat ingin mengetahui apa yang tersimpan di dalam koper itu. "Itu apa Mi?" tanya Azra.
Umi diam sejenak kemudian berkata "Coba Azra buka koper ini!" pinta Umi.
Azra yang sudah sangat penasaran dengan cepat kea rah Uminya dan membuka koper itu. Taka da yang aneh di dalam itu semuanya hanyalah pakaian bayi perempuan. "Baju-baju ini pasti baju Azra waktu masih bayi kan Mi?" tanya Azra.
"Iya sayang," jawab Umi.
"Terus apa yang ingin Umi dan Abi jelaskan dengan baju-baju ini?" tanya Azra.
"Coba Azra buka lipatan jaket merah itu!" pinta Umi.
Azra buka lipatan jaket itu dan dia menemukan foto seorang wanita dan bayi kecilnya. Dan Azra ingat wanita itu. "Inikan Ammy Clara dan ini Azra."
"Iya sayang, maafkan Umi. Sebenarnya..... Umi bukan Ibu kandung Azra. Dan Clara..... Clara bukan adiknya Umi. Tapi.... Clara itu Ibu kandungmu Azra....." Umi terisak.
"Apa? Ammy Clara ibu kandungnya Azra! Lantas kalau Ammy Clara bukan adiknya Umi siapa dia? Dan siapa Ayahnya Azra! Mengapa Umi nggak pernah cerita dengan Azra. Mengapa? Azra sampai nggak pernah memanggil Ibu Azra sendiri dengan panggilan Ibu, Umi, Bunda atau Mama sampai beliau menghembus nafas terakhirnya."
"Maafkan Umi sayang... Maafkan Umi..... Clara sebenarnya teman Umi sejak kecil, dulu Clara, Umi dan Ayahmu bersahabat sejak Umi pindah ke daerah ini. Om Azkamu itu Ayahmu, dia adalah laki-laki yang baik." Jelas Umi.
"Lantas dimana Ayah sekarang?" tanya Azra.
"Baik dengarkan baik-baik apa yang Umi ceritakan. Mengapa Umi tak pernah sekalipun bilang ke Azra kalau Clara adalah ibu kandungnya Azra karena Clara melarang Umi untuk mengatakannya sampai Clara cerai dengan suaminya. Namun belum selesai urusan perceraian mereka Clara sudah Allah panggil untuk menghadap-Nya."
"Ibu ingin bercerai dengan Ayah? Mengapa? Umi bilang Ayah orang yang baik."
"Bukan dengan Ayahmu Azra tapi dengan suami kedua Ibumu. Suami kedua ibumu orangnya sangat tempramen, ia selalu memukuli Ibumu saat ibumu bilang tentang anak. Ia selalu bilang kalau dirinya tidak mau memiliki anak. Maka dari itu Clara memintaku untuk menjaga dirimu sementara waktu sampai ia bisa menggugat cerai suaminya. Tentang Ayahmu.... Iya Azka meninggal saat ibumu melahirkanmu. Saat itu Azka mendengar kabar bahwa ibumu sudah mau melahirkan dia langsung bergegas pergi ke rumah sakit. Namun saat itu dia mengalami kecelakaan. Dan beliau meninggal di tempat kejadian."
"Ayah..... Ibu....." Azra terisak. "Mengapa semua ini sangat menyakitkan Ya Allah....," ratap Azra. Umi langsung memeluk tubuh putrinya itu. Tepatnya putri kedua sahabatnya yang telah ia anggap seperti putrinya sendiri. "Umi.... Abi..... Ibu.... Ayah..... Azra tidak sempat sujud dengan mereka."
"Semuanya sudah Allah gariskan sayang... Saat ini kamu harus sering-sering mendo'akan mereka. Maafkan Umi karena selama ini Umi tidak pernah menjawab kenapa setiap malam jum'at kita selalu mengirimkan surah Yasin untuk Clara dan Azka. Itu semua Umi lakukan untuk baktimu kepada kedua orangtuamu sayang. Maafin Umi... Umi melakukan semua ini karena Umi sayang Azra.
Oh iya Azra itu adalah nama kedua orangtuamu Azka dan Clara. Abi membuat nama Azra dibelakang namamu agar suatu hari nanti kamu bisa mengenang kedua orangtuamu melalui namamu.
"Apakah Ibu dan Ayah tidak memberiku nama?" tanya Azra. Atau siapa nama yang diberikan oleh orangtuaku Umi?"
"Namamu Afischa Al-Hafizah. Oleh Abimu dibuat menjadi Afischa Azra Al-Hafizah," jelas Umi.
"Ra.... Maafin kak Zakky juga yak karena kakak tidak kuasa untuk menjelaskan semuanya kepada Azra. Kakak nggak sanggup liat Azra nangis gini, maafin kakak ya!" pinta Zakky.
Azra hanya mengangguk tanda mengiyakan.
****
MasyaAllah pengen deh jadi kayak Azra
Comment on chapter Ikhwan yang Bersuara Merdu