Loading...
Logo TinLit
Read Story - Mendadak Halal
MENU
About Us  

Setelah mengantarkan teh untuk suami dan juga Ayahnya. Killa kembali masuk kedalam rumah. Ia berjalan kearah dapur untuk menaruh nampan. Didapur killa melihat bundanya yang tengah sibuk dengan bahan masakan. Ia pun menawarkan dirinya untuk membantu bundanya menyiapkan makan malam.

"Bun, ada yang bisa killa bantu?" ar melirik kearah putrinya dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.

"Tolong kupasin sama potongin bawangnya ya" killa mengangguk kemudian ia mengambil pisau ditempatnya lalu mulai mengupas bawang merah yang sudah disediakan oleh bundanya.

"Nak, kamu masih hutang cerita loh sama bunda" perkataan itu membuat killa mendongak menatap sang bundanya yang masih setia dengan masakan yang hampir matang.

"Killa, bingung mau cerita dari mana bun." terdengar helaan napas lelah dari killa. Killa menghentikan kegiatannya yang tengah mengupasi bawang. Ia menunduk tanpa menatap bundanya. Killa tengah mempersiapkan mental untuk menceritakan semuanya kepada sang bunda.

"Kenapa bingung?, ceritakan saja yang sebenarnya" bunda ar menatap hangat putrinya.

"Killa, sudah kenal sama mas Azzam sekitar 2 minggu lebih. Saat hari pertama killa pergi dari rumah. Huffft" lagi-lagi killa membuang napas gusar.

"Di laki-laki yang pertama kali menyaksikan kerapuh serta hancurnya hati killa saat itu..." killa masih setia menunduk menatap kearah bawang-bawang yang barusan ia kupas kulitnya.

"Kehadirannya membuat killa mulai bisa melupan rasa sakit itu, bun. Killa sempet mengira kalau dia itu cenayang atau peramal hati. Karena tak sengaja atau kebetulan dia selalu tau apa yang sedang killa pikirkan"killa kembali melanjutkan aktivitasnya memotong bawang yang telah terkupas semua.

"Bukan cuma itu saja. Dia juga pernah nolongin killa dari preman, dan nanyain keadaan tangan killa yang sempat membiru gara-gara ulah preman itu. Sikapnya yang perhatian dan hangat itu membuat killa merasa nyaman"killa tersenyum sekilas saat mengingat kejadian itu.

"Astagfirulah...,kamu digangguin sama preman nak?. Kamu gak papakan?" ujar bunda panik sambil menatap anaknya. Killa hanya mengangguk sambil tersenyum kearah bunda sebagai jawaban kalau dirinya tidak apa-apa. Ia merasa beruntung memiliki bunda yang sangat perhatian dan sayang kepadannya.

"Killa gak papa kok bun. Kan killa ditolongin sama mas Azzam." ujar killa meyakinkan pada bundanya kalau dirinya baik-baik saja.

"Terus lanjutannya gimana hemm? bunda kepo nih" goda bunda membuat killa terkekeh.

Akhirnya killa menceritakan semuanya tanpa ada yang ia tutup-tutupi. Termasuk saat Azzam menyindirnya keluar rumah tidak ditemani oleh makhramnya, menyindirnya yang tidak bisa menjaga amanat saat tasbihnya hilang. Dan sampai sebuah perasaan aneh yang muncul dan bersenayam dihatinya jika berdekatan atau sekedar menatapnya. Karena rasa itu Membuat killa memutuskan kembali kerumah untuk mengabdi kepada suaminya yang saat itu belum ia ketahui identitasnya. Karena ia sangat takuk perasaan itu tumbuh besar dan tidak akan ada yang tersisah lagi untuk suminya nanti.

Tanpa mereka ketahui,seseorang tengah memandangi mereka dari balik tembok sekat antara dapur dengan kamar mandi. Orang itu tak sengaja mendengar semua pembicaraan mereka tentang dirinya. Seulas senyum menghiasi wajahnya, setelah itu ia pun pergi menuju kekamar mandi. Tempat awal tujuannya.

 

***

 

"Bun, kok aku gak liat fahmi ya?dari tadi." tanya killa sambil menaruh masakan yang ia masak bersama bundanya diatas meja makan.

"Ouh, fahmi baru pulang saat kamu ditaman. Mungkin dia cape jadi langsung kekamar."saut bunda dari arah dapur menghampiri killa sambil membawa beberapa lauk pauk. Kebetulan dapur dan meja makan hanya dipisahkan oleh tembok sebagai sekat.

"Dia cuma nanya, 'kak Azzam datang ya bun?' setelah nanya adikmu langsung pergi kekamarnya " killa hanya ber ouh ria.

"Bun, Dia tau gak kalau killa pulang?" bunda hanya menggeleng karena dia belum sempat memeberi tahukan kepada putrannya itu.

"Killa, kekamar fahmi ya bun. Mau bikin kejutan" yang hanya diberi anggukan oleh bundanya.

Killa langsung berjalan menaiki tangga kebetulan kamar adiknya terletak dilantai atas bersebelahan dengan kamarnya.

 

Tok..tok..

 

Diketuknya pintu itu oleh killa sampai terdengar suara seseorang dari dalam yang menyuruhnya untuk langsung masuk kedalam.

"Masuk, gak dikunci bun" teriak laki-laki dari dalam kamar itu.

Killa terkikik geli mendengar adiknya menyebut dirinya bunda. Mungkin fahmi mengira dirinya bunda kali wkwkw...

Killa masuk kedalam kamar itu sambil menatap adeknya yang ternyata sedang sibuk dengan leptopnya. Mengingat adeknya itu baru masuk kuliah, mungkin banyak tugas--pikirnya.

Killa mendudukan dirinya di kasur tanpa bersuara,menatap sekeliling kamar adeknya. Kini tatapannya jatuh kearah adiknya yang sedari tadi masih fokus menatap benda mati itu.

"Lagi ngapain sih?" killa menghampiri adiknya. Berdiri disebelah fahmi sambil melihat apa yang sedang dilakukannya.

"Nugas" jawabnya tanpa menengok kelawan bicaranya. sedetik kemudian fahmi mulai menyadari kalau suara yang barusan ia dengar tidak asing lagi ditelingannya. Ia langsung menengok kesumber suara tadi. Betapa terkejut dirinya saat melihat sang kakak ada disebelahnya.

"Kak, ini beneran lo?" tannyanya masih tak percaya. Killa yang ditanya langsung menengok kearah adiknya.

"Bukan" killa langsung menjauh dari adiknya, melangkahkan kakinya kearah kasur. Menghempaskan badanya diatas kasur.

"Lo, lupa siapa gue?. Gue kan kendal jenner. Masa lo lupa sih?" killa menatap fahmi yang juga menatapnya.

Mulailah drama antara kakak beradik itu.

"Ouh kendal jenner ya?"tanya fahmi, killa mengangguk sambil menatap atap kamar.

"Yang jual mie tek-tek didepan kompleks kan?"timpal fahmi diakhiri kekehan sambil menghampiri kakaknya. Dan ikut merebahkan dirinya disamping killa.

"Ck, dasar adek durhaka gak bisa liat gue seneng dikit."

"Astagfirullah...nauzubillah. Lo tega bener sih kak, ngatain adek sendiri."fahmi langsung merubah posisinya menjadi duduk sambil menatap killa dengan wajah masam tak lupa bibirnya yang sudah maju 5 centi. Killa pun sama langsung cekat dari rebahannya merubah posisinya menjadi duduk.

"Baperan, sini-sini peluk. Gak kangen lo sama gue?" killa memeluk adiknya. Merasa pelukannya tidak mendapat balasan dari adiknya akhirnya ia pun melepas pelukannya itu.

"Adek gue yang tampan,dan soleh. Maafin gue ya? Udah Jangan cemberut lagi yaaa" killa sudah pasang wajah imut dan mengemaskannya. Yang diangguki oleh fahmi sebagai jawaban.

"Ets..tapi ada saratnya" killa mendengus sebal.

"Apa?!"

"Bantuin gue ngerjain tugas" killa terlihat tengah berpikir jawaban apa yang akan ia beri. Tak lupa jari telunjuknya yang tengah mengetuk-ngetuk pelan bibirnya saat sedang berpikir. Kebiasaanya sedari kecil.

"Ok, tapi... Lo harus traktir gue es krim. Karena didunia ini gak ada yang gratis"

"Oke-oke." pasrahnya.

"Thank you, Gemes deh gue sama lo dek."killa mencubit kedua pipi adiknya Sambil terkekeh.

"Ihs, lepasin sakit kak!" fahmi berusaha melepaskan tangan killa yang tengah mencubit pipinya.

"Hahaha"tawa killa meledak saat melihat bekas merah dipipi adeknya.

"Gue bales lo kak" ujar fahmi sambil mendekati killa. Killa sepontan menjauh

"Lo mau ngapain?"fahmi hanya tersenyum jahil kearah killa. Membuat killa merinding. Belum sempat fahmi membalas perbuatan killa. Killa keburu kabur.

"jauh-jauh lo dari gue."jerit killa sambil berlari keluar tanpa hati-hati sehingga membuat dirinya terjatuh kesandung oleh kakinya sendiri.

Bugk...

"Aduhhh!" fahmi langsung keluar dari kamar saat mendengar suara killa. Ia pun tertawa puas melihat killa terjatuh.

"Aduh sakitt...,bukannya nolongin malah ngetawain!" rutuk killa sambil memegangi kakinya.

"menjauyang sakit?" tanya seseorang yang tengah berada dihadapannya. Membuat killa mendongak kearahnya. Killa sebenarnya masih cangung untuk sekedar menjawab pertanyaannya. Gara-gara insiden dimobil tadi.

"Bisa berjalan? atau perlu saya gendong?"

"Eh-gak usah. Bisa jalan kok" killa mencoba untuk berdiri. Tapi ia kembali terjatuh lagi kelantai. karena kakinya merasakan sakit dan nyeri secara bersamaan membuat dirinya susah berdiri ataupun berjalan.

"Aaawww, kayaknya gak bisa deh"ujar killa dengan wajah polosnya sambil menatap Azzam, membuat Azzam tersenyum saat melihatnya. Dan senyuman itu sukses membuat hati killa merasa dag dig dug serrr....

"Saya gendong ya?" Azzam menatap killa yang terlihat sedang berpikir, apakah dirinya akan menerima tawaran Azzam atau tidak. Akhirnya killa pun terpaksa mengangguk dengan malu-malu.

Azzam langsung membungkukan dirinya didepan killa. Membantu killa untuk naik dipunggungnya. Digendongnya killa menuju kekamar. Dan saat itu tidak ada satu orang pun yang tahu bahwa mereka kini tengah menahan gejolak rasa dihati mereka masing-masing.

Sebuah rasa penasan yang menghinggap dihati killa. Membuatnya memberanikan diri untuk bertanya langsung pada Azzam.

"Mas, kenapa kamu memilihku?" tanya killa lirih tepat dikuping Azzam. Bukan apa-apa killa bertannya seperti itu semata-mata untuk menghilangkan rasa deg-degan sama rasa penasaran dihatinya. Iya kini dirinya sangat penasaran dengan jawaban yang akan Azzam berikan.

1

2

3

Killa harap-harap cemas menanti jawaban Azzam. Karena Azzam masih terdiam.

Hufftttt.....

Terlihat Azzam menghela napas. "Bukan saya yang memilih kamu". Killa mengerutkan keningnya saat mendengar jawaban itu. Bukan jawaban itu yang ingin killa dengar. Hatinya terasa sakit karena Azzam tidak memiliki perasaan yang sama dengan dirinya.

"Tapi...

hati saya yang telah memilih kamu" lanjut Azzam.

Blushhh...

Semburan merah kini menghiasi pipi killa. Membuat killa bergerak tidak nyaman dalam gendongan Azzam. Azzam pun tau kalau saat ini istrinya tengah merona karenanya.

Killa tak menyangka kalau Azzam pun memiliki perasaan yang sama dengannya. Ia merasa menjadi wanita paling beruntung.

"Terimakasih Allah, telah mengirimkan dia menjadi imamku" batin killa.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags